Part 5 | Love, Guilt, and Please - Towards A Forbidden Relationship

16.8K 756 69
                                    

 

Pastikan kalian udah vote semua part ya, mumpung masih 8 Part nih🥰


HARI yang sibuk. Pagi-pagi sekali, Riana sudah siap dengan seragam putih abu-abu kebanggaan anak SMA dan menuruni tangga untuk mencari sepatunya. Senyum manisnya tidak pernah luntur dari wajahnya, mengingat jika besok adalah kali pertama dirinya bertemu dengan Ardan. Rencananya, setelah tiga kali kencan mereka merasa cocok satu sama lain, Riana dan Ardan tidak perlu repot-repot memakai aplikasi itu lagi.

  "Sialan," umpat Riana saat menyadari rak sepatu sekolahnya sudah kosong. Senyuman manis itu sontak hilang dari wajahnya, tergantikan dengan wajah memerah penuh amarah. Hanya ada satu orang yang berani, atau lebih tepatnya kurang kerjaan sampai menyembunyikan sepatu sekolahnya. Siapa lagi jika bukan Anzel?

  Di meja makan, sudah ada Anzel yang duduk sambil menuangkan susu ke gelasnya. Pas sekali.

  "Eh babi!" umpat Riana berani karena tidak ada Laura dan Eros disekitarnya.

  Walaupun bukan namanya yang dipanggil, Anzel tetap menoleh kearah adiknya, "Eh, lo manggil gue apa?" tanyanya tidak terima.

  "Gue gak manggil lo. Tapi, bagus deh kalau lo ngerasa dipanggil BABI!" seru Riana penuh penekanan.

  "Ada masalah apa lagi sih?" tanya Anzel frustasi. Pagi hari yang tadinya damai mendadak rusuh setelah kedatangan adiknya.

  "Mana sepatu gue?" tanya Riana balik, dan dia yakin, sudut bibir Anzel berkedut seperti sedang menahan tawa.

  "Kenapa tanya gue?"

  Riana menghela napasnya. Jika seperti ini, dia terpaksa harus mengeluarkan jurus andalannya. "KAK ALVA, ANZEL NGAMBIL SEPATUKU!" teriaknya.

  "Ih, kenapa lo ngadu, bego!" rutuk Anzel panik, tapi raut wajahnya sontak berubah jahil. "Tapi, bodo amat! Emang gue peduli? Sepatunya bakal gue lempar ke kolam renang noh!"

  "Sialan lo! Awas ya..!" seru Riana sebelum berlari mengejar Anzel yang sontak ikut berlari menghindari adiknya. Permainan kejar-kejaran itu tidak bisa dihindari, bahkan mereka tidak sadar jika Alva sudah turun dari kamarnya untuk ikut sarapan di meja makan.

  "Ada apa, Sweetie?" tanya Daddy-nya yang tiba-tiba datang.

  "Anzel mengambil sepatuku dan katanya, dia ingin melemparnya ke kolam renang," adu Riana dengan nada kesal.

"Dia melakukan itu karena menyayangimu, Sweetie. Don't be mad, okay? Bukankah besok adalah hari ulang tahun kalian berdua?"

"Tidak, aku tidak menyayangi Riana," celetuk Anzel yang disambut delikan mata oleh Daddy-nya.

"Kakakmu itu hanya ingin mencari perhatianmu, Riana. Sudahlah, sekarang sarapan saja. Lihat, Alva saja sudah mulai sarapan," ujar Laura, membuat mereka semua berjalan menuju meja makan.

  "Alva, apa makanannya lezat?" tanya Laura pada putra sulungnya.

  "Hm."

  Riana menahan tawanya. Alva memang sangat cuek dan dingin, entah keturunan siapa. Padahal, Daddy-nya tidak terlalu cuek dan dingin seperti itu.

  "Mana makanan Daddy?" tanya Eros pada Laura yang berhasil menarik perhatian Riana. Dalam hatinya, dia meringis pelan. Padahal Daddy-nya sudah tua, tapi masih saja manja pada Mommy-nya.

Guilty Pleasure [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang