Jamber kalian baca ini gais?
YOUR relationship with Revattaire Ardana just ended. Let's find another Fate!
Riana mendengus pelan saat melihat notifikasi yang tampil setelah hubungannya dengan Ardan berakhir. Seketika dia merasa heran. Mencari takdir lain, katanya? Bukankah arti takdir sendiri adalah ketetapan yang tidak bisa diganggu gugat? Lalu, kenapa aplikasi ini dapat dengan mudah meminta penggunanya untuk mencari takdir lain?! Okay, entah mengapa Riana merasa dirinya begitu sensitif. Harusnya, sekarang dia memikirkan caranya untuk memasuki kamar dengan mudah karena tangga menuju kamarnya hilang secara tiba-tiba.
Dengan langkah mengendap-endap, Riana berjalan menuju pintu belakang rumahnya yang dekat dengan tangga yang akan membawanya ke kamar lebih cepat. Tapi baru saja hendak menaiki tangga, suara deheman seorang pria berhasil membuatnya tersentak dan refleks memegang dadanya karena terkejut.
"Anjir, ternyata elu," umpat Riana saat melihat kembarannya, Anzel yang sedang meminum segelas air putih di dapur. Kembarannya itu hanya menggeleng pelan, lalu menoleh ke arah ruang tamu.
Yah, udah ini mah, batin Riana pasrah seraya menoleh ke arah ruang tamu dan mendapati Daddy-nya sedang bersidekap di sofa sambil menatapnya tajam.
"Jadi, kamu tidak ingin merayakan sweet seventeen karena ingin kabur, Princess?" tanya Eros dingin, seketika berhasil membuat Riana merinding. Hal yang bisa dilakukannya sekarang adalah menghampiri Eros dan memeluk lengan Daddy-nya agar tidak marah lagi.
Riana buru-buru menggeleng, "Aku ingin merayakan ulang tahunku bersama Maudy dan Kylie, Daddy," jawabnya penuh kebohongan.
"Tapi kenapa orang tua Maudy dan Kylie berkata pada Daddy kalau kamu tidak sedang bersama mereka?" tanya Eros dengan nada tidak suka yang kentara. Tentu saja, siapa yang tidak suka jika anak yang kita rawat sejak bayi mulai berbohong?
"Ah, i—itu..."
"Resta melihatnya bersama seorang laki-laki di Malven Mall," celetuk Anzel, menyebutkan nama salah satu teman baiknya.
"Laki-laki, hm?" Tatapan Eros pada Riana semakin tajam. Pria itu bahkan melepaskan pelukan Riana pada lengannya dengan kasar.
Bibir Riana sontak mengerucut, "Dia hanya teman," jawabnya sambil menunduk.
Karena Riana menundukkan kepalanya, perhatian Eros jadi tertuju pada kalung yang melingkar di leher putrinya. "Bukannya kamu tidak menyukai perhiasan?" tanya Eros penuh selidik.
"Ini hadiah, tidak enak kalau aku tolak," ujar Riana beralibi.
"Daddy memberikan kamu banyak perhiasan dan kamu tidak pernah memakainya," balas Eros jengkel.
"Kalung ini lucu, bentuk mahkota," bela Riana lagi.
"Jadi perhiasan yang Daddy belikan tidak ada yang lucu?!" sentak Eros tidak terima.
"Perhiasan yang Daddy belikan lebih cocok untuk Mommy," keluh Riana sebal. Eros memang tidak pernah menanyakan pendapatnya tentang barang apa yang dia inginkan dan selalu membelikan barang-barang yang sebenarnya tidak dia sukai.
"Baiklah kalau begitu, pakai saja kalung dari orang itu," ucap Eros kesal, lalu mengerutkan keningnya, menyadari sesuatu. "Kamu tidak pergi dengan seseorang yang kamu kenal dari dating app itu, bukan?!" bentaknya langsung.
Riana sontak gelagapan, "A—aku mau ke kamar, ngantuk," ujarnya sebelum bangkit dari duduknya, namun lebih dulu di tahan oleh sang Ayah.
"Kamu tidak serius, bukan?" tanya Eros. Nada bicara Eros kembali dingin, mengisyaratkan bahwa Ayahnya itu benar-benar berusaha keras untuk menahan amarahnya agar tidak meledak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guilty Pleasure [✔️]
Romance[21+] "𝘞𝘩𝘢𝘵 𝘥𝘰 𝘺𝘰𝘶 𝘸𝘢𝘯𝘵 𝘵𝘰 𝘣𝘦, 𝘮𝘺 𝘨𝘪𝘳𝘭?" Mata bulat anak perempuan berusia 5 tahun itu menatap Ayahnya dengan polos. "𝘊𝘢𝘯 𝘐 𝘣𝘦 𝘢 𝘗𝘳𝘪𝘯𝘤𝘦𝘴𝘴, 𝘋𝘢𝘥𝘥𝘺?" Sang Ayah tersenyum mendengar jawaban putrinya, "𝘠𝘰...