Tuhan,
Terimakasih telah memberikan kesempatanku untuk bernapas hingga hari ini.
Terimakasih telah mengelilingiku dengan orang orang baik.
Terimakasih untuk segala hal.
Tuhan,
setelah semuanya yang Kau beri, bolehkah aku bersikap tidak tau diri un...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
EPILOG TANPA PROLOG Untuk Jevano
Keadaan rumahnya sudah rusuh sejak pagi. Ibu dan Ayah tengah membuat perayaan kecil sebelum pemuda itu berangkat ke sekolah. Sebuah cake kecil rasa matcha dengan topping buah-buahan segar itu diletakkan dengan manis di atas meja makan. Ada lilin berbentuk angka dengan kondisi menyala di atas kue nya.
"make a wiiiiiish...." Kata Ivanny dengan bersemangat.
"apaan sih Maaaa." Jevano merengek seperti bocah. Perayaan semacam ini sudah bukan lagi usianya.
"lho... kamu kan ulang tahun... Mama bikin perayaan kecil loh ini buat kamu."
"aku mau sekolah loh ini."
Dimas yang berada di sana berdecak melihat kelakuan si putra tunggal yang uwufobia. Dia tau jelas sebenarnya bahwa Jevano tidak menyukai hal-hal semacam surprise birthday semacam ini. Namun tak sampai hati juga ketika melihat putranya menolak usaha Ivanny yang sudah bersusah payah menyiapkan semuanya bahkan dari pagi buta.
"bentar doang Jen... make a wish, tiup lilin terus kamu sarapan biar bisa berangkat sekolah." Ujar sang Papa, "kasian Mamamu tuh udah nyiapin semuanya dari subuh..."
Saat lilinnya ditiup dan menyisakan asap kecil, satu notifikasi muncul di ponselnya.
Naresh Jatiadi Pratama sent you message
Jevano mengerjap. Namun pop up notifikasi itu masih disana. Bertengger cantik dengan menuliskan nama Naresh sebagai pengirimnya.
"anjing!" umpat Jevano sambil menabok pipinya sendiri. Kaget setengah mati.
"Jen... kenapa?" Ivanny jelas kaget dengan perubahan ekspresi putranya itu. "sayang?"
"ini apaan sih? Kalian mau ngeprank atau gimana?" tanya Jevano kesal sambil menunjukkan notifikasi email yang diterimanya. "nggak lucu banget sumpah!"
Dimas dan Ivanny mengambil ponsel itu dan melihat dengan jelas apa yang menjadi pemicu mood Jevano berubah buruk. Ivanny memeluk Jevano dengan erat saat ia juga melihat siapa pengirim pesan untuk Jevano.
"dear... it's okay."
"I'm not." Kesal Jevano.
"mau sampai kapan kamu kayak begini tiap kali nama Naresh disebut? Nana pergi bukan salah kamu, Jen. Please..."