Kenzie drop.
Dengan keadaan mental terguncang dan kondisi tubuh yang kurang baik, remaja tanggung itu tumbang juga. Ia ditemukan dalam keadaan tidak sadarkan diri di sisi bed Naresh. Dan sekarang, remaja tanggung itu tergolek lemah di kamar rawat tepat di samping kamar Naresh. Tadinya, ia ingin dirawat di kamar yang sama dengan Naresh. Ingin selalu dekat Abang -katanya. Tapi dokter tidak bisa mengabulkan permintaan itu. Naresh perlu pemantauan khusus dan Kenzie dalam situasi dimana ia perlu beristirahat dengan baik. Jadi, opsi paling memungkinkan hanya menempatkan mereka di kamar yang berdampingan.
Agung dan Jehian tiba di rumah sakit usai menempuh perjalanan selama hampir dua jam setengah dari Bekasi ke Jakarta. Langkah pria paruh baya itu seperti melayang saat ditunjukkan kamar ICU tempat Naresh berbaring. Mempertanyakan seburuk apa kiranya kondisi Nana-nya hingga perlu dirawat di ICU.
Ruangan tunggu itu nampak lengang. Hanya ada Yusril dan Dimas yang berjaga di depan. Ah, Yoana dan Ivanny berjaga di ruangan Kenzie sedangkan Jevano masih menemani Kakeknya.
"Agung... kamu disini?" Dimas nampak kaget, namun mereka tetap saling menyapa dengan hangat. Agung bahkan menyalami Yusril juga.
"iya. Tadi di kabari Jevano." Ujar Agung. Jemarinya masih tremor. "gimana keadaan Naresh?"
"masih belum sadar. Dalam pantauan dokter untuk 36 sampai 48 jam kedepan." Jawab Yusril. "dokter sempet ngejelasin kalau ada pendarahan di kepalanya."
"Naresh jatuh?" kaget Agung.
Dimas dan Yusril kompak menggeleng.
"masih belum tau penyebabnya apa. Tapi hasil pindai CT nggak nunjukin ada trauma di kepala, which's mean, itu bukan terjadi karena luka terbentur atau semacamnya." Jelas Dimas.
Agung mengangguk kecil. Penjelasan itu cukup dipahami oleh Agung yang awam mengenai dunia medis.
Agung menatap Yusril kemudian. "saya mau ketemu Naresh, boleh?" izin pria paruh baya itu pada Ayah sambung Naresh. Entah bagaimana, rasanya tidak sopan jika Agung melangkahi pria itu tanpa meminta izinnya untuk bertemu.
"silakan..." Yusril menjawab dengan anggukan kecil, "tapi mungkin gantian. Hanya satu orang yang boleh di dalam."
Jehian memahami itu, "gapapa, Dad duluan. Jey tunggu sini sama Om Yusril dan Om Dimas."
Jawaban itu membuat Agung lega. Ia memasuki ruangan dengan bertukar pakaian menggunakan pakaian steril terlebih dulu. Langkahnya pelan diseret sedemikian rupa agar tidak menimbulkan keributan. Air matanya jatuh saat menatap tubuh kurus Naresh terbaring dengan berbagai alat bantu.
Naresh sakit. Semenjak Professor Eko memvonis Naresh dengan ALS, Agung sudah sangat merasa bersalah. Ia carrier yang membawa gen penyakit mengerikan itu untuk putranya. Ia bahkan tidak pernah merawat Naresh. Belum sempat mengakui keberadaan Naresh, namun sekalinya bertemu, ia justru dihadapkan pada kenyataan bahwa ialah yang memberikan hadiah paling menyakitkan untuk anak kandungnya sendiri.
Mereka pikir, mereka paling hancur. Tapi Agung menanggung luka yang sama besarnya. Menanggung dosa masalalu yang tak sempat di akuinya.
Pada Yoana, ia telah ratusan kali memohon maaf. Puluhan kali menerima tamparan dan jutaan kali menerima kalimat menyakitkan yang penuh dengan makian. Pada Yoana, ia telah sempat memohon pengampunan karena pernah meninggalkan dan menjadi pemeran antagonis dalam hidup perempuan itu. Menghancurkan mimpi dan masa muda perempuan yang dulu paling ia cintai. Setidaknya, sekalipun belum mendapat maafnya, Agung sudah sempat mengakui dosanya pada Yoana.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE || Na Jaemin
FanfictionTuhan, Terimakasih telah memberikan kesempatanku untuk bernapas hingga hari ini. Terimakasih telah mengelilingiku dengan orang orang baik. Terimakasih untuk segala hal. Tuhan, setelah semuanya yang Kau beri, bolehkah aku bersikap tidak tau diri un...