⚠️18+
Jangan lupa vote, komen, dan share kayak kemarin ya.. kan banyak tuh ya kemaren komennya jd semangat nih😉
SUASANA makan siang hari ini yang harusnya tentram malah menjadi semakin mencekam. Eros masih menatap Ardan tajam, berusaha memberi waktu untuk memberikan penjelasan. Tidak hanya itu, Doni juga menatapnya dengan penuh perhitungan— mengancamnya agar tidak mengatakan hal aneh lewat tatapan mata.
"Kenapa kamu membuat dating app, Ar?" tanya Jasmine akhirnya. Sebagai seorang Ibu, dia tahu betul bahwa Ardan sedang berpikir keras untuk menjelaskan masalahnya.
"Bukan aku yang buat, tapi Shena. Dia kan dulu pengen nikah sama Aldo, tapi gak bisa ngelangkahin aku," jelas Ardan jujur.
"Kalau Riana, kenapa membuat dating app?" tanya Jasmine hati-hati.
Riana yang menjadi pusat perhatian seketika gugup, apalagi tatapan lekat Ardan kepadanya berhasil membuatnya salah tingkah. "I—itu, temanku—Maudy—yang membuatkan akun itu," jawabnya gugup.
Melihat raut wajah Riana yang terlihat gugup, Ardan menghela napasnya. "Maaf sebelumnya, Sir. Kami hanya melakukan kencan selama satu kali, dan langsung berakhir karena adanya ketidakcocokan. Saya menghargai status Riana yang saat ini memiliki kekasih, dan saya ingin menegaskan bahwa apapun yang terjadi dulu, itu hanyalah masa lalu," ujarnya tegas.
Berbanding terbalik dengan wajah Ayahnya yang kagum mendengar statement tegas dari Ardan, Riana justru mendecih dalam hati. Ketidakcocokan apa? Yang ada hanyalah kebrengsekan pria itu yang meninggalkannya dengan alasan ingin menikah.
"Hanya masa lalu, begitu?" tanya Eros yang dibalas anggukan tegas oleh Ardan. "Baguslah, let's keep it that way," ucapnya dengan nada yang kembali santai, membuat Riana menghela napasnya lega.
Beruntung, setelah itu pembicaraan mereka kembali mengacu pada pekerjaan. Eros sendiri sudah tidak mempermasalahkan putrinya yang kencan dengan orang asing melalui dating app, karena pada nyatanya Ardan bukanlah orang asing. Lagipula, hubungan mereka sudah berakhir sekarang.
👑👑👑
SETELAH acara makan siang mereka berakhir, para orang tua memilih untuk berjalan-jalan di sekitar Villa, sedangkan Riana memilih untuk kembali ke Villa-nya, diikuti dengan Ardan yang ingin tidur beberapa jam sebelum pesta pernikahan nanti malam diselenggarakan. Sungguh kebetulan yang sangat aneh karena Villa mereka terletak bersebelahan. Jadi suka tidak suka, sekarang Ardan dan Riana berjalan dengan jarak dua meter menuju Villa mereka masing-masing.
"Ardan," panggil Riana ketika mereka sudah berada di depan Villa Ardan.
"Ya?" tanya Ardan, sedikit terkejut karena Riana memanggil namanya.
"Bisa bicara sebentar? Jangan disini, nanti ada yang liat," ujar Riana sambil menoleh ke arah belakang Ardan dengan siaga, takut jika kedua orang tuanya datang secara tiba-tiba.
"Oke," balas Ardan singkat, lalu mengkuti Riana yang lebih dulu masuk ke dalam Villa.
Desain Villa yang Riana tempati sama dengan Villa tempatnya menginap. Villa ini memiliki satu kamar tidur dengan ruang keluarga, ruang makan kecil, kamar mandi dalam dan kamar mandi luar, walk in closet, dan dapur kecil. Tidak hanya itu, di luar juga terdapat taman dan kolam renang yang disertai dengan saung kecil. Tipe Villa ini memang cocok untuk pasangan suami-istri yang sedang berbulan madu, karena itu Doni dan Jasmine enggan untuk memesan Villa yang lebih besar karena ingin merasakan vibes honeymoon lagi.
"Mau minum?" tanya Riana basa basi, mengamati Ardan yang duduk di sofa.
"Baru aja makan," jawab Ardan disertai dengan gelengan pelan.
"Okay, kalau gitu aku to the point aja," tukas Riana, membuat Ardan terkekeh pelan. "Kenapa ketawa?" tanyanya sinis.
"Bukan, aku cuma gak nyangka aja ketemu kamu lagi," ungkap Ardan, berusaha menahan senyumannya.
"Aku juga gak nyangka," Riana menyipitkan sebelah matanya, mencari cincin pernikahan di jari pria itu, namun tidak menemukannya.
"Jadi, kamu benar-benar punya pacar sekarang?"
Alis Riana terangkat satu, "Ya, kamu masih belum percaya?" tanyanya tidak percaya.
Ardan menghela napas sambil mengetuk kakinya di lantai dengan pelan, menimbang-nimbang apakah dia harus merealisasikan ide yang ada dipikirannya atau tidak. "Sudah sejauh mana hubungan kalian berjalan?"
Bibir Riana mengatup, tidak ingin mengatakan bahwa hubungannya dengan Regan hanya sebatas berpegangan tangan dan berpelukan. Entahlah, sampai saat ini dia enggan melakukan hal lebih jauh dengan Regan. Beruntung, Regan merupakan seorang laki-laki yang pengertian dan tidak memaksanya untuk melakukan skinship berlebihan.
"Berpelukan, berciuman, dan yang lainnya..." Tidak, bukan Riana yang ingin mengucapkan hal itu, tapi egonya yang membuatnya berbohong.
"Begitukah?" tanya Ardan, menatap Riana yang berdiri dihadapannya lekat-lekat. Perkataan perempuan itu cukup membuat hawa disekitarnya menjadi panas, membuatnya ingin merealisasikan ide yang ada dipikirannya dengan segera. Sungguh, dia benar-benar tidak rela jika tubuh Riana di sentuh oleh pria lain, mengingat bahwa orang yang pertama kali menyentuh tubuh perempuan itu dengan intens adalah dirinya.
"Tentu saja, kami memang baru saja berpacaran selama dua minggu, tapi sudah melakukan pendekatan sejak tahun lalu," jelas Riana yang berhasil membuat Ardan semakin panas, menyadari bahwa perempuan itu sudah dekat dengan laki-laki lain selama satu tahun lebih. Mungkin saja laki-laki itu sudah mengetahui baik buruknya sifat Riana, lebih daripada dirinya.
Karena sudah tidak tahan dalam menahan amarah dan rasa cemburunya, Ardan menarik tangan Riana dan membiarkan perempuan itu duduk dipangkuannya. "Tell me, apa kamu udah sedekat ini sama dia?" tanyanya, dengan sigap merangkul pinggang Riana agar tidak kabur.
"Kamu ngapain?" protes Riana mulai memberontak. Tubuhnya seketika menggigil, tidak kuat berdekatan dengan Ardan lebih lama lagi.
"Apa dia udah pernah cium kamu kayak gini?" tanya Ardan lagi sebelum mengecup singkat bahu Riana yang terbuka.
Tubuh Riana sedikit bergetar, dalam hati merutuki dirinya sendiri karena tidak hanya jatuh ke dalam pelukan Ardan, tapi juga jatuh pada pesona pria itu untuk kesekian kalinya. Bukannya menampar pipi Ardan atau kabur, Riana malah menghindar dengan menenggelamkan wajahnya pada bahu kekar pria itu. Apa yang dia lakukan sekarang tentu saja semakin mendekatkan jarak mereka berdua.
"Apa dia udah pernah sentuh kamu kayak gini?"
"Enghhh," lenguh Riana ketika merasakan sentuhan lembut di pahanya yang terbuka. Kalau tahu akan terjadi hal seperti ini, dia akan menuruti perintah Eros untuk mengenakan pakaian yang lebih tertutup tadi.
Ardan melepaskan rangkulan tangannya pada pinggang Riana sehingga secara refleks perempuan itumemeluk lehernya agar tidak terjatuh. Jarak mereka yang sangat dekat ini membuat kedua mata mereka bertemu dan menciptakan suasana yang semakin panas diantara mereka berdua.
"Apa dia pernah ngelakuin ini?" tanya Ardan datar, menatap mata Riana sekali lagi sebelum memejamkan kedua matanya menyatukan bibirnya dengan bibir perempuan itu.
Tidak membutuhkan waktu lama, bibir Riana bergerak membalas kecupan dan pangutan Ardan sama lembutnya. Persetan dengan statusnya yang sudah memiliki kekasih dan status Ardan yang sudah memiliki istri. Ciuman dan sentuhan dari Ardan berhasil membawanya terbang sehingga membuatnya lupa akan dirinya sendiri, lupa bahwa dia sudah berjanji untuk menjaga perasaan Regan yang sangat mencintainya.
👑👑👑
Yang nunggu Eros dan Ardan berantem👉🏻
Sorry gais, seperti yang kalian tahu Ardan itu sopan dan santun pada orang tua ya, tidak seperti Eros yang kurang ajar pada orang tua. Jadi gak ada tuh, drama berantem🙏🏻
Next chapter spoiler: ⚠️21+ (kali ini beneran ada yah gais, ini gak kayak safety net yang 21+ nya tergantung tingkat ketaubatan author. Lapak ini tidak ada kata taubat😭)
![](https://img.wattpad.com/cover/272367502-288-k610589.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Guilty Pleasure [✔️]
Romance[21+] "𝘞𝘩𝘢𝘵 𝘥𝘰 𝘺𝘰𝘶 𝘸𝘢𝘯𝘵 𝘵𝘰 𝘣𝘦, 𝘮𝘺 𝘨𝘪𝘳𝘭?" Mata bulat anak perempuan berusia 5 tahun itu menatap Ayahnya dengan polos. "𝘊𝘢𝘯 𝘐 𝘣𝘦 𝘢 𝘗𝘳𝘪𝘯𝘤𝘦𝘴𝘴, 𝘋𝘢𝘥𝘥𝘺?" Sang Ayah tersenyum mendengar jawaban putrinya, "𝘠𝘰...