Pagi itu, Elisa merasakan sesuatu yang aneh sejak menapakkan kaki di sekolah. Bagaimana tidak, hampir seluruh murid menatapnya dengan berbagai ekspresi, tanpa terkecuali. Meski sudah terbiasa dengan tatapan orang-orang, tapi kali ini Elisa merasa canggung dan terus bergumam dalam benaknya.
Apa dia membuat kesalahan? Apakah ada yang salah dengan penampilannya hari itu? Dia terus bertanya dengan apapun yang terlintas dalam pikirannya. Bahkan kebanyakan dari mereka memilih menundukkan kepala setelah berkontak mata dengan gadis itu. Sebenarnya ada apa? Dia terus berjalan di tengah-tengah lalu lalang murid, memberi seulas senyum meski tak jarang ada yang membalasnya.
"Pagi, sayang!"
Elisa tersentak ketika seseorang dengan tiba-tiba merangkul bahunya tanpa permisi. Dan apa tadi? Sayang? Gadis itu segera mendongak, menampakkan laki-laki tampan tengah tersenyum lebar menampilkan lesung pipit di kedua pipinya.
"Jay! Kamu apa-apaan sih. Lepasin, malu di liat orang-orang." Elisa mencoba melepaskan rangkulan tangan Jay yang masih setia di bahunya.
Jay mendekatkan wajahnya di telinga Elisa, lalu berkata, "Kamu inget 'kan. Kalo sekarang kamu pacar pura-pura aku. Jadi, kamu diem aja, akting kita harus bagus, oke?"
Elisa menghela napas, tentu saja dia tidak lupa dengan persetujuannya tempo hari untuk menjadi pacar pura-pura Jay. Dia membiarkan Jay dengan leluasa tetap merangkul, dan membawanya menelusuri koridor menuju kelas.
Di saat Elisa mati-matian menanggung kecanggungan tatapan orang-orang, Jay dengan entengnya tersenyum lebar, seolah laki-laki itu bangga dengan suasana, dan tatapan iri murid lain melihat kedekatan keduanya.
"Jay?"
Laki-laki itu hanya berdehem menjawab ucapan Elisa.
"Hari ini aku ada yang aneh gak sih?" ucapnya dengan nada yang nyaris pelan. Elisa memperhatikan wajah Jay yang masih melebarkan dua sudut bibir.
"Engga kok. Emang kenapa?"
"Tapi dari tadi kenapa semuanya natap aku kaya aneh gitu. Gak kaya biasanya," ujarnya sembari melipat kedua tangan.
Jay menghela napas, menghentikan langkah kakinya, dan memutar badan Elisa untuk menghadapnya.
"Itu karena aku kasih tau anak-anak kalo kamu pacar aku," kata Jay yang berhasil mengundang kerutan kentara di kening Elisa.
"Maksud kamu?"
"Iya, aku sengaja kasih tau anak-anak forum sekolah kalo sekarang Elisa pacar aku. Mungkin beritanya udah nyebar, makanya mereka natap kamu gak kaya biasanya."
Jay masih menyunggingkan senyum sampai detik itu. Berbeda dengan Elisa, gadis itu sudah melebarkan mulutnya tak percaya. Apa Jay sudah gila pikirnya.
"Astaga, Jay! Kamu mikir apa sih sampe bikin gosip kaya gitu?!"
"Ya gapapa kali," ucap Jay dengan ringannya.
Elisa mengusap wajahnya kasar, tampak jelas gadis itu frustasi dengan tindakan Jay yang menurutnya terlalu berlebihan. Dia tahu, dia yang mengiyakan ajakan Jay untuk menjadi pacar pura-pura laki-laki itu, dan semuanya semata-mata hanya untuk membantu Jay dari kejaran gadis yang dia sendiri tidak tahu siapa namanya.
"Oh, ini pasangan baru di sekolah kita?"
Suara yang terdengar ketus otomatis membuat atensi keduanya teralihkan. Seorang gadis tengah melipat tangan di depan, memandang Jay maupun Elisa secara bergantian dengan sorot mata jengah.
"Lo mau apa lagi sih, Nad," kata Jay yang tak kalah ketus, dia merotasikan bola mata malas.
Gadis itu melangkahkan kaki untuk lebih dekat dengan Jay.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat untuk Atlanta
Teen Fiction"Sana pergi! Dasar anak haram! Gak tau diri! Bisu!" "MATI LO CACAT!" "LO SAMA BUNDA LO, SAMA-SAMA MANUSIA KOTOR!" ᴍᴜꜱɪᴋ ɪᴛᴜ ᴛᴀᴋ ᴘᴇʀɴᴀʜ ʙᴏʜᴏɴɢ ᴋᴀɴ? ᴋᴇᴛɪᴋᴀ ᴍᴇʟᴏᴅɪɴʏᴀ ᴍᴇɴɢᴀʟᴜɴ ʙᴇʀɪʀᴀᴍᴀ, ᴍᴇᴍʙᴇʀɪ ᴋᴜᴀꜱᴀ ᴘᴇᴍᴀɪɴɴʏᴀ ᴍᴇʟᴀɴᴛᴜɴᴋᴀɴ ꜱᴜᴀꜱᴀɴᴀ ʜᴀᴛɪ ʏᴀɴɢ ᴛɪᴅᴀᴋ ʙɪꜱᴀ ᴅ...