Pride and Prejudice

293 43 0
                                    


Beberapa bulan sudah ku lalui, Isabella pergi, dia benar-benar pergi dan meninggalkan foto diriku saat kecil dengan senyuman yang sangat besar. Katanya aku tersenyum karena Isabella membelikanku es krim bersama dengan Madam Abigail dan Elgor.

Ulang tahunku pun sudah terlewat kan, atmosfir rumah pun berbeda, aku sudah menguasai tranfigurasi dan berhasil menjadi animagus walaupun aku belum mengabarinya kepada para Marauders sama sekali. Aku mencoba sepatu roda di kamarku dan mulai mencoba lagi di lorong, aku juga sudah menyelesaikan buku yang Sirius beri dan menggarus bawahi beberapa hal yang bagiku penting juga berkesan.

Aku sadar kalau apa yang aku lakukan dengannya adalah hal yang dua kekasih lakukan, aku ingin menjadi kekasihnya tetapi aku tak ingin The Marauders terpecah belah hanya karena kami. Sekarang aku benar-benar harus memilih, aku tak ingin menggantungkan perasaan Sirius, aku tak ingin menyesal karena tak membalas Sirius, tetapi aku juga tak ingin dan takut The Marauders terpecah belah hanya karena kami berdua.

Tahun keenam sudah akan dimulai, aku membawa segala perlengkapan ku Madam Abigail dan Elgor mengantarku. "Perkamen?" tanya Madam Abigail mengeluarkan kertas yang usang itu "Madam Abigail, aku sudah enam belas tahun" ujarku dengan nada yang lembut.

Madam Abigail memandangku sekejap lalu melipat kertas itu "Hati-hati di jalan" ujarnya kepadaku. Aku berpamitan kepada Madam Abigail dan Elgor lalu memasuki hogwarts express.

Aku juga tak lupa dengan hadiah untuk Regulus yang berada di koperku. Aku disapa dengan pelukan hangat oleh Lily, Mary, Dorcas, dan Marlene tetapi aku memutuskan untuk duduk bersama Para Marauders agar tahun depan aku duduk bersama Lily, Marlene, Dorcas, juga Mary.

"Hey Raby! Kami baru saja membicarakan mu!" ujar James "Benarkah?" tanyaku duduk di sebelah Peter.

"Ya, sebenarnya kami membicarakan bagaimana Sirius bisa salah masuk kamarmu"

Kompartemen kami dipenuhi gelagak tawa seiring hogwarts express melaju menuju kastil hogwarts dan kami akan memulai tahun ajaran baru.

Seusai sampai kami dihidangkan makan malam dan juga pidato panjang dari Profesor Dumbledore tidak lupa juga dengan kata kata mutiara yang ia beri diakhir pidato.

Aku tak bisa berhenti melihat Sirius mau seberapa besar aku ingin berhenti memandangnya dengan tatapan yang aneh ini tetapi aku tak bisa, aku tak bisa berhenti melihatnya.

Sirius pun tersenyum licik saat dia mendapatiku sedang memandanginya "Aku tak keberatan jika kau terus menerus melihatku seperti itu Bella" katanya dengan nada yang sombong.

"Aku tak memandangimu Sirius, aku melamun" balasku kepadanya "Oh ya, melamun tentang ku kan?" kata Sirius dengan nada yang menggoda kali ini.

"Apa aku lupa mengatakan betapa buruknya kau terlihat malam ini?" tanya Sirius secara tiba-tiba membuatku terkejut "Tidak, katakan lah" balasku dengan nada yang serius "Sayangnya aku tak bisa" kata Sirius membuat wajahku merah padam, aku mencoba untuk menutupinya dan mencoba untuk tak tersenyum.

Darimana dia belajar segala rayuan dan pujian itu? Ku kira ayahnya bukan lah tipe pria yang romantis.

_____

"Kami akan menunggumu di kamar!" pamit Marlene membawa Mary, Dorcas, dan Lily ke asrama Gryffindor.

Aku bertujuan untuk menemui Regulus dan berniat memberinya hadiah natal walaupun natal sudah berlalu. Aku pergi ke dapur karena dapur adalah satu tempat yang sering ia datangi, bukan karena makanan yang berlimpah tetapi karena itu adalah 'rumah' dari semua peri rumah yang ada di hogwarts.

"Hey, Regulus. Sangat merindukan mereka semua?" tanyaku kepada Regulus yang sedang mengobrol dengan peri rumah "Bisa dibilang begitu" katanya sambil tersenyum kepada peri rumah.

Dead Stars [Sirius Black] complete✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang