Hari ini, Levy pulang cepat karena semua guru ada rapat. Sebelum pulang sekolah, Levy menyempatkan diri ke pasar tradisional terdekat untuk membeli beberapa sayur untuk dimasak saat makan malam nanti.
Oh ya, dia tak sendirian karena Sekar dengan senang hati ikut dengan Levy. Karena Noval tadi memberi kabar kepada Levy bahwa dia tidak bisa menjemput Levy. Sebenarnya Levy sedikit penasaran ada apa di Pesantren, beberapa hari terakhir Noval terlihat murung seperti memikirkan sesuatu. Terlebih lagi sikap dan bicaranya yang sedikit menyeleneh.
Mungkin cuma perasaan ku aja kali ya, batinnya.
"Lev, lu tau gak?" suara Sekar yang terbawa angin membuat Levy sedikit mendekatkan diri ke arah Sekar saat mereka berjalan pulang menggunakan motor Sekar.
"Apaan Kar? Ga kedengeran." ujar Levy.
"Lu tau ga?"
"Tau apaan?"
"Akhir-akhir ini si Alfian kan jarang nimbrung sama kita, terus pulang ga salam atau apaa gituu ke kita, sebenernya..."
"Hah? Apaan?"
"Budeg" ujar Sekar yang kesal sendiri dengan sahabatnya yang satu ini.
Akhirnya Sekar memilih diam dan membicarakannya setelah mereka sampai di rumah Levy.
****
Setelah sampai di rumah Levy, mereka dikagetkan oleh beberapa orang yang sedang mengeluarkan barang dari rumah Levy dan Noval.
"Eh, kenapa ini dikeluarin semua?" tanya Levy.
Seorang lelaki dengan tubuh kekar menghampiri Levy dan memberikan selembar kertas. Sekar yang penasaran mendekati Levy.
Seketika Levy menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sekar juga melebarkan matanya dan menarik kertas itu untuk membaca lebih detail.
Rumah itu.. rumah untuk Noval dan Levy... Untuk mereka dan anak mereka...
Telah dijual...
Oleh Noval sendiri...
****
"Rikza, lu siapkan?" suara bariton laki-laki yang kini tengah bersender di pintu.
"G-gue ragu."
"Kenapa harus ragu sih?" ujar orang itu berjalan mendekati Rikza.
"Za, lu sayang kan sama dia? lu cinta kan sama dia? lu mau kan dia cuma punya lu doank? lu mau kan dia buat lu?" lanjutnya mencecar pertanyaan kepada Rikza.
"Tapi apa cara ini ga salah?"
"Ga lah, kan lu duluan yang mau deketin tuh cewek." ujar lelaki tersebut.
"Reno.. gue takut dia malah benci gue, gue gak mau lanjutin ini." final Rikza.
"Cih, sialan lu." ucap Reno sambil mendecih sebal.
"Oke kalo itu mau lu, gue ga akan bantu lu sekalipun lu mohon mohon ke gue, inget itu." ujar Reno sebelum meninggalkan Rikza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Ustadz
RomanceGimana rasanya dijodohin sama anak ustadz. Nggak lucu banget kan? Dengan lapang dada dengan senyum tulus aku menerima perjodohan ini walaupun hatiku masih menetap pada seseorang. Tapi anak ustadz ini selalu menghiburku dan membantuku untuk melupaka...