Part 24 | Guilty Pleasure - A Beginning

9.6K 591 120
                                    

  MAUDY menghela napasnya lega begitu menyelesaikan urusannya di toilet. Memenuhi panggilan alam di tempat umum memang bukan pertama kalinya dia lakukan. Beruntung toilet kampus sangat bersih dan nyaman, tidak seperti toilet sekolahnya dulu. Perempuan itu mengecek jam yang terletak di pergelangan tangannya.

  "Aduh, gue harus cepet sampai kelas," gerutu Maudy panik sendiri.

  Tapi ketika Maudy ingin berjalan menuju kelas, dahinya berkerut saat melihat seorang laki-laki yang wajahnya sangat dia kenali walaupun mereka belum pernah bertatap muka secara langsung. Tatapan matanya langsung menajam, mengira-ngira apa yang pria itu lakukan di kampusnya. Apa jangan-jangan, dia ingin mencari Riana?

"Ngapain Ardan disini? Wah, gak bisa dibiarin!" geram Maudy penuh tekad. Dengan langkah terhentak, perempuan itu berjalan mendekati Ardan dan meninju rahang pria itu kencang hingga terjatuh.

  "Hei! Apa yang Anda lakukan?" tanya seorang pria yang tadi berjalan disebelah Ardan.

  Maudy tersenyum puas melihat hasil karyanya. Gak sia-sia gue nontonin si brengsek latihan boxing, batin perempuan itu, merujuk pada mantannya yang setiap satu kali dalam satu minggu latihan boxing. Sekarang, Maudy sibuk tersenyum puas tanpa menjawab pertanyaan dosennya. Tunggu, dosen?!

  "Eh, Pak Jerome ngapain disini?" tanya Maudy pada dosen yang mengajar mata kuliah Akuntansi Dasar. Beruntung, dia sudah melewati mata kuliah itu dan mendapat nilai B.

  "Saya yang harusnya bertanya, mengapa Anda memukul dosen Anda sendiri?" Wajah Pak Jerome terlihat murka, tapi bukan Maudy namanya jika takut dengan dosen. Hanya saja, dia terkejut sekaligus heran. Sejak kapan Ardan-Ardan ini menjadi seorang dosen?

  "Sejak kapan dia jadi dosen, Pak?" tanya Maudy balik.

  "Dia ini dosen sementara yang akan menggantikan Pak Haris," jelas Pak Jerome tidak habis pikir dengan anak muda yang semakin berani pada dosen.

  "Sudahlah, Pak Jerome. Anda bisa mengetahui bahwa saudari—" Ardan menghentikan ucapannya, memberikan isyarat pada perempuan itu agar menyeburkan namanya.

  "Maudy," jawabnya jutek.

  "—saudari Maudy ini tidak tahu bahwa saya seorang dosen. Tidak perlu diperpanjang," ujar Ardan menenangkan, walau sebenarnya bingung mengapa perempuan itu berani memukul dirinya.

  "Tapi tetap saja, Pak. Memukul orang lain di hadapan umum merupakan tindakan yang sangat tidak bijak. Kalau saya boleh memberikan saran, lebih baik Anda beri nilai maksimal B pada saudari Maudy," saran Pak Jerome yang membuat Maudy semakin jengkel pada pria paruh baya itu. Tetapi, seketika dahinya berkerut. Memangnya mantan jodoh Riana ini akan menjadi dosennya?

  "Saya tahu apa yang akan saya lakukan. Terima kasih, Pak Jerome," ujar Ardan sopan.

  Merasa bahwa urusannya sudah selesai, Maudy berlari meninggalkan kedua dosen itu agar masalahnya tidak semakin panjang. Lagipula, dia bisa bertaruh kalau setelah ini Pak Jerome akan melupakan namanya. Memang sudah menjadi rahasia umum kalau jarang ada dosen menghafal nama mahasiswanya.

"Shit, gue telat!" gumam Maudy panik sendiri. Perempuan itu bahkan tidak mengetahui mata kuliah apa yang akan dilaluinya pagi ini. Tapi yang dia tahu, kelasnya berada ada di lantai dua dekat lift.

"Kenapa lo?" tanya Riana begitu Maudy duduk di tempat strategis mereka biasanya, yaitu di bagian belakang.

"Cepirit ya lo? Ih bauuu," ledek Lina ikut-ikutan.

"Sialan lo!" umpat Maudy sebal.

Riana tertawa, "Lagian lo bukannya di rumah aja," ujarnya.

Guilty Pleasure [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang