Part 7 | Love, Guilt, and Please - First Date

14.2K 714 36
                                    


Demi apapun kaget udah tembus😦. Big thanks to @Aurelya__23 yang udh spam banyak banyak💞

Jangan lupa vote, komen, dan share ya! Let's fall in love with Ardan dan Riana while read this part!






DI pusat kota besar itu, terdapat Mall besar bernama Malven Mall. Mall yang selalu ramai oleh berbagai kalangan ini memiliki banyak fasilitas, diantaranya waterboom, wahana bermain, dan berbagai store dari berbagai brand ternama. Tidak hanya itu, Malven Mall juga terkoneksi dengan La Dayrin Hotel—Hotel milik Uncle-nya—Dante. Rencananya, hari ini Riana akan berjalan-jalan di Mall ini bersama Ardan untuk first date mereka.

"Green tea latte-nya, Kak."

"Makasih," ucap Riana singkat.

Saat ini, Riana sedang berada cafe ternama yang berada di dalam mall itu. Suasana cafe itu sedikit ramai, mungkin karena Riana datang saat orang-orang sedang sarapan. Sekarang saja sebenarnya dia kabur dari rumah karena orang tuanya tidak akan mengizinkannya pergi di hari ulang tahunnya.

"Riana?"

Tubuh Riana sedikit menegang saat suara berat yang mulai terasa familiar di telinganya. Bibirnya mau tidak mau tersenyum saat melihat seorang pria tampan berjalan santai ke arahnya. Well, siapa yang tidak tersenyum saat seorang pria tampan berjalan menghampiri kita, dan hanya menatap kita?

"Ardan?" tanya Riana memastikan sambil mengulurkan tangannya yang langsung disambut baik oleh laki-laki itu. Tapi sayangnya, tangan mereka hanya bersentuhan selama beberapa detik saja karena Riana merasa ada sengatan listrik secara tiba-tiba.

  "Udah lama?" tanya Ardan basa basi.

  "Belum kok, ini aku baru pesan matcha latte," jawab Riana menunjuk matcha latte yang masih terisi penuh itu dengan dagunya.

"Gimana ujian Ekonomi kemarin?"

"Lumayan, jadi lebih gampang karena diajarin kamu. Tapi ada beberapa nomor yang aku lupa rumus," jelas Riana sambil menyeruput matcha latte-nya.

Ardan mengangguk paham, "Rencananya, hari ini aku mau ajak kamu main wahana di luar, terus berenang di waterboom. Mau gak?" tawarnya.

"Mau! Tapi, aku gak bawa baju ganti," keluh Riana, sedikit sebal karena Ardan tidak memberi tahu rencana mereka sejak tadi.

Seakan mengetahui isi pikiran perempuan dihadapannya ini, Ardan buru-buru berucap, "It's okay. Kamu bisa beli baju disini, dan setelah itu aku bisa minta anak buahku buat laundry baju itu di Dayrin."

  "Emang bisa?" Dahi Riana berkerut bingung, tidak memikirkan ide itu sama sekali.

"Bisa," jawab Ardan singkat sebelum meraih dompetnya dan menaruh uang berwarna biru sebanyak satu lembar di atas meja. "Ayo," ajaknya sambil mengulurkan tangannya pada Riana.

  Tentu saja, Riana tidak bisa menjawab apapun selain mengiyakan semua rencana Ardan. Riana meraih tangan pria itu, dan berjalan bergandengan tangan keluar dari cafe itu. Pipi Riana memerah melihat tangan mereka yang saling bertautan. Tidak bisa dipungkiri, Riana seperti menjadi dirinya sendiri, ceria dan selalu tersenyum karena hal kecil—perilaku yang hanya dia tampilkan ke keluarganya saja. Tapi sekarang, entah mengapa Riana berperilaku seperti itu dihadapan Ardan.

  "Pilih aja yang kamu mau," ujar Ardan sesampainya mereka di salah satu clothing brand yang Riana ketahui berasal dari Jepang.

"Okay!" Karena dipakai setelah berenang, Riana hanya memilih kaus dan celana longgar agar mudah dipakai. Tidak hanya itu, dia juga membeli pakaian dalam karena dia tidak membawa kedua benda itu kemana-mana.

Guilty Pleasure [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang