Sirius Black

76 14 9
                                    


Lorong yang kemarin dipenuhi dengan obrolan materi ujian kini dipenuhi dengan obrolan tentang pesta dansa kelulusan tahun ini. Beberapa kiriman pada makan siang terlihat berdatangan yang berisi baju-baju untuk pesta dansa mereka. Kemarin, kiriman Alice datang yang ketika ia buka kupu-kupu berwarna biru pun ikut keluar menghiasi great hall siang itu.

Arabella bergegas pergi ke kamarnya setelah makan siang pada hari libur, dia tidak memiliki jadwal apapun kecuali untuk makan malam. Lily, Mary, Dorcas, serta Marlene pergi katanya untuk mengambil gaun Mary yang dikirim oleh orang tuanya melalui jalur 'darat' yaitu dengan kereta api bersama mereka. Siang itu tidak terlalu cerah, dengan cuaca berawan yang diperkirakan akan hujan Arabella terhasut untuk memejamkan matanya dan jika bisa tidur saja hingga larut malam sebab rasanya hari ini layak untuk di lewati saja.

Ketika dia bersiap-siap untuk tidur, ada kiriman untuknya yang datang melalui jendela. Itu pasti gaun pesta dansanya untuk acara kelulusan. Arabella tidak ingin begitu bersemangat untuk acara kelulusan ini, namun karena itu adalah pesta dansa terakhirnya di hogwarts maka ada dorongan kecil dari hatinya untuk mengintip sebentar gaun pestanya nanti.

Namun, sebelum dia mengangkat gaun itu agar dapat dilihatnya lebih baik lagi, seutas kertas tampak terbang terbawa angin dingin yang berasal dari jendela atau mungkin memang ada sihirnya agar jatuh pada tangan Arabella. Ia membuka surat itu dan membaca isinya, setelah itu ia merasa begitu teramat kesepian, teramat bingung dan sedih serta bertanya-tanya. Karena surat itu maka ditutupnya kembali gaun itu, di sisipkannya surat itu dibawah bantalnya dan sebab enggan berpikir karena batin yang sudah lelah Arabella berperilaku tidak peduli dan lanjut tidur kali ini dengan suasana hati yang gundah. Kegelisahan mengikutinya terus hingga ke alam mimpi. Ketika Arabella tengah memeluk hatinya yang hancur remuk, tak jauh dari jendela kamarnya di sebuah tempat tidak terlalu jauh, Sirius baru saja mengajak Eliza untuk menjadi pasangan pesta dansa kelulusan kelak.

Arabella p.o.v

Saat aku bangun, ku dapati matahari sudah hampir tenggelam hanya tinggal hitungan puluhan menit saja. Ku rasakan sekujur tubuhku berkeringat meski udara sejuk menerpa, tenggorokan ku kering, dan rasanya aku masih di alam mimpi yang entah berantah.

Mary dan Lily baru masuk ketika mendapatiky duduk di ujung tempat tidur lalu mereka membuat candaan tentang ku yang tidur selayaknya 'latihan mati' saja sebab sudah terlalu lama. Aku tak menghiraukan mereka, nyatanya aku tak ingin menghiraukan apa-apa sekarang. Tidurku barusan bukanlah tidur untuk penghilang kantuk maupun penat, tidurku barusan adalah tidur untuk melewati waktu tanpa merasakan dengan nyata apa yang tengah ku rasakan tadi siang. Meskipun telah beberapa jam terlewat, ternyata perasaan ku tak banyak berbeda malah sekarang makin gusar ku rasa diriku.

Kupakai sweater ku yang ku gantung di belakang pintu lalu aku beranjak bertujuan menuju dapur untuk melegakan dahaga ku sendiri. Marlene menghampiri dan dia berkata sesuatu tentang gaun pesta dansanya yang baru saja datang, aku hanya bisa mengangguk dan ketika dia menarik ku kedalam untuk melihatnya mencoba gaunnya aku menolak dengan alasan lapar dan haus.

Di common room Gryffindor ada Peter yang sibuk membaca koran dengan wajah sangat serius dan James yang tampaknya baru akan duduk saat dia melihatku dia menawarkan bermain kartu yang ku tolak lagi dengan alasan yang sama.

Aku melangkah lagi, kini semakin jauh langkah ku tanpa henti, hanya melambat ketika melihat Regulus yang terlihat seperti tergesa-gesa entah kemana di lorong. Setelahnya aku melihat Sirius tengah duduk di dekat pohon courtyard bersama beberapa orang termasuk Remus, serta Eliza yang berada di sebelahnya sedangkan aku hanya bisa memandanginya dari kejauhan sedang tertawa mendengar candaan yang dilontarkan Sirius.

Kini langkah ku sudah menemukan pintu dapur, tidak banyak orang hari ini mungkin banyak yang sibuk mencoba gaun dan setelannya untuk pesta dansa kelak. Ku ambil segelas air yang ku tegak hingga habis tidak peduli apabila airnya menemukan cela dan mengalir dari ujung pipi. Perasaan ku begitu kabur, begitu teraduk hingga merata, warnanya tidak jelas menjadi ungu lebam dan kehancuran. Rasanya aku ingin menangis saja atau tenggelam saja, entah apa hubungan kesedihan ku dengan air.

Ku ambil beberapa makanan untuk mengisi perutku yang kosong. Roti itu hampir jatuh ketika aku terkejut sebab Remus yang muncul dari pintu dapur secara tiba-tiba, "Kau tidak apa-apa?" tanyanya mengkhawatirkan "Remus apa-apaan kau ini mengejutkan saja! Aku hanya mengambil makanan." balas ku tidak menunggu Remus untuk membalas atau berkata apapun.

Begitu aneh rasanya. Aku sedih, itu tentu, tapi dimana air mata ku? Kenapa hatiku tidak terasa apa-apa, seakan yang ada di dalam sana hanya onggokan daging tanpa isi. Ku makan roti itu tanpa ada rasa yang ku kecap sambil khayalku melambung menjauh dari raga ku yang tengah duduk di sebuah lorong sepi bahkan bisa dibilang kosong itu. Sepi nampaknya dan sepi pun rasanya, sunyi senyap dan aku bertanya apakah sekarang dan untuk selanjutnya seperti ini kah hidupku berjalan?

Aku ingin menangis. Aku harusnya menangis sambil mengunyah roti.

Aku berhenti mengunyah saat aku bisa melihat sosok Sirius dari seberang sana, di beberapa ukiran dinding memperlihatkan halaman samping Hogwarts yang mengintip, meski terbilang lumayan jauh namun dari sejauh apapun jarak di antara aku dan dia, aku akan selalu mengenalinya. Dia berdiri dengan tubuhnya yang tegap dan tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celananya. Rambutnya lebih panjang kini sehingga angin menerpanya dengan lembut, dan kukira dia adalah cahaya dalam gelap lorong ini. Seolah-olah nyala api pada lilin kecil dalam kamar gelap gulita yang makin membesar saat ku rasa matanya yang menatapku juga, dan hangatnya semakin terasa ketika Sirius terlihat berjalan mendekat sekarang. Aku terus berlari mendekati kehangatan itu, mendekati cahaya kecil itu, mendekati sepercik harapan yang masih saja ada meski Sirius sudah berbelok ke arah lain dan kehangatan tadi menghasut batin ku untuk percaya bahwa Sirius mengambil jalan memutar karena kami dipisahkan oleh dinding ini.

Rasanya jatuh ke dalam lautan luas yang tak berujung dan tak berdasar. Rasanya tertancap pedang kebodohan yang menusuk harapan terbelah menjadi dua dan tak dapat bekerja seperti semula. Rasanya begitu tidak enak apabila dibodohi oleh dirimu sendiri, sebab 5 menit kemudian Sirius tak kunjung datang dan aku duduk untuk 10 menit selanjutnya untuk memastikan serta 10 menit lagi untuk mengutuk diri sendiri pada lorong itu.

Aku akan meninggalkan mereka. Aku akan meninggalkan Hogwarts. Aku akan meninggalkan Sirius, bukan? Aku lebih takut Sirius meninggalkan aku terlebih dahulu.

Author p.o.v

Arabella beranjak pergi dari lorong itu ketika bulan telah muncul untuk beberapa jam kemudian. Ia hanya ingin tidur kembali untuk meringankan beban yang ia pikul sekarang. Tidak ada satupun temannya yang mengerti tentang keadaan Arabella sebab tiada satupun yang tahu perihal Arabella dan Sirius, perihal akhirnya hubungan mereka berdua, dan perihal surat itu.

Teman-temannya tentu berbincang tentang Arabella ketika menemukan gadis itu menghabiskan waktunya dengan tidur saja. Terkadang dia bangun pagi-pagi hanya untuk makan lalu melanjutkan tidurnya hingga sore menjalang malam nanti. Peter mendapat tatapan sinis ketika ia bercanda tentang tidur Arabella yang seperti 'hibernasi' baginya.

Sirius pun tentu mendengar hal itu, ia ikut serta dalam berbincang bersama dengan para Marauders, dan apabila di tanya apa dia tau alasannya dia hanya mengangkat kedua bahunya dan tidak ada sepatah katapun yang keluar. Maka dari itu teman-temannya mulai bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya dan Arabella yang tampak menjauh dari satu sama lain, Sirius hanya menjawab dengan melindungi dirinya sendiri dan beralasan bahwa Arabella tidak ingin Sirius menggodanya seperti sedia kala.

Sirius tahu atau setidaknya dia menduga bahwa Arabella tengah sedih karena dirinya tapi apalah dayanya sekarang?

Mungkin saja dia bisa pergi ke depan pintu Arabella lalu mengetuknya tiga kali, dan apabila dia tidak menjawab ketuk lagi, dan apabila tidak dijawab lagi dobrak saja pintunya dan terus meminta maaf pada Arabella. Tapi apa Arabella akan memaafkannya? Setelah Sirius lihat dampaknya lada Arabella yang sekarang hobi tidur dia mengerti betul ini bukan hanya sekedar sakit hati biasa.

Dia pun mengalami kesulitannya sendiri. Dia tentu melihat Arabella yang berjalan kemarin lalu ke dapur saat dia tampak dekat dengan Eliza karena Eliza mulai merapatkan diri dengannya dan tertawa sedikit agak lebih keras. Mungkin masih ada rasa cemburu dalam benak Arabella dan Sirius ingin meminta maaf perihal itu, dan dia juga meminta maaf jika saja Arabella mendengar kabar apabila Sirius menjadikan Eliza sebagai pasangan dansa acara kelulusan mereka. Nasi sudah menjadi bubur, kata benak Sirius, atau sepertinya begitulah kiranya.

A/N

Maaf yh teman-teman para readers tercinta kalau banyak typo.... sebenarnya belum ku revisi untuk typo tapi kepengeeennm banget up hehe :D

Btw jangan lupa vote+comment+share cerita aku dan jangan lupa singgah ke cerita aku yang lain juga, byeee~

Dead Stars [Sirius Black] complete✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang