01 : Bitter truth

5.8K 443 119
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

𝚂𝚞𝚛𝚊𝚝 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝙰𝚝𝚕𝚊𝚗𝚝𝚊

Suara dentingan sendok yang beradu dengan piring kaca terdengar jelas oleh gendang telinga laki-laki itu. Dia sudah tahu apa yang sedang keluarganya lakukan setiap pagi hari, yaitu sarapan bersama. Tak lupa suara canda tawa serta pujian yang selalu orang tuanya lontarkan.

Dia masih termangu di balik pintu kamar bernuansa putih. Tangannya memegang gagang pintu dengan ragu, masih enggan keluar dari kamar yang menurutnya adalah tempat terbaik.

Tapi mau bagaimana lagi, Atlanta harus pergi ke sekolah, menjalani hari-hari menyedihkan seperti biasa. Dia menghirup udara, mendorong knop pintu kamar, kaki jenjang Atlanta melangkah menuruni anak tangga.

Sebuah pemandangan biasa yang selalu nampak di depan matanya. Kehangatan keluarga yang selalu dia impikan sejak lama. Di sana, dia melihat anggota keluarganya yang sangat bahagia, mengawali hari dengan nasi goreng buatan Ibu, kopi panas dan susu hangat seolah menambah kelengkapan keluarga itu.

Ada rasa sesak yang tiba-tiba menjalar di area ulu hatinya, seperti dirobek, dan dibakar. Tangannya memegang pagar besi itu kuat-kuat. Hatinya memang sakit, tapi bibirnya selalu tersenyum dalam keadaan apapun.

Dia tetap menuruni anak tangga sampai bagian akhir, senyum manis yang tidak pernah luntur membawanya mendekat ke area meja makan yang ditempati Ayah, Ibu serta adik tirinya.

"Kamu ngapain!" sahut si Ibu setelah laki-laki itu duduk di depan mereka. Ketiganya menghentikan kegiatan, dan memilih menatap penuh benci pada Atlanta.

Alih-alih menjawab, anak itu mengeluarkan memo kecil dari dalam saku celananya, dan menuliskan sesuatu di sana.

"Lama," ucap Hana sembari mendelik tidak suka.

Atlanta memperlihatkan apa yang dia tulis di atas kertas putih. Senyum itu, tidak pernah sedetikpun luntur dari bibirnya, walaupun dia tahu, keluarganya akan selalu bersikap acuh tak acuh.

"Aku mau sarapan sama Ayah, Ibu, dan Jay."

Hana berdecih, dia melempar sendok sampai membuat dentingan yang cukup keras. Atlanta tersentak, dan menurunkan sudut bibir yang tadinya melengkung ke atas.

"MIMPI KAMU!" sahutnya lantang, membuat orang-orang di sana enggan angkat bicara.

"Kamu ga pantes di sini. Pergi sana! Makan di dapur. Tempat kamu itu memang di sana!" Jari telunjuk Hana menunjuk arah dapur mengisyaratkan Atlanta untuk segera pergi.

Laki-laki itu tertunduk, tangannya mengepal, kedua matanya terasa panas saat itu juga.

"Kamu tuli, huh!" Hana beranjak dari duduk, menghampiri Atlanta yang masih terdiam. Terlihat jelas perempuan itu sangat marah.

Surat untuk AtlantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang