BAB 37: Kecewa yang Mendalam

150 4 0
                                    

"HAURAA!!"

Tamparan keras itu nyaris membuat Anindira menoleh kesamping. Tangan Haura bahkan tak terasa sakit barang sedikitpun. Ia masih sama, menatapnya menggebu gebu. Fazwan menarik tubuh Haura dan segera menjauhkannya dari Anindira.

"APA MAKSUDMU, HAURA?!" Fazwan menepis pergelangan Haura yang kembali ingin menampar Anindira. Dan dibalas tatapan tajam. Layaknya harimau siap menerkam mangsa, Haura beralih pada raut Anin yang mulai bergetar.

"Jangan ikut campur mas!!"

Haura tak segan segan mengambil sebuah vas bunga diatas laci. Membantingnya hingga terdengar suara nyaring. Diiringi semburat emosi, Haura dengan lancang menarik ujung rambut Anindira. "PUAS KAMU MBAK?? PUAS BIKIN NUGRAHA MATI? HAH?!"

"Haura!" sentak Anin kemudian melepaskan ikatan jari Haura yang bertengger dirambut.

"Kenapa mbak? Gagal ya rencananya untuk membunuh saya? Hoho, atau mungkin Mbak Anin merasa menang sudah menyingkirkan Nugraha?" sindiran bertubi tubi Haura membuat Fazwan menyatukan kedua alisnya. Keheranan apa yang terjadi dengan Haura. Ia berusaha menjauhkannya dari barang barang berharga lain. Karena ditakutkan akan menimbulkan kericuhan.

"Saya tidak pernah mengusik kalian. Atas dasar apa kamu menuduh saya, Haura?" dengan menegakkan tubuhnya Anindira menatap dalam keadaan sekitar. Haura mengangguk remeh.

"DASARNYA? MBAK ANIN CEMBURU DENGAN SAYA DAN MAS FAZWAN!!" suaranya kembali melengking. Fazwan segera memisahkan keduanya tapi dihadang oleh tubuh Haura.

Haura menghempaskan dekapan suaminya. Mendekat pada Anindira, hingga jarak keduanya bisa dikatakan hitungan jari. "Ingat ini mbak! Jangan sampai gara gara otak busuk itu, mbak rela menghilangkan nyawa orang. Kalau mbak mau menyingkirkan saya. Tolong jangan melibatkan orang terdekat saya. Bunuh saja langsung saya disini."

"Haura! Apa apaan kamu ini? Kasihan Anin," putus Fazwan lelah. Ia hanya memperhatikan kegilaan Haura yang semakin lama makin memuncak.

"MAS FAZWAN NGGA TAU APA APA. LEBIH BAIK DIAM!"

"KAMU YANG SEHARUSNYA DIAM HAURA! SIAPA YANG NGAJARIN KAMU KURANG AJAR SEPERTI INI? HA?!" nada lelaki itu ikut naik. Berhasil menarik tubuh Haura untuk menyingkir.

Haura berbalik cepat, merebut kerah jas Fazwan kuat. Dan menggeretnya ke atas, tatapan melayang itu dihadiahkan padanya. "YANG NGAJARIN SAYA SEPERTI INI? KEADAAN!! KALIAN TEGA MEMBUNUH NUGRAHA."

"SIAPA YANG BUNUH NUGRAHA? GA ADA!" lantangnya melepas tarikan tangan Haura. Didalam rungan Anindira ini penuh dengan teriakan. Sehingga kemungkinan adu mulut terdengar sampai luar.

Suasana mereka memuncak dan panas. Fazwan terkejut atas perubahan Haura yang menggila. Sebab selama ini ia belum pernah sekalipun melihat Haura mengeluarkan kata kata pedas.

"Oh ya?" tantang Haura menaikkan alis sebelah. Melihat keduanya tak berhenti berdebat, Anindira merasakan pusing menjalar. Berdehem menyeimbangkan kondisi tubuh ia seketika membuat mereka terdiam kaku.

"STOP!!"

Meminimalisir jantung Haura yang terus berdetak kencang. Ia menghembuskan nafas panjang berhenti sejenak. "Kenapa mbak diam saja?"

"Ya! Saya yang membunuh Nugraha. Puas kamu?!!" pernyataan itu dibalas tawa menggelegar Haura. Mundur beberapa langkah dari Anindira, kemudian terduduk luruh. Haura frustasi menghadapi kebodohan istri pertama Fazwan. "SAYA NGGA HABIS PIKIR TERNYATA ADA YA ORANG YANG SENAIF ITU."

Fazwan menganga lebar hingga tak bisa berkata kata. Memandang dari sudut matanya Haura tengah mengeluarkan suara parau dan menjambak seluruh jilbab berwarna hitam yang ia pakai. "Semua ini juga karena kamu yang masuk dalam kehidupan saya, Haura!" lanjut Anin.

Merindu Kalam Surga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang