Di dalam ruangan serba berwarna peach, seorang gadis masih duduk di depan meja rias sudut ruangan. Pandangannya masih menatap lurus kaca yang memantulkan bayangan dirinya sendiri lengkap dengan air wajah sendu. Bibir pucat dan kantung mata kentara akibat insomnia membuat gadis di sana tampak seperti manusia yang tidak bisa dibilang baik-baik saja.
Hembusan napas kembali terdengar untuk yang kesekian kalinya. Semenjak kepulangannya dari rumah singgah, Elisa memilih mengurung diri di kamar, ia tak ingin Mama maupun kakak-kakaknya tahu dengan keadaannya. Ia sendiri tidak tahu kenapa tubuhnya menjadi sangat lemah. Apa mungkin penyakit gagal ginjal yang dialaminya semakin memburuk? Jika benar, apakah waktu hidup gadis itu di dunia semakin menipis?
Semakin ia memikirkan akan umurnya yang kemungkinan besar tak akan lama lagi, semakin besar pula ketakutan yang selalu menyerang batinnya, mereka selalu datang dengan cara keroyokan, membuat isi dadanya berdebar kencang, tak pernah sedikitpun memberi ampun akan getaran hebat yang melanda sekujur tubuhnya.
Elisa memejamkan bola matanya beberapa saat, merasakan suasana sepi nan hening kian menyelimuti dirinya. Satu tetes air bening ke luar dari sudut mata. Ternyata memang sakit, rasanya sangat sakit, ketika diri mencoba untuk terlihat tegar dan kuat, namun kenyataan selalu mematahkan semuanya, seolah berkata dirinya tak akan mampu.
Selanjutnya gadis itu meraih sebuah benda pipih yang sejak pagi sengaja ia nonaktifkan. Menyalakan benda itu dan melihat banyak pesan masuk dari aplikasi berwarna hijau tatkala ia mengaktifkan data seluler. Ibu jarinya lantas memilih pesan diurutan paling atas yang sengaja ia beri pin.
ATLANTA 🐰
Elisa maaf, kamu lihat kertas kunci not kemarin gak?
09.10Setelah membaca pesan singkat dari laki-laki itu, Elisa segera beranjak ke arah meja belajar, melihat apakah lembaran kertas yang dimaksud Atlanta. Ia mencari keberadaan kertas itu namun hasilnya nihil, hanya ada lembaran kertas hasil fotokopi kunci not dari Atlanta kemarin.
Gak ada, Ta. Emangnya kenapa? Yang asli
kan ada di kamu
15.11Kayanya hilang. Aku lupa
15.12Ya udah gapapa, masih ada punya aku.
Untung sempet difotokopi, hehe
15.12Ah iya. Makasih ya😊
15.13Kamu lagi kerja ya?
15.13Sebentar lagi aku masuk kerja. Kamu
sedang istirahat ya? Maaf kalau aku
mengganggu.
15.14Elisa melebarkan senyum, gadis itu kini beralih duduk di atas ranjang sembari bersila. Menatap deretan chat dari Atlanta, sebelum jari-jarinya kembali mengetikkan sesuatu.
Atlanta, kamu mau janji gak?
15.14Janji apa?😊
15.15Kamu janji gak bakal ninggalin aku.
Janji bakal terus ada di samping aku.
Janji gak akan ke mana-mana apapun
keadaan aku
Ya?
15.15Pandangan gadis itu memburam, bersamaan dengan tetesan air mata membanjiri pipinya. Ia menggigit bibir bawah menahan lirihan yang mungkin akan meluncur dari mulutnya. Bersamaan dengan dadanya yang kian berdebar cepat, Elisa meremat area sesak di sana. Bayangan Atlanta, dan senyum laki-laki itu kian membuat hatinya nyeri.
Ia tak ingin meninggalkan sumber tawanya, ia tak ingin meninggalkan sosok yang berhasil membuatnya bertahan sampai detik itu. Bolehkah ia menyalahkan takdir? Kenapa Tuhan sangat jahat memberi cobaan berat di saat ia telah menemukan sosok yang amat berarti dalam hidupnya. Apakah Tuhan tak ingin membuat kedua manusia itu untuk terus bersama-sama?
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat untuk Atlanta
Teen Fiction"Sana pergi! Dasar anak haram! Gak tau diri! Bisu!" "MATI LO CACAT!" "LO SAMA BUNDA LO, SAMA-SAMA MANUSIA KOTOR!" ᴍᴜꜱɪᴋ ɪᴛᴜ ᴛᴀᴋ ᴘᴇʀɴᴀʜ ʙᴏʜᴏɴɢ ᴋᴀɴ? ᴋᴇᴛɪᴋᴀ ᴍᴇʟᴏᴅɪɴʏᴀ ᴍᴇɴɢᴀʟᴜɴ ʙᴇʀɪʀᴀᴍᴀ, ᴍᴇᴍʙᴇʀɪ ᴋᴜᴀꜱᴀ ᴘᴇᴍᴀɪɴɴʏᴀ ᴍᴇʟᴀɴᴛᴜɴᴋᴀɴ ꜱᴜᴀꜱᴀɴᴀ ʜᴀᴛɪ ʏᴀɴɢ ᴛɪᴅᴀᴋ ʙɪꜱᴀ ᴅ...