Chapter 2.6

76 16 0
                                    

Dewa memperhatikan anak futsal berlatih di lapangan di sela-sela istirahat pelajaran. Dia sekarang berada di rooftop. Menikmati semilir angin yang sepertinya akan turun hujan. Dewa membaca beberapa informasi yang dikirimkan papanya barusan. Dia tidak bisa membaca semua ini di kelas, atau semua kedoknya akan terbongkar.

Dewa menarik napasnya panjang. Dia bingung saat menemukan informasi penting lain yang tidak didapatkan orang-orangnya. Bahkan beberapa informasi itu membuatnya semakin bingung.

Eden, keluarga yang menjadi salah satu keluarga paling kaya dan tertutup di beberapa dekade ke belakang. Tak ada yang tau asal muasal keluarga ini. Orang-orang hanya tau beberapa perusahaan besar di kota ini, pemiliknya adalah salah satu dari keluarga ini. Apalagi salah satu perusahaan papanya juga menjalin kerjasama dengan salah satu perusahaan terbesar itu.

Tapi setelah keluarga Eden dibunuh oleh oknum yang dijuluki sebagai "ghost", semua aset perusahaan mereka berpindah tangan ke seseorang yang tidak mau di kenal publik. Si pemilik ini tidak mau sama sekali muncul. Bahkan staff dan juga pegawai lain tidak pernah tau siapa yang menggantikan kedudukan bos besar mereka.

Tetapi semua itu tidak menghentikan kejayaan beberapa perusahaan besar itu. Bahkan satu diantara lainnya, dinobatkan sebagai perusahaan paling mendapat keuntungan tertinggi dari perusahaan lain dalam bidang yang sama di kota. Bahkan perusahaan lain di bidang yang berbeda.

Rumor beredar bahwa keturunan Eden yang hilang ini, muncul secara diam-diam dan berusaha mengendalikan semuanya dari awal. Tetapi semua itu tidak bisa dibuktikan. Apalagi Aruna, gadis itu masih berada di rumahnya tanpa melakukan apapun. Jadi siapa yang mengurus semua aset keluarga Eden?

Papa Dewa tadi mengatakan, kemungkinan besar memang keluarga asli Eden yang memegang perusahaan-perusahaan itu. Terlebih keluarga mafia lebih tertutup dengan orang luar. Jika semua anggota keluarga Eden sudah musnah, kemungkinan besar perusahaan-perusahaan itu tidak lagi berjalan. Alias gulung tikar.

Andai saja kondisi Aruna tidak membingungkan, Dewa bisa saja memberitahu papanya tentang masalah ini. Tetapi keadaan Aruna yang terancam, dan tidak bisa terlepas dari ikatan cermin itu benar-benar membuatnya pusing. Walaupun begitu, bukankah dia masih menemukan informasi penting lain di sini? Berarti adik Aruna kemungkinan besar ada di kota ini dan memimpin perusahaan itu.

Dewa tersenyum kecil saat Juan yang menemani Arsel berlatih di lapangan, menemukan dirinya dan berteriak memanggilnya dari lapangan. Dewa melambaikan tangan kecil dan mengode akan segera turun ke bawah. Dia juga tidak bisa terus-menerus di sini. Bisa menimbulkan kecurigaan dari orang-orang di sekelilingnya. Termasuk teman-temannya.













"Napa bang di atap sendirian?" Tanya Juan sambil kembali melihat Arsel di lapangan.

"Gapapa. Pusing aja kepikiran ujian"

"Elah santai aja napa, bang. Lo kan pinter"

Dewa terkekeh, "Oiya gimana urusan lo kemaren?"

Juan tersenyum, "Ya gitu. Selesai tapi pusing"

Dewa tertawa, "Abis ini makin banyak yang bikin pusing. Setaun lagi lo nyusul kelas dua belas"

"Iya. Cepet banget dah. Perasaan kayak masih kemaren ketemu lo di warung belakang SMP, gara-gara kabur razia"

Dewa tertawa, "Masih inget aja"

"Ya ingetlah!! Abis itu lo ga sengaja mutusin kalung gue, padahal itu kalung kenangan satu-satunya" Dengus Juan.

"Ya maaf ga sengaja. Terus sekarang tuh kalung gimana?"

"Nih. Gua kasih plester"

Juan tak bisa menahan tawanya sendiri. Apalagi saat melihat balutan plester tak rapi di sekeliling kalungnya.

MIRROR | Jay ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang