Chapter 3.5

71 15 0
                                    

Pagi ini, sebelum matahari terbit, Dewa sudah bangun dari tempat tidurnya. Dia bahkan sudah bersiap-siap, lengkap, rapi dengan seragam pramuka khas hari Jumat. Hari ini hari terakhir dia bersekolah sebelum liburan. Dia harus produktif sebelum liburan menyerang.

Dewa menyandarkan kepalanya di pintu kamar. Menatap Aruna yang bersiap-siap di depan cermin. Dewa tersenyum, saat gadis itu benar-benar tidak menyadari kehadirannya dari tadi. Dan terus fokus menatap dirinya sendiri di cermin.

"Kutukannya masih berlanjut?"

Aruna tersentak. Dia menoleh, melihat Dewa yang meminta jawabannya. Aruna tersenyum kecil sambil menggeleng. Dewa bingung, sepertinya ada yang salah.

"Bukannya lo ga minum ramuan itu? Dan gelas emas..."

Aruna tersenyum saat menunjukkan sebuah gelas emas tak jauh darinya.

"Lo minum abis kejadian kemarin? Dan berhasil?!"

Aruna mengangguk malu-malu. Dewa tertawa kecil.

"Kirain kutukannya masih berlanjut, padahal mau cium lagi"

Aruna melebarkan matanya, "Mesum! Sana keluar dulu aku mau siap-siap!!"

Aruna mendorong Dewa keluar. Laki-laki itu hanya tertawa karena berhasil membuat pipi Aruna memerah seperti kepiting rebus. Itu benar-benar menggemaskan.
















Dewa dan Aruna sengaja datang, dan membuat keributan kecil di kediaman Jayandra. Dewa sengaja datang pagi dan menyuruh papanya sekali-kali datang ke sekolah untuk mengambil rapot semesternya. Papanya sebenarnya hendak menolak, tetapi Aruna malah membuat papa hanya bisa mengangguk mengiyakan.

"Kenapa papa gak bisa nolak kalo ada Aruna sih? Kamu bawa pelet apa ke sini?"

Aruna tertawa. Dewa mendengus.

"Dipikir ikan? Udah sana siap-siap! Jam delapan ambil rapotnya!!"

"Iya aduh anak cowok satu kerjaannya marah mulu"

Papa langsung kabur sebelum Dewa marah lagi.

"Marah mulu? Cepet tua nanti"

Dewa melirik tajam Aruna, "Jangan ikutan ya?"

Aruna tertawa, "Iya iya. Senyum dong. Serem.."

Aruna menarik ujung bibir Dewa menggunakan kedua telunjuknya. Dewa akhirnya tersenyum walaupun awalnya sedikit terpaksa. Wajah gadis itu sangat menggemaskan, Dewa tidak tahan.









"Nanti gua balik duluan, kita ke alamat kemarin yang dikasih"

Aruna mengangguk, "Hati-hati. Papa juga hati-hati!!"

Aruna melambaikan ke dua mobil yang pergi beriringan. Dia langsung masuk bersama para pembantu lain, sebelum gerbang luar terbuka. Tidak boleh ada satu pun orang luar yang tau kehadirannya di sini, atau semuanya akan kacau.








Dewa sampai terlebih dahulu, daripada papanya dan supir. Dia berjalan santai masuk ke gedung sekolah, sambil mencoba menghubungi teman-temannya. Saat di persimpangan tangga menuju lantai atas, tiba-tiba seseorang mencegah dirinya naik. Dewa mengangkat satu alisnya, saat melihat perempuan kemarin mencegahnya naik ke kelasnya.

"Kenapa?" Tanya Dewa datar.

"A-anu. Aku mau minta maaf sama kak Dewa. Maaf kemarin ngerepotin"

Dewa mengangguk, "Gapapa. Udah ya gua mau ke kelas dul—"

"Sebagai permintaan maaf gimana kalo aku traktir di kantin?"

Dewa bingung, "Ga us—"

"Gapapa ayo!"

MIRROR | Jay ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang