Chapter 4.6

74 11 0
                                    

Matahari mulai kehilangan kekuasaannya di langit, digantikan oleh sang rembulan dan bintang-bintangnya. Langit mulai menggelap, ditemani oleh lampu-lampu temaram di seluruh penjuru kota. Hujan rintik masih menemani sampai malam ini dari tadi sore. Membawa secuil kisah ringan yang terjadi di antara dua insan yang sedang meributkan sesuatu di dapur.

Aruna mendengus kesal, saat Dewa datang tiba-tiba dan membuat seluruh tepung tumpah memenuhi dapur. Niat awal Dewa tadi ingin melihat apa yang dilakukan Aruna dan memeluknya dari belakang seperti biasa. Eh tapi dia malah menyenggol tepung di atas meja, sampai menghiasi seluruh bagian dapur.

"Dewantara?!"

Dewa tersenyum kikuk saat Aruna mulai marah.

"Kamu bisa ngga sih sekali aja ngga ganggu aku kalo masak? Kan berantakan semua?!"

"Ya ampun!! Nona ini kenapa bisa?"

Beberapa pembantu datang, dan langsung mengambil ancang-ancang membersihkan dapur.

"Nih ulah Dewa. Tau ah sebel!"

Aruna membereskan bajunya dari tepung, kemudian pergi meninggalkan area dapur. Dewa menggaruk tengkuknya. Menatap beberapa pembantunya yang mulai membersihkan dapur.

"Maaf ya, bi. Ga sengaja tadi"

"Ndak papa, tuan muda"

Dewa mengangguk. Dia langsung menyusul Aruna, sebelum gadis itu akan semakin marah.


Dewa mengetuk pintu kamar Aruna beberapa kali, namun gadis itu menolak membukanya. Dewa menghela napas panjang. Masih terus mengetuk pintu kamar yang entah sampai kapan akan terbuka.

"Aru? Maaf. Ga sengaja tau. Kamu juga kenapa naruh tepungnya di pinggiran meja, kan kena aku"

Pintu terbuka, menampilkan wajah Aruna yang memerah.

"Kok membela diri? Kan salah kamu?!"

Dewa terdiam. Wah sepertinya dia salah bicara.

"Mending bersihin diri kamu sana! Jelek putih semua!"

Aruna menutup pintu kamar kembali. Dewa benar-benar terdiam saat pintu itu menutup tepat di wajahnya. Dewa mengacak rambutnya. Membuat butiran halus benda putih itu berterbangan. Memang sepertinya dia harus membersihkan dirinya dulu.

"Lu kenapa dah, bang? Abis dari Antartika putih semua gitu?"

Juan datang dari arah kamar Arsel, dan dibuat bingung dengan keberadaan manusia putih di depan pintu kamar kakaknya.

"Diem!"

"Lah?"

Juan memperhatikan Dewa yang berjalan pergi ke kamarnya. Juan mengangkat bahunya. Memilih masuk ke kamar kakaknya. Bodoamatlah sama kelakuan Dewantara.

Baru saja membuka pintu kamar, tiba-tiba dia sudah kena omel kakaknya.

"Ketok dulu kalo mau masuk ish!"

Juan mengerjapkan matanya, "Pada kenapa sih? Kakak pms ya?"

"Kalo iya kenapa?!"

Juan menghela napas panjang. Pantas saja...

"Gapapa. Oiya tadi bang Dewa kenapa putih semua gitu?"

"Ngacauin dapur. Dia numpahin tepung. Tau ah kesel sama dia"

Juan tertawa, "Astaga. Gak jadi masak dong?"

Aruna menggeleng, "Nunggu bibi selesai bersihin. Ngga mood sebenernya, tapi kamu pengen makan masakan kakak gitu"

MIRROR | Jay ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang