Chapter 5.8

62 13 0
                                    

Malam semakin larut. Juan baru saja memberhentikan mobilnya tak jauh dari kediaman rumah Darien. Dia memarkirkan mobilnya di sebuah rumah tua tak jauh dari rumah besar di ujung sana. Juan melirik ke Dewa yang menatapnya sambil mengangkat satu alisnya.

"Hesa ga ngikutin?" Tanya Dewa karena tidak menemui mobil Hesa di belakang.

Juan mengangkat bahunya, "Bang Hesa gak penting sekarang. Lo mau ikut atau nunggu di sini?"

Dewa jelas mengangguk. Dia menoleh, melihat Aruna yang sudah siap dengan senjatanya.

"Pelurunya taruh saku. Bawa dua sampe tiga senjata. Masuknya mencar. Gue gak mau nanggung resiko kalo kali ini gagal lagi"

Dewa mengangguk. Juan yang mengawali ke luar mobil, dan berlari lewat area belakang menuju rumah Juna. Kemudian Aruna dan Dewa bersamaan keluar. Aruna hendak menyusul Juan, tetapi tangannya ditahan oleh Dewa.

"Bentar"

Dewa langsung memeluk gadis itu.

"Yakinin aku kalo ini berhasil"

Aruna tersenyum, "Pasti berhasil. Setelah ini kamu bebas"

Dewa melepaskan pelukannya. Menatap lekat manik kecoklatan gadis itu.

"Aku aja?"

Aruna tersenyum tipis, sambil mengangguk kecil. Dewa tersenyum. Kembali menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Aruna langsung membalas pelukan Dewa. Menyalurkan semua rasa sayangnya, dan juga ketulusannya yang mungkin untuk terakhir kalinya.

"Janji?"

"Janji"

"maybe..."







Dewa masuk perlahan melewati jalan rahasia yang dia temukan tadi. Jalan bawah tanah dari area hutan belakang rumah Darien. Dia tidak menyangka jika rumah ini juga mempunyai banyak cabang jalan rahasia. Bisa dilihat dari perempatan jalan gelap di depan sana.

Dewa menghela napas. Dia memilih jalan sesuai feeling yang akan menghubungi dia dengan ruang dalam rumah. Dia memilih berjalan lurus, karena dari arah rumah sebelah tadi jalan benar-benar lurus. Di depan lagi dia di hadapkan dengan pilihan lagi. Hidupnya dilalui dengan banyak pilihan, terutama ini. Dewa langsung memilih kanan karena sebelumnya dia melihat posisi rumah. Semoga saja benar.

Sebuah tangga kayu, menuntun Dewa ke suatu tempat. Dia menemukan pintu biasa dengan kunci yang bergantung pada kenopnya. Dewa membuka pintu itu pelan. Baru saja pintu terbuka, terdengar suara tembakan di balik pintu itu. Disusul dengan cairan merah yang perlahan merembes melewati pintu.

Dewa terkejut. Tapi dia masih diam hingga keadaan cukup sepi. Dia membuka pintu, dan langsung disambut satu mayat yang sepertinya adalah anak buah cucu-cucu Darien. Terlihat dari pakaiannya. Dewa melangkahi mayat itu. Dia tidak mau membuang waktu untuk mengurusi mayat itu. Dia harus menemukan keberadaan penembak tadi.


















Keadaan mulai kacau di kediaman rumah Darien. Satu tembakan, memulai kekacauan ini pada sepuluh menit lalu. Semua orang bingung, karena tidak terlihat satu pun penyusup yang memasuki rumah. Dan tiba-tiba saja korban berjatuhan.

Juna, laki-laki itu sekarang mengendap-endap di kamarnya. Dia dari tadi menunggu Rian kembali, dari bawah. Rian dia tugaskan untuk memeriksa kondisi dua mobil yang menabrak pohon saat pengejaran itu dan mengirimkan bantuan. Tetapi laki-laki itu bahkan belum kembali saat rumahnya tiba-tiba di serang.

"Awas aja lo, Rian. Kalo sampe lo ada di pihak mereka. Gue gak bakal biarin lo sama keluarga lo selamat"

Juna memilih ke luar kamarnya. Dia yakin seseorang dari keluarga Eden yang menyerang rumahnya. Karena saat dia menutup pintu kamar perlahan, seorang gadis datang dengan senyuman manisnya yang membunuh.

MIRROR | Jay ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang