Pappermint

346 61 7
                                    


Mereka menggotong tubuh Sirius yang sepertinya susah untuk berdiri sendiri, tubuhku tersentak mau berdiri dan berjalan kearah Sirius yang diduduki di bangku dekat lapangan quidditch.

"Kau tak apa?" tanya James.

"Hidungnya berdarah, lebih baik di cek ke hospital wings" kata Dorcas memberi saran "Aku tak apa" ujar Sirius ia memejamkan matanya dan membukanya lagi.

Ia merogoh sakunya kuyakini ia akan mengambil sapu tangannya untuk membersihkan darah dari hidungnya "Pipimu juga luka, lebih baik kau ke hospital wings Sirius" tambah Marlene lagi.

Aku tertegun tak berkutik sama sekali melihat sapu tangan yang Sirius gunakan adalah milikku, sapu tangan yang kuberi untuk membersihkan darah yang ia keluarkan dari hidung nya waktu itu, dia menyimpannya.

"Sudah ku bilang aku tidak apa-apa tak perlu susah susah pergi ke hospital wings" kata Sirius.

Aku jalan pergi menjauh dari semuanya terutama Sirius. Dia membuatku tambah bimbang seakan terombang-ambing di lautan yang luas, diatas perahu kertas, aku mencoba bertahan dan Sirius mungkin adalah sang lautan yang entah akan membantu mencari daratan atau menenggelamkan ku.

______

"Bella! Kemarilah kau tak mau kelewatan pemilihan tuan rumah untuk natal kali ini 'kan?" tanya James.

"Tidak perlu, James. Kandidatnya hanya aku, kau, dan Peter" aku sadar perkataan ku tadi sedikit kasar.

"Maaf" kataku tetapi Remus maupun Sirius tak terlihat tak suka dengan perkataanku tadi.

"Sudahlah, lagi pula ini 'kan tradisi" tambah James menarikku untuk duduk disebelah Sirius, maksudku Sirius Black. Sirius Black yang beberapa malam lalu menyatakan perasaannya kepadaku, Sirius Black yang memberiku surat juga apel, dan Sirius Black yang menyimpan sapu tanganku.

Aku hanya berharap ia tak bisa mendengar suara degupan jantungku yang cepat sekarang seperti drum sebuah band rock.

"Aku menutup mata jadi aku tak curang" kata James memasukkan tangannya ke dalam topi sambil menutup matanya, "Tak perlu menutup mata mu, James, buka saja kaca mata mu kau juga sudah buta" kata Sirius bercanda aku tak bisa menahan gelagak tawa yang keluar dari mulut ku.

James kembali menutup matanya setelah membukanya sebentar untuk menatap Sirius dengan sinis, tangannya mengeluarkan secarik kertas yang di gulung dengan tidak rapih lalu membukanya dan membaca nama yang tertera di kertas itu.

"Kita akan menghabiskan natal di tempat..." James sengaja menggantung kata terakhir aku tak sadar aku menunggunya untuk mengatakan nama siapa yang ia dapat.

Aku tak mau mereka menghabiskan natal di tempat ku, aku tak mau mereka melihat raut wajah Madam Abigail saat aku ketiduran atau mungkin mereka akan mencaci maki Pamanku.

"Bella, kau jadi tuan rumah" apakah ini karma? Raut wajahku tak terlihat senang tentunya.

"Di tempatku? Mustahil" ujarku merampas secarik kertas itu tetapi di kertas itu tertuliskan namaku, beloved Arabella.

"Siapa-" sebelum aku menanyai yang lain tentang siapa yang menulis namaku dan menambahkan 'beloved' di belakangnya, James, Peter, Sirius, dan juga Remus sibuk menulis surat yang akan mereka beri untuk mengabari keluarga mereka tentang natal di tempatku.

Aku pun juga menulis surat untuk Madam Abigail agar mempersiapkan empat kamar untuk para Marauders, jujur mereka di sekolah saja sudah membuat masalah aku takut mereka akan membuat masalah di rumahku apalagi dengan benda-benda kuno milik Paman yang tak berguna dan tak boleh disentuh.

Dead Stars [Sirius Black] complete✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang