Dari rona keoranyean yang perlahan menurun, sampai langit sudah sepenuhnya menghitam, Dewa masih berada di lapangan sekolah. Tak sendiri, dia bersama anggota basket yang lain tengah berlatih untuk lomba yang dilaksanakan kurang dari dua minggu lagi. Dan mereka sama sekali belum latihan secara intens dari kemarin.
Dewa memperhatikan latihan anggotanya satu persatu, tak terkecuali Juna, Rian dan Kiki. Dewa bahkan terlihat beberapa kali menguap saat melihat mereka latihan, karena tidak mendapat tidur yang cukup. Dia dari kemarin masih memikirkan nama yang disebut gadis itu dan juga lukisan bayi yang digambarnya. Apa keduanya berhubungan?
"Dewa?"
Dewa yang baru saja selesai mengambil seragamnya di loker, menoleh. Melihat Juna yang datang ke arahnya sambil menenteng tasnya.
"Apa, Jun?"
"Tadi Rian ijin balik duluan. Anjirlah gue tadi liat dia sama cewek yang biasanya ngejar dia"
Dewa tertawa, "Udah sadar kali?"
Juna mengangguk, "Iya kali ya? Tapi heran aja.. Rian otw, lo kapan?"
Dewa menghela napas, sedangkan Juna hanya tertawa melihatnya.
"Ga minat tau! Lo sendiri kapan cari cewek baru?"
Juna mendengus, "Gatau! Masih mau fokus sesuatu. Punya cewek cuma bisa ngehalangin tugas gue aja"
"Tugas apa?"
Juna menggeleng cepat, "Ya tugas sekolah lah! Ini juga mau ujian kan?"
Dewa mengangguk. Benar juga sih. Alasan dia juga tidak berbeda jauh dari laki-laki di depannya itu.
"Oiya lo mau balik kapan?"
Dewa melirik ke jam tangannya, "Abis ini"
Juna mengangguk, "Ya udah deh gue balik duluan ya udah dijemput supir. Kalo mau balik ijin dulu sama anak-anak jangan kebiasaan langsung ngilang!!"
Dewa tertawa, "Iya sorry. Udah sana! Hati-hati!"
Juna mengangkat satu jempolnya, sebelum berjalan pergi. Dewa tersenyum sekilas sebelum ekspresi wajahnya berubah menjadi datar kembali. Mengabaikan semua perasaan aneh yang baru saja hadir mendobrak otaknya. Ada yang tidak beres.
Aruna mencoret-coret kanvas di depannya sambil melihat langit malam kota yang penuh dengan lampu gedung pencakar langit. Terlihat gemerlap lampu kota, berpindah dalam kanvas yang semula putih itu. Aruna tersenyum kecil saat kanvas itu sudah selesai persis dengan yang dia inginkan.
Aruna menoleh saat mendengar suara kenop pintu kamar bergerak. Terlihat Dewa masuk dengan Jersey basketnya dan langsung melihat Aruna yang masih berada di depan kanvasnya. Dewa berjalan mendekat lalu duduk di atas ranjang sambil melihat-lihat karya Aruna.
"Mulai ngelukis dari kapan?"
Aruna mengulum bibirnya. Tampak berpikir sambil meletakkan palet dan kuasnya di lantai.
"Umur empat tahun? Sebelum itu aku udah suka coret-coret"
Dewa mengangguk paham, "Pantes"
"Pantes apa?" Tanya Aruna bingung.
"Bagus"
Aruna tersenyum, "Makasih"
Dewa tersenyum kecil, kemudian menidurkan tubuhnya di ranjangnya yang sekarang sudah menjadi milik Aruna. Menatap langit-langit kamarnya yang terhias bintang-bintang kecil yang membuatnya semakin indah. Apalagi dengan kehadiran bintang baru di sini, benar-benar sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR | Jay ✓
FanfictionNyatanya di dunia, secerah apapun orang tetap akan ada sisi gelapnya. Sepertinya Dewa, laki-laki yang mempunyai dua kepribadian yang berbeda. Sisi yang hangat, dan sisi kejam. Dewa yang dikenal manis, hangat, dan berteman dengan siapapun. Siapa yang...