Spider

489 74 7
                                    


Marlene melewatkan waktunya menjadi pusat perhatian dari orang-orang lain sedangkan Lily sibuk dengan tugas perfek bersama Remus.

Aku berjalan menuju perpustakaan bertujuan untuk mencari buku PTIH karena aku ketinggalan beberapa pelajarannya. Setelah mencari selama sekita sepuluh menit aku keluar dengan buku yang ku pinjam dari perpustakaan menuju lapangan latihan quidditch ingin menonton latihan dari Sirius, James, dan Peter.

"Apa yang akan kau lakukan? Mengadu ke kakak mu? Pengecut" aku mendengar suara itu menggema dari lorong ke lorong yang kujalani.

Karena rasa penasaran aku memutuskan untuk berjalan ke suara itu, terdengar suara tendangan juga pukulan aku bergegas ke asal suara itu.

"Dasar pengecut!" dua murid Gryffindor yang kuyakini berada di tahun keempat atau kelima mereka memukuli seorang dengan jubah hijau khas asrama Slytherin.

"Kau punya waktu lima detik sampai aku melaporkan ini" kataku membuatnya tersontak dan melihat kearahku "aw lihatlah, kekasihmu datang untuk melindungimu" ucapnya mendekat kearahku, aku menatapnya dengan sinis "sebaiknya kita pergi" bisik temannya "kau takut dengan gadis ini?" tanyanya kepada temannya. Temannya itu berbisik lalu terlihat ekspresi wajahnya yang terkejut, matanya melotot dengan mulut nya yang terbuka sedikit lalu mereka berdua lari meninggalkan lorong itu.

"Kau tak apa?" tanyaku kepada anak lelaki Slytherin itu "Aku tak apa" balasnya, "Regulus?" aku mengenali wajah itu matanya lebam dan bibirnya berdarah "jangan bilang Sirius" katanya tak ingin menatapku.

Aku membawa Regulus ke hospital wings dan dengan cepat ia keluar dari ruangan itu. "Terimakasih" katanya "Bukan masalah, kau harus melawan mereka sesekali kau tahu, aku tak akan selalu ada saat kau dibully" celetukku kepada Regulus, "Aku hanya tak ingin masuk detensi" jawabnya berbisik.

"Kau sangat bertentangan dengan kakak mu" kataku berbasa-basi kepadanya seiring berjalan masih menggenggam buku PTIH yang ku pinjam tadi, "Aku hanya tak mau kedua orang tuaku kecewa, hanya aku satu-satunya harapan mereka" jelas Regulus "Jangan ceritakan hal ini ke Sirius, janji? Bahkan kalau bisa jangan bilang kalau kau tahu aku" lanjutnya "Tenang saja, aku tak pernah bilang kalau aku tahu kau" balasku.

"Entah kenapa dia harus malu mempunyai adik sepertiku, maksudku dialah yang diusir dari rumah" cakap Regulus membuatku terkejut "Maksudmu?" tanyaku penasaran "Kau tahu, dia membuat ibu marah seperti biasa tapi kemarin dia sudah melampaui batas jadi ibu mengusirnya" jelas Regulus "Dia belum menceritakannya?" tanyanya "Oh, dia belum menceritakannya" lanjutnya dengan muka terkejut.

_____

Aku tak percaya ini, bagaimana bisa Sirius terlihat biasa-biasa saja saat dia diusir dari rumahnya? Seingat ku saat di great hall dia masih bisa tertawa lepas bahkan sampai sekarang tak ada raut wajah kesedihan terlukis.

Apa itu tujuannya? Dia sering mengeluh tentang kedua orang tuanya yang memakinya berkali-kali dan bagaimana ia ingin kabur dari rumah itu. Dan sekarang dia diusir bahkan dia tak di akui lagi.

Aku sampai di lapangan latihan quidditch melihat Sirius yang ceria, ia tak tampak seperti mendapatkan musibah atau semacamnya.

"Bella!" panggil Mary yang duduk sendirian "Dimana Marlene?" tanyaku, Mary dengan bangga menunjuk kearah lapangan menunjukkan Marlene yang sedang mengobrol dengan James dan Dorcas "Apa?" kataku terkejut karena Marlene tak pernah cerita kalau dia bisa bermain quidditch dan dia langsung diterima, hari ini tak henti-hentinya membuatku terkejut.

"Kau lambat hari ini, kenapa?" tanya Mary, aku mau menjawab dengan hal yang sebenarnya terjadi tapi karena Mary tak tahu siapa Regulus aku memilih berbohong "Susah untuk mendapatkan buku PTIH" kataku berbohong.

Dead Stars [Sirius Black] complete✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang