"Itu si Noval kenapa, Dek?" tanya Putri saat Levy sedang mengenakan hijab berwarna abu-abu di kepalanya.
Ya, setelah berdebat begitu panjang, Putri memanggil Levy dengan sebutan Dek, sedangkan Levy memanggil Putri dengan sebutan Kak.
"Gak tahu dari tadi diem aja." jawab Levy membenarkan hijabnya.
"Dah, yuk Kak." ajak Levy keluar dari ruangan tempat tadi dia menumpang mandi.
Levy turun diikuti Putri di belakangnya. Sesampainya di bawah, bu ustadz memanggil Levy untuk menghampirinya, sedangkan Putri dipanggil sang calon suami untuk melihat-lihat jas yang cocok untuk resepsi mereka.
"Kenapa, bu ustadz?" tanya Levy.
"Jangan panggil bu ustadz donk panggil aja umi dan jangan panggil suami umi dengan panggilan Pak ustadz panggil aja abi." ujar Bu ustadz ah maksudnya umi sambil merangkul Levy ke ruangan lain.
Di dalam ruangan itu sudah ada Pak ustadz, Noval, dan beberapa pelayan yang akan melayani Levy dan Noval.
Pak ustadz eh maksudnya abi dengan senyum hangat menyambut Levy, sedangkan Noval malah mengalihkan pandangannya ke handphone yang digenggamnya.
Mereka menghampiri abi dan Noval lalu duduk di atas sofa yang ada di ruangan tersebut.
"Kamu mau nuansa apa nanti?" tanya umi sambil menunjukkan beberapa warna dari sebuah buku.
"Hmm.. Noval mau warna apa?" tanya Levy menoleh ke arah Noval.
"Terserah." jawab Noval tanpa melirik ke arah Levy yang duduk di sampingnya.
"Warna peach atau biru ?" tanya Levy lagi.
"Ya, terserah pokoknya yang menurut kamu bagus." jawab Noval masih menatap layar handphone-nya.
"Yaudah, biru yang ini aja umi." ujar Levy ke Umi.
"Ok, kita keluar dulu ya buat nyiapin semua, kalian berdua di sini aja dulu." ujar Umi keluar dari ruangan diikuti Abi dan para pelayan. Kini di dalam ruangan tersebut hanya ada Levy dan Noval.
"Val?" panggil Levy.
"Hm" jawab Noval belum mengalihkan pandangannya dari handphone.
"Ishh, lagi kenapa sih? Lagi pms? Mau dibeliin jamu gak biar sakitnya ilang?" ucap Levy.
"Apaan sih?" ujar Noval ketus. Levy mengambil handphone yang ada di tangan Noval, membuat Noval sedikit tersentak dan menoleh ke arah Levy.
"Balikin gak?"
"Gak, jawab dulu pertanyaan aku kamu kenapa?"
"Balikin!"
"Gak akan!"
"Aku gak apa-apa."
"Ish, kan biasanya 'gak apa-apa' itu diucapin sama cewek bukan cowok." ujar Levy. Noval segera menarik handphone miliknya dari tangan Levy.
"yaudah, aku tidak apa-apa." ujar Noval.
"Ishh, nyebelin." ucap Levy sambil melipat tangannya di depan dada dan mengerucutkan bibirnya.
Noval meliriknya dan tersenyum kecil.
"Seharusnya aku yang bersikap kayak gitu." ucap Noval sambil terkekeh.
"Bodo, aku marah."
"Marah kok ngomong-ngomong."
"Biarin."
Noval menyerah jika Levy sudah bersikap seperti itu. Seharusnya yang marah itu Noval bukan Levy.
Kalo udah kayak gini gimana mau marah lama lama sama nih anak hadeuh, batin Noval.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Ustadz
Любовные романыGimana rasanya dijodohin sama anak ustadz. Nggak lucu banget kan? Dengan lapang dada dengan senyum tulus aku menerima perjodohan ini walaupun hatiku masih menetap pada seseorang. Tapi anak ustadz ini selalu menghiburku dan membantuku untuk melupaka...