BARU saja Riana duduk di dekat jacuzzi untuk menikmati atmosfer laut disekitarnya, satu unit jetski berhenti di belakang yacht yang katanya akan menjadi milik Ardan itu. Seseorang turun dari sana setelah jetski dikaitkan dengan yacht agar tidak kabur.
"Ayo ke bawah," ajak Ardan sambil merapihkan rambut Riana yang berantakan akibat angin kencang.
"Kita mau kemana?" tanya Riana heran. Dahinya semakin berkerut saat Ardan menarik tangannya mendekati laki-laki yang tadi mengemudi jetski dan menerima sebuah kunci dari laki-laki itu.
"Kamu terlalu lama," ucap Ardan setelah menerima kunci yang diberikan Gerald.
"Saya baru saja menerima perintah Anda sekitar 15 menit yang lalu," jawab Gerald datar, lalu menganggukkan kepalanya sopan pada Riana.
Riana ikut tersenyum sopan. Tangannya kemudian menyikut lengan Ardan agar perhatian pria itu beralih kepadanya. "Kita mau kemana?" tanyanya.
"Ikut aja, Princess. Ayo," ajak Ardan seraya menaiki jetski dan menyalakan mesinnya. Tidak lupa, Ardan juga membantu Riana untuk menaiki transportasi air itu.
"Kamu bisa bawa ini? Yakin? Aku gak mau tenggelam— AAHHHH!" teriak Riana kencang, refleks memeluk pinggang Ardan erat-erat saat jetski itu melaju kencang membelah lautan dengan kecepatan tinggi.
"Tenang, Princess!" seru Ardan agar terdengar oleh Riana.
Riana memejamkan kedua matanya karena tubuhnya mulai terguncang melewati ombak yang lumayan tinggi. Perempuan itu terlalu takut, bahkan air laut yang berwarna biru dan pemandangan indah disekitarnya tidak dapat membuatnya membuka mata. Hingga tidak lama kemudian, dia merasa benda yang dinaikinya ini menyentuh daratan. Saat itu juga, matanya terbuka lebar.
"Kamu takut?" tanya Ardan dengan senyum tertahan, mengamati Riana yang menatap sekitarnya ragu-ragu.
"Iya! Ini pertama kalinya aku naik beginian!" jawab Riana sewot.
"Oh, sorry," balas Ardan tanpa rasa bersalah. Tapi berbanding terbalik dengan sikapnya yang menyebalkan, tangan pria itu mengusap tangan yang melingkar dipinggangnya menenangkan. "Jadi kamu mau turun atau enggak?"
"Iya iya," balas Riana sebal, pelan-pelan turun dari jetski itu dan mengamati sekitarnya. Dihadapannya sudah ada Villa besar yang menghadap ke laut. Dimana ini?
"Selamat pagi, Mr. and Mrs. Malven. This way, please." Seorang wanita dengan seragam formal menyambut mereka dengan welcome drink di tangannya.
Riana terkekeh tidak percaya, lalu berbisik pelan pada Ardan. "Apa aku keliatan tua?" tanyanya sebal.
"Bukan karena tua, tapi Gerald yang booking begitu," kilah Ardan, tentu saja penuh kebohongan. Padahal, dia sendiri yang menyuruh Gerald agar memesan Villa untuk honeymoon.
Setelah menerima welcome drink, Riana dan Ardan di bawa keliling pantai dan Villa. Kata Ardan, para pegawainya sedang membawa pakaian dari yacht ke Villa sehingga lebih baik mereka makan siang terlebih dahulu di restoran.
"Mau makan apa, Princess?"
"Uhmm... calamary, lobster keju, sama kentang goreng aja," pesan Riana yang tidak ingin makan nasi karena baru saja sarapan 3 jam yang lalu.
Ardan hanya mengangguk, lalu memesan makanan yang diinginkan Riana bersama dengan sirloin steak yang menjadi makan siangnya sekarang. Sedangkan untuk minumannya, mereka berdua memesan satu teko besar minuman yang dibagi berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guilty Pleasure [✔️]
Romance[21+] "𝘞𝘩𝘢𝘵 𝘥𝘰 𝘺𝘰𝘶 𝘸𝘢𝘯𝘵 𝘵𝘰 𝘣𝘦, 𝘮𝘺 𝘨𝘪𝘳𝘭?" Mata bulat anak perempuan berusia 5 tahun itu menatap Ayahnya dengan polos. "𝘊𝘢𝘯 𝘐 𝘣𝘦 𝘢 𝘗𝘳𝘪𝘯𝘤𝘦𝘴𝘴, 𝘋𝘢𝘥𝘥𝘺?" Sang Ayah tersenyum mendengar jawaban putrinya, "𝘠𝘰...