'Main'

4.2K 160 7
                                    

"Sayang, bangun udah siang." ujar Noval sambil menggoyang-goyangkan pelan tubuh istrinya tersebut.

Sehabis sholat subuh tadi, Levy kembali tidur karena dia merasa badannya kurang sehat. Untung saja hari ini adalah hari sabtu, jadi Levy bisa istirshat total.

Back to subuh...

"Val, badan aku gak enak banget nihh." ucap Levy sambil melipat mukenahnya.

Noval hanya melihat Levy dengan tatapan sinis. Levy yang merasa dirinya diperhatikan menoleh ke arah Noval.

"Dihh, masa istrinya sakit diliatin kek gitu sih." ujar Levy mengerucutkan bibirnya.

"Lagian, kan tadi malem aku udah bilang, panggil aku 'mas' kamunya aja yang gak mau panggil aku 'mas', kalo kamu gak panggil aku 'mas' gak bakal aku ladenin." balas Noval.

"Yaudah yaudah, mas badan aku gak enak." ujar Levy menekankan kata 'mas'-nya.

"Yaudah tidur lagi sana, nanti aku bangunin kalo udah mau berangkat." ujar Noval sambil berjalan ke arah pintu.

Ya, hari ini Noval dan Levy pindah ke rumah baru mereka.

"Kamu mau ke mana?" tanya Levy yang sudah mengambil posisi tidur.

"Mau ngawasin anak santri." jawab Noval.

"Di sini aja temenin akuuu." ujar Levy mengeluarkan jurus imutnya.

"Gak bisa sayang, ini udah tugas aku." balas Noval sambil menghampiri Levy dan menduduki dirinya di pinggir ranjang.

Noval yang baru lulus pesantren tahun ini, membantu ayahnya mengajar di pesantren milik ayahnya. Jadi, Noval sudah tahu apa yang harus dilakukan sebagai guru di pesantren tersebut.

"Emang lebih penting siapa sih, aku yang notabene-nya istri kamu atau santri itu?" tanya Levy.

Noval bingung ingin menjawab apa. Di satu sisi Levy itu penting baginya karena Levy secara sah sudah menjadi istrinya yang akan menemaninya sampai maut nanti, di sisi lainnya santri-santri juga penting karena dari mengajari santri, dia mendapatkan uang untuk menghidupi dirinya dan Levy.

"Tuh kan, yaudah sana pentingin santri-santri kamu duluu." rajuk Levy membalikkan tubuhnya, membelakangi suaminy itu.

Noval menghela napas sebentar lalu mengambil handphone-nya.

Levy bisa mendengar suara sambungan telepon.

Noval telpon siapa?, batinnya.

"Halo kenapa, Val?"

Itu suara Bang Arul, abangnya Noval.

"Bang awasin anak-anak ya."

"Emang kenapa? Tumben lu males, mentang-mentang udah punya istri nihh."

"Bukan, Bang, nih Si Levy katanya gak enak badan minta ditemenin tidur bentar."

"Set, lu apain emangnya? Tadi malem lu 'main kasar' kali."

"Apaan dah Bang? Udah awasin dulu anak santri."

"Iyeyeye, makanya besok besok jan main kas----"

Tuttt...tuttt....

Noval mematikan sambungan telepon secara sepihak, sebelum abang pertamanya itu bilang yang 'iya-iya'. Noval meletakan handphone-nya di nakas dan tidur di samping Levy. Noval memeluk tubuh Levy dari belakang, ga apa-apa lah ya, udah sah ini.

Anak UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang