Dewa baru pulang ke apartemennya sekitar jam sembilan malam. Apartemennya benar-benar sepi. Dia sudah menduga jika gadis itu berada di kamar bersama kanvas-kanvasnya. Dewa memilih menjatuhkan tubuhnya di sofa dari pada ranjang di kamar. Tubuhnya sangat lelah.
Dewa membuka ponselnya. Matanya kembali membaca beberapa pesan tadi. Pesan berderet dari papanya yang menyuruhnya untuk pulang ke rumah. Entah apa yang akan dilakukan papanya besok. Dia tidak bisa menolak perintah itu atau semua akses kartunya diblokir. Dia bisa gila nanti.
Dewa tidak tidur semalaman. Perasaannya benar-benar tidak enak. Dewa mengaduk kopinya. Matanya terasa berat. Jika dia memaksa mengendarai mobilnya dengan keadaan seperti ini, kartunya bukan diblokir lagi tapi harus ditarik untuk biaya rumah sakit.
"Mau kemana?"
Dewa yang berjalan sambil melamun, tersentak saat Aruna tiba-tiba datang.
"Sorry aku ngagetin"
Dewa menggeleng, "Gapapa. Mau balik ke rumah bokap, bentar"
Aruna menatap Dewa tak percaya.
"Beneran?!"
Dewa melihat gadis itu sambil mengangguk samar.
"Ah maaf aku terlalu senang. Aku ke kamar dulu!"
Dewa memperhatikan gadis itu berlari kecil keluar area dapur. Dewa hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Dasar gadis aneh.
Jalanan siang hari ini lumayan ramai, tetapi tak seperti jalanan hari kerja. Dewa dengan santai menjalankan mobilnya, menyalip beberapa mobil di jalan menuju ke rumahnya. Jalanan kota perlahan terlihat menghilang, digantikan dengan jalanan perumahan. Dewa tersenyum kecut. Dia akan pulang.
Dewa menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang hitam yang cukup tinggi. Dewa menurunkan kaca jendelanya, sebelum gerbang terbuka otomatis. Dewa menarik napasnya sekilas, kemudian mulai menjalankan mobilnya kembali. Dia berhenti tepat di depan halaman luas dan pintu besar yang sudah terbuka di depan sana.
Dewa bisa melihat beberapa pembantu rumah ini keluar menyambut dirinya. Dewa tersenyum kecil saat keluar mobil. Terlihat beberapa pembantu berlari menghampirinya untuk mengantarnya ke dalam. Dia tidak cukup terbiasa dengan penyambutan resmi ini. Apalagi dia hanya menggunakan kaos oblong hitam dan celana jeans.
Dewa berjalan pelan menuju ruang utama rumah. Terlihat sepi, padahal papanya ada di rumah. Saat sampai di depan pintu, para pembantu memilih undur diri dan mempersilahkan dirinya masuk sendiri. Tumben sekali. Sebenarnya ada apa? Tidak mungkin kan papanya tau apa yang dilakukannya selama ini?
Dewa membuka pintu besar itu perlahan. Matanya langsung disambut dengan pemandangan papanya dengan seorang wanita. Dewa mengangkat satu alisnya saat baru pertama kali dia melihat papanya tersenyum cerah ke arahnya, setelah insiden itu. Dewa berjalan mendekat sambil melayangkan tatapan tak bersahabat ke arah wanita asing itu.
"Dewa duduk. Papa mau ngenalin seseorang"
Dewa duduk di kursinya. Matanya tak lepas kepada wanita yang tersenyum aneh ke arahnya itu.
"Ada apa? To the point. Aku sibuk"
Papanya hanya tersenyum dengan tatapan mata menusuk, sebelum melunak kembali saat melihat wanita itu.
"Dewa, kenalin dia Sella. Dia akan jadi mama baru baru kamu"
Dewa mengangkat satu alisnya. Dia menatap kedua orang itu tak percaya sebelum tertawa keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR | Jay ✓
FanficNyatanya di dunia, secerah apapun orang tetap akan ada sisi gelapnya. Sepertinya Dewa, laki-laki yang mempunyai dua kepribadian yang berbeda. Sisi yang hangat, dan sisi kejam. Dewa yang dikenal manis, hangat, dan berteman dengan siapapun. Siapa yang...