12

4.7K 524 8
                                    

"jadi, kau wali-nya Naresh?" Eko melemparkan tanya pada Dimas saat pria itu duduk bersisian dengan Papa Mertuanya -Muliyono

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"jadi, kau wali-nya Naresh?" Eko melemparkan tanya pada Dimas saat pria itu duduk bersisian dengan Papa Mertuanya -Muliyono.

Mereka teman lama. Tapi entah mengapa tiba-tiba jadi canggung karena bertemu dalam situasi seperti ini. Dokter dan wali pasien... Bagaimana Eko bisa merangkai kalimatnya sebaik mungkin dihadapan orang yang dikenalnya dengan cukup akrab?

"Ya. Dia keponakanku." Ujar Dimas. "kau... dokter penanggungjawabnya?"

Eko mengangguk.

Mereka -Dimas, Muliyono dan Eko tengah berada di ruang kerja Eko. Tadi Eko mengajak mereka mampir ke ruangannya untuk membahas kondisi Naresh. Tapi saat berada di ruangan, justru suasana canggung yang terasa. Membiarkan senyap mengambil alih untuk sejenak.

Eko meminta bantuan salah satu perawat untuk mengambilkan berkas milik Naresh. Saat berkasnya di terima, ia baru mulai bersiap untuk menjelaskan.

"Beberapa minggu lalu, Naresh sempat konsultasi denganku. Jadi kami masih menyimpan rekam medisnya." Ujar Eko. Ada beberapa berkas dalam catatan rekam medisnya itu -copy surat laboratorium hasil pemeriksaan Naresh menjadi salah satunya.

"dia kemari?" tanya lirih dari pria paling sepuh diantara mereka mengudara. "dengan siapa?"

"sendirian." Jawab Eko. Suaranya terdengar serius karena ia tengan menjalankan profesinya sebagai dokter sekarang. "dan saya sungguh menyesalkan itu."

"Naresh di diagnosa ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) -dimana penyakit ini menyerang sistem syaraf dan otot anggota gerak sehingga perlahan, anggota geraknya akan melemah dan menyebabkan kelumpuhan." Eko mencoba menerangkan kondisi Naresh dengan bahasa yang mudah di pahami oleh orang awam.

Dimas diam. Pun dengan kakek tua yang nampak menahan air matanya.

"tapi, Nana-ku masih bisa sembuh, kan?" tanya Muliyono dengan harapan penuh. "kami bisa membayar...."

"Pa..." Dimas menyela.

Namun Eko tersenyum maklum. Siapa yang tidak mengenal Muliyono Salim? Wajahnya sering wara-wiri di beberapa koran ekonomi sebagai rekanan Chairul Tanjung dan Aburizal Bakrie. Pengusaha bertangan dingin. Perkara uang, pasti pria tua itu akan menyanggupi berapapun nominalnya. Eko tidak ragu tentang hal itu.

"kalau Bapak bertanya, apakah Naresh bisa melakukan terapi dan pengobatan? Bisa. Tapi untuk pertanyaan apakah Naresh bisa sembuh? Kita perlu sama-sama berusaha." Jawab Eko diplomatis. "terlebih, kita masih belum bisa menyimpulkan apakah ini disebabkan autoimun, genetik atau kondisi lainnya..."

"dan lagi... Naresh mengalami kondisi istimewa." Eko menyambung dengan suara parau.

"maksudnya?"

"umumnya, penderita ALS mengalami degenerasi sel saraf yang menyebabkan melemahnya otot anggota gerak; kondisi ini bisa berlangsung dalam rentang waktu cukup panjang sebelum mengalami kelumpuhan, yang kemudian disusul dengan melemahnya otot paru dan jantung yang memicu gagal napas. Seringkali, gagal napas inilah yang membuat pasien tidak bisa bertahan. Sementara dalam kasus Naresh, otot paru melemah lebih awal hingga menyebabkan hipertensi paru -dan gagal napas; seperti yang terjadi hari ini. Naresh akan kehilangan kemampuan bernapas spontan lebih cepat daripada kehilangan kemampuan mengontrol anggota geraknya. Cepat atau lambat, Naresh akan memerlukan ventilator atau melakukan prosedur tracheostomy untuk membantunya tetap bisa bernapas."

HOPE || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang