TEPAT pukul 7 malam, sebuah mobil SUV memasuki gerbang rumah besar yang otomatis terbuka. Mobil tersebut memiliki dua penumpang yang sama-sama terdiam. Ardan yang belum rela jika mereka berpisah, dan Riana yang belum siap mendapat amarah dari Ayahnya.
"Eh, kamu ngapain?" tanya Riana terkejut karena Ardan melepas sabuk pengamannya.
"Anter kamu masuk," jawab Ardan polos.
"Gak usah, Daddy bisa marah sama kamu," cegah Riana panik.
"Itu resiko aku yang udah bawa kamu pergi. Ayah mana yang gak marah? Yuk, sebelum kemaleman," ajak Ardan seraya keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk calon kekasihnya itu.
Tanpa mengetuk, dengan perlahan Riana membuka pintu rumahnya dan masuk pelan-pelan. Suasana rumah terlihat sepi, namun Riana bisa menebak bahwa sekarang Ayahnya berada di ruang kerja untuk menunggu makan malam siap. Sedangkan Ibunya, bisa dipastikan sedang di dapur untuk ikut memasak.
"Princess? Kamu sudah pulang?" Laura yang hendak memanggil Eros untuk makan malam terkejut saat mendapati Riana sudah berada di rumah.
"Ya, Mommy..." balas Riana, bingung ingin mengatakan apa lagi pada Ibunya.
Baru saja Riana dan Ardan hendak melangkah mendekat, tiba-tiba dari arah ruang kerja yang membelakangi mereka, Eros berjalan menghampiri Laura dan memeluk wanita itu.
"Kenapa kamu hanya diam disini dan tidak memanggilku, hm?"
Riana buru-buru menutup mata Ardan ketika Eros mulai menenggelamkan wajahnya di leher Laura. Sebelum kedua orang tuanya itu bergerak lebih jauh, Riana buru-buru menginterupsi apapun yang dilakukan Daddy-nya.
"Daddy!"
Suara teguran Riana berhasil membuat Eros menjauhkan tubuhnya dari Laura dan berbalik, menatap putrinya itu dengan tatapan datar. "Kamu sudah datang, Riana?"
Jantung Riana mulai berdegup cepat. Riana. Itu panggilan Eros untuknya jika pria itu sedang dalam suasana hati yang buruk.
"I—iya," cicit Riana takut-takut.
"Kalau begitu, bawa Riana ke kamar, Baby. Makan malam kita tunda, ada hal yang harus aku urus," kata Eros sambil mengusap pipi Laura pelan.
"I'll be okay," ucap Ardan yang menyadari raut khawatir Riana saat mendengar perkataan Eros.
"Ayo, Princess. Biarkan saja mereka menyelesaikan urusannya," ujar Laura tenang. Hal itu berhasil membuat Riana ikut merasa tenang dan mengikuti langkah Ibunya.
Bugh!
Baru saja lima langkah Riana berjalan menjauhi kedua laki-laki yang dicintainya, suara pukulan keras menyapa telinganya.
"Daddy!"
"Eros!"
Secara kompak, Riana dan Laura berteriak saat melihat Ardan yang kini sedang meringis pelan mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Riana yang tidak menyangka kalau kekhawatirannya berubah menjadi kenyataan, sedangkan Laura terkejut karena Eros memilih untuk melakukan kekerasan.
"Kamu sudah membawa putriku pergi dan membawanya pulang dengan santai. Aku cukup kagum dengan keberanianmu," ujar Eros datar, namun dia sedang berusaha menahan emosi sekuat tenaga agar tidak membunuh laki-laki dihadapannya ini.
"Pergi? Jadi, kamu tidak pergi sendirian?" tanya Laura pada Riana dengan tatapan penuh intimidasi.
Riana meneguk salivanya dengan susah payah. Kemarahan Eros dan Laura sama-sama menyeramkan, tapi dia tidak menyangka akan mendapatkan semuanya dalam waktu yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guilty Pleasure [✔️]
Romance[21+] "𝘞𝘩𝘢𝘵 𝘥𝘰 𝘺𝘰𝘶 𝘸𝘢𝘯𝘵 𝘵𝘰 𝘣𝘦, 𝘮𝘺 𝘨𝘪𝘳𝘭?" Mata bulat anak perempuan berusia 5 tahun itu menatap Ayahnya dengan polos. "𝘊𝘢𝘯 𝘐 𝘣𝘦 𝘢 𝘗𝘳𝘪𝘯𝘤𝘦𝘴𝘴, 𝘋𝘢𝘥𝘥𝘺?" Sang Ayah tersenyum mendengar jawaban putrinya, "𝘠𝘰...