Hampir tengah malam, dan semua tampak biasa. Dewa tengah sibuk menonton televisi di ruang tengah, dan Aruna juga ikut menonton tak jauh dari posisi Dewa. Di pangkuan Dewa ada MacBook yang dia gunakan untuk menyelesaikan tugasnya. Sedangkan sisi lain ada ponsel yang tak habis-habisnya menyala memasukkan notifikasi.
Dewa mendengus kesal. Dia menarik ponselnya lalu melihat siapa yang mengirimkannya pesan beruntun barusan. Dewa menghela napas panjang, saat melihat nama Juan menjadi notifikasi paling atas. Baru saja ingin membalas pesan Juan, laki-laki itu malah meneleponnya. Dewa menghela napasnya sekali lagi sebelum mengangkat teleponnya.
"Ap—"
"BANG ADA DI APART GA?!"
Dewa menjauhkan ponselnya dari telinga saat Juan meninggikan suaranya. Apalagi suara ribut di belakang sambungan telepon, dan juga deru napas khas Juan yang sepertinya tengah berlari.
"Ada. Kenapa?"
"Duh gimana ya.. boleh nginep sehari ga? Sehari aja hhh"
Dewa langsung melirik gadis di sebelahnya yang tertidur di sofa. Dewa menghela napas tipis.
"Kabur dari rumah?"
Terdengar suara helaan napas dari telepon.
"Gue ga bisa jelasin. Tapi kalo emang ga boleh gua nyari hotel aja deh buat nginep"
Dewa memijat kepalanya, "Boleh kok. Lo ada dimana? Mau gua jemput?"
"Boleh? Gue baru sampe jalan raya. Ini lagi nunggu taksi tapi ga ada yang lewat"
Dewa mengangguk, "Share loc. Gua jemput"
Juan mematikan sambungan telepon, dan dengan cepat mengirimkan lokasinya sekarang. Dewa melirik ke Aruna kemudian berjalan ke arahnya.
"Aruna?"
Tak ada pergerakan dari gadis itu. Dewa mendengus. Dia menepuk pelan lengan Aruna.
"Heh bangun!"
Aruna mengejapkan matanya. Saat melihat Dewa, dia langsung bangun dari tidurnya. Dewa refleks mundur, terkejut saat gadis itu tiba-tiba berdiri di depannya.
"M-maaf aku ketiduran"
Dewa menghela napas. Matanya melirik jam yang hampir berada di angka satu.
"Ke kamar, kunci. Ada temen gua yang bakal nginep. Jangan keluar kalo bukan gua yang nyuruh!"
Aruna mengangguk cepat kemudian langsung berlari ke arah kamar. Tetapi lengan gadis itu malah tak sengaja bertemu dengan ujung lemari.
"Aw!"
Dewa langsung berlari saat Aruna jatuh.
"Bodoh! Ceroboh banget sih?!"
Aruna meringis saat melihat sikunya yang mengeluarkan sedikit darah dan memar.
"Obati. Sebelum gua pulang udah ada di kamar"
Aruna mengangguk pelan, sebelum bangun dan pergi ke arah dapur. Dewa mengusap wajahnya. Astaga..
Dewa melajukan mobilnya, menembus angin jalanan yang sepi. Dia menyipitkan sedikit matanya saat melihat seseorang yang menunduk di halte agak jauh dari posisi mobilnya. Dewa semakin mempercepat laju mobilnya kemudian berhenti tepat di depan halte.
Dewa tersenyum sambil membuka kaca mobilnya, dan melihat raut wajah Juan yang muram sedang menatapnya. Dewa mengangkat satu alisnya. Laki-laki itu sama sekali tidak menyambutnya dengan senyuman manis hangatnya seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR | Jay ✓
FanficNyatanya di dunia, secerah apapun orang tetap akan ada sisi gelapnya. Sepertinya Dewa, laki-laki yang mempunyai dua kepribadian yang berbeda. Sisi yang hangat, dan sisi kejam. Dewa yang dikenal manis, hangat, dan berteman dengan siapapun. Siapa yang...