Chapter 3.9

68 13 0
                                    

Matahari baru saja muncul ke permukaan ufuk bagian timur bumi, saat seseorang menekan bel tanpa perasaan. Dewa yang baru saja tertidur karena tadi malam ada pekerjaan, keluar kamar sambil membanting pintu. Aruna yang juga bersamaan keluar, sampai terkejut. Aruna hanya diam saat laki-laki itu berjalan kasar ke arah pintu utama apartemen.

Aruna membuntuti Dewa. Dia menjaga jarak dari posisi pintu, berjaga-jaga jika bukan seseorang yang tidak diharapkan datang. Aruna bisa melihat Dewa tanpa melihat monitor langsung membuka pintu. Aruna sempat terdiam saat Dewa terdiam saat membuka pintu. Tetapi setelah itu malah laki-laki itu terdengar meneriaki seseorang.

Dewa menatap tak percaya siapa yang berada di depannya saat ini. Dewa menghela napas. Berusaha menetralkan kekesalannya, tetapi tidak berhasil.

"Lo ngapain pagi-pagi ke sini anjing?!!"

"Ya mau ketemu kakak gue lah!"

Juan, laki-laki yang datang sepagi ini di apartemen Dewa. Dewa mengusap kasar wajahnya. Kemudian kembali menatap tajam Juan.

"Masih ada siang, sore, malem kan bisa sih?!"

Juan menggeleng, "Gamau. Gue mau ketemu kak Runa sekarang. Gaboleh?"

Dewa tertawa, "Ga!"

Hampir saja Dewa menutup pintu apartemennya, Aruna langsung menahannya.

"Kamu bobo aja sana. Naru sama aku"

"Tapi—"

"Dewantara?"

Dewa mendengus, "Oke oke. Sana masuk!"

Dewa mempersilahkan Juan masuk. Juan hanya tertawa saat melihat Dewa sama sekali tidak bisa menolak kakaknya.

"Bang?"

Dewa menghentikan langkahnya ke kamar, kemudian menoleh dengan tatapan tajam ke arah Juan.

"Apa lagi?"

Juan menoleh ke Aruna, "Emang kalo sama kakak serem kayak gini ya?"

Aruna melihat ekspresi Dewa yang benar-benar kusut seperti cucian kering.

"Dulu sih gitu"

"Aru..."

Aruna tersenyum, "Bercanda. Sana bobo lagi"

"Bentar ih! Bang, gue ke sini sepagi ini bukan buat ketemu kak Runa doang. Ada informasi terbaru tentang cucu Darien"

Juan dengan cepat mengeluarkan ponselnya. Dewa yang benar-benar mengantuk, sudah tidak dapat lagi menunggu.

"Ntar aja lah. Ga kuat"

Dewa langsung berjalan ke kamarnya. Juan mengejapkan matanya.

"Ish ngeselin! Kakak kenapa ketemunya sama dia sih?!"

Aruna mengerjapkan matanya saat Juan malah mengomel kepadanya.

"Ya ngga tau? Tanyain takdir sana"

Juan mendengus, "Kak Runa!!!"

Aruna tertawa saat Juan merengek. Gadis itu langsung mengacak rambut laki-laki di sebelahnya itu sambil tersenyum.

"Udah sarapan tadi?"

Juan menggeleng, "Aku gabisa masak tau! Setiap hari makan makanan instan doang atau gak delivery"

"Kasian. Mau kakak masakin sesuatu?"

Juan menatap Aruna, "Bukannya kakak gak bisa masak ya?"

Aruna tersenyum kecil, "Emang. Tapi kalo makanan kecil bisa kok. Mau omlet?"

MIRROR | Jay ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang