Beberapa hari ini berjalan seperti biasanya. Sesuai dengan tatanan jadwal dari Dewa. Dewa dan Aruna masih berada di rumah Dewa. Papa Dewa masih ada tugas di luar kota, jadi Dewa masih santai membiarkan gadis itu terus berlatih di rumahnya walaupun sudah benar-benar mahir.
"Dewa? Kalo kamu ngga sibuk, mau minta sesuatu boleh?"
Dewa menoleh, melihat Aruna yang sedikit mengintip pintu kamarnya.
"Apa?"
"Kamu ngga sibuk?"
Dewa menghela napas, sambil menutup buku-bukunya.
"Udah cepet apaan?!"
Aruna mengerucutkan bibirnya, "Beneran?"
"Iya. Mau apa sih?"
Dewa kesal sendiri melihat gadis itu tidak cepat mengatakan keinginannya.
"Catku habis. Boleh minta tolong beliin?"
Dewa menatap Aruna yang menatapnya sedikit takut. Dewa menarik napasnya lalu mengangguk.
"Ya. Butuh warna apa aja?"
"Wait!! Aku catet dulu!!"
Dewa melihat gadis itu berlari keluar kamar. Dewa menggelengkan kepalanya. Kenapa dia tidak bisa menolaknya? Padahal dirinya tengah mempelajari materi pembelajarannya...
Dewa memarkirkan mobilnya di parkiran toko seni. Dewa melepaskan seatbeltnya, sambil melihat kembali daftar di ponselnya. Dia menarik ujung bibirnya, sebelum turun dari mobil. Dia harus segera mendapatkan pesanan gadis itu, sebelum Aruna terus menganggu konsentrasinya.
Dewa melihat deretan cat di depan sana. Matanya masih fokus dengan pesanan Aruna di catatan ponselnya. Gadis itu tadi meminta membelikan cat, tetapi berbagai warna cat tertulis di sana. Saat melihat itu, dia ingin menolak, tetapi tidak bisa. Binaran mata gadis itu benar-benar membius seorang Dewantara. Dewa saja bingung, kenapa dia tiba-tiba bisa menjadi begini?
Dewa mulai mengambil beberapa cat pesanan yang terlihat oleh mata, dan memasukkannya ke keranjang. Mata Dewa lebih fokus ke deretan cat di rak, dari pada jalanan di sebelahnya. Tiba-tiba bahunya menabrak seseorang. Dewa dengan cepat menoleh dan meminta maaf.
"Sorry. Gua ga liat"
"Bang Dewa?"
Dewa terkejut saat mendengar suara itu. Dia langsung melihat ke seseorang yang baru saja dia tabrak.
"Juan?"
Juan tertawa, "Kaget banget? Ngapain di sini?"
Dewa mengangguk, "Beli ini. Lo sendiri?"
Juan melihat ke tangannya lalu tersenyum.
"Sama sih. Eh perasaan lo ga suka ngelukis deh, bang?"
Dewa mengangkat satu alisnya kemudian tertawa.
"Iya disuruh seseorang. Lo juga kan?"
Juan mengangguk, "Bang Dewa disuruh siapa? Pacar yaa?"
Dewa melebarkan matanya.
"A-apaan sih?! Bukan!"
Juan tertawa, "Bercanda.. ga yakin lo punya pacar, bang"
"Maksud lo apaan? Gua ga laku gitu?" Dengus Dewa.
Juan menggeleng, "Ga gitu ihh!! Lo kan bilang beberapa kali kalo mau fokus ke ujian dulu. Lupa?"
Dewa menggeleng, "Inget sih. Lo juga itu beliin siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR | Jay ✓
ФанфикNyatanya di dunia, secerah apapun orang tetap akan ada sisi gelapnya. Sepertinya Dewa, laki-laki yang mempunyai dua kepribadian yang berbeda. Sisi yang hangat, dan sisi kejam. Dewa yang dikenal manis, hangat, dan berteman dengan siapapun. Siapa yang...