Semilir angin, berhembus kencang menabrak mobil. Sebuah lautan biru kehijauan, dengan pasir kuning bak emas, hadir menyapa pandangannya. Lambaian nyiur kelapa dengan beberapa pepohonan tinggi lain juga menyambut kedatangan mereka.
Mobil berhenti tak jauh dari posisi pantai, tepat di sebelah rumah kecil. Dewa maupun Arsel sempat ternganga melihat tempat itu. Hanya saja tak berlangsung lama karena beberapa orang berpakaian serba hitam keluar tiba-tiba dan membuat mereka kaget.
"Kaget beneran!!"
Juan tertawa saat Arsel sampai terjatuh karena tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk jendela mobil sebelahnya.
"Turun sana. Langsung ikutin orang itu"
Juan menunjuk ke beberapa orang berpakaian agak berbeda tak jauh dari mobil mereka.
"Bang?"
Dewa menoleh, "Hah?"
"Nitip kak Runa dulu ya? Gue mau ketemu seseorang dulu"
"Nitip emang aku barang?" Sahut Aruna.
"Yaudah jagain ya, bang. Bawel!"
Aruna mengerucutkan bibirnya. Dewa hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah mereka berdua. Setelah itu Dewa langsung keluar dan menggendong Aruna ke luar, di susul oleh Arsel.
"Satu mobil ikut gue. Depan udah?"
"Siap! Sudah!"
Juan mengangguk. Dia langsung mengode seseorang mengikuti mobilnya, pergi dari area sepi itu.
Dari luar, mungkin rumah yang menjadi markas ini tidak terlalu luas, malah cenderung kecil. Tetapi siapa sangka di dalamnya bisa membuat siapa saja melongo heran. Rumah dengan desain klasik dengan sentuhan retro, menyambut pandangan mereka.
"Semua kamar ada di lantai bawah. Mari saya antar"
Lagi dan lagi satu kata yang dirasakan Arsel, Dewa, terkejut. Lift turun setelah beberapa menit, dan langsung menyuguhkan suasana mewah rumah bawah tanah.
"Jadi Naru memperbesar ruang bawah?" Tanya Aruna.
Orang itu mengangguk, "Iya nona"
Aruna tersenyum, "Langsung ke kamar aja. Aku berat, kasian Dewa"
Dewa menunduk, "Berat darimana? Kayak gendong kertas"
Aruna menatap tajam Dewa. Laki-laki itu tertawa.
"Bercanda. Kamar Aruna sebelah mana?"
"Lewat sini"
Aruna tersenyum melihat ke sekeliling kamarnya. Tidak ada yang berubah. Juan sama sekali tidak menyentuh dan mengubah konsep kamar lamanya.
"Aku kira kamar ini ikut diubah"
Dewa yang sedang membetulkan letak tongkat infus Aruna, menoleh.
"Gaada yang berubah?"
Aruna mengangguk, "Liat luar tadi rata-rata semua diubah. Aku kira kamar ini juga, tetapi masih sama. Oiya kalo Naru udah sampe suruh ke sini"
Dewa mengangguk, "Sekarang istirahat. Cepet sembuh"
Dewa mencium kening gadis itu. Aruna tersenyum. Dewa membalas senyuman Aruna, sebelum berjalan meninggalkan area kamar gadis itu.
Dewa berjalan turun melewati tangga kecil, setelah dari lift. Orang tadi mengantarkan ke tempat cukup gelap ini. Dia bisa melihat Arsel juga berada di sini, dan sibuk menyantap beberapa makanan di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR | Jay ✓
Hayran KurguNyatanya di dunia, secerah apapun orang tetap akan ada sisi gelapnya. Sepertinya Dewa, laki-laki yang mempunyai dua kepribadian yang berbeda. Sisi yang hangat, dan sisi kejam. Dewa yang dikenal manis, hangat, dan berteman dengan siapapun. Siapa yang...