Part 12 | Guilty Pleasure - It's a Holiday..., but Why It Feels Like a Study Tour?
FLASHBACK
Satu tahun yang lalu...
SINAR matahari yang terik berhasil menganggu penglihatan Riana. Saat ini, dia sedang berada di lapangan besar Abikhara University untuk melakukan ospek hari pertama. Riana melangkah santai menuju pinggir lapangan menghampiri Maudy dan Kylie yang sedang menghindari terik matahari. Langkahnya berhasil menarik perhatian orang-orang, bukan karena kecantikannya, tapi karena dia tidak memakai atribut yang diwajibkan untuk mahasiswa baru.
"Princess! Lo kenapa gak pake atribut jir?" tanya Maudy panik. Setidaknya, mereka harus bersikap seperti anak baik-baik di hari pertama mereka berkuliah, bukan? Sama seperti saat mereka melakukan MOS di SMA dulu.
"Sorry, gue gak mau kelihatan kayak orang bego," balas Riana sebelum tertawa melihat penampilan Maudy dan Kylie yang seperti orang-orangan sawah.
"Ih si geblek," umpat Kylie gemas sendiri melihat Riana yang tidak memiliki rasa takut sama sekali kepada kakak tingkat.
"SEMUA BERKUMPUL!" teriak salah satu kakak tingkat dengan pengeras suara. Sudah memakai pengeras suara, apa harus berteriak juga?
"Udah ayo kesana. Lo berdua mau dihukum?" tanya Riana pada dua anteknya.
"Dari kita bertiga yang hukumannya paling berat pasti elo, Princess.." cibir Maudy dengan suara pelan.
Dengan lesu, Maudy dan Kylie mengikuti langkah Riana menuju ke tengah lapangan. Karena sekarang masih ospek tingkat universitas, mereka bisa bersama di lapangan ini. Tapi nanti siang, mereka bertiga akan berpisah untuk mengikuti ospek di fakultas mereka masing-masing. Riana dan Maudy di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, sedangkan Kylie di Fakultas Teknik.
"Tunggu, tunggu."
Mendengar interupsi dari seorang panitia yang juga menjadi MC pada ospek hari ini, langkah para mahasiswa baru sontak terhenti dan memusatkan perhatiannya pada kakak tingkatnya itu.
"Temen-temen panitia, ini mata gue yang lagi gak beres, atau emang bener kalau gue lihat ada maba yang gak pake atribut sama sekali disana?"
"Nah kan," ucap Maudy refleks, lalu menggeleng pelan karena mereka menjadi pusat perhatian.
"Mending lo pulang, terus skip OSPEK deh," suruh Kylie yang sudah lelah dengan sahabatnya itu.
"Kenapa lo gak pakai atribut?" tanya seorang panitia yang tiba-tiba menghampiri mereka bertiga.
Riana mengerutkan keningnya, "Kenapa gue harus pakai atribut?" tanyanya baik, membuat Maudy dan Kylie kompak menepuk keningnya.
"Lo gak lihat? Itu saudara lo, keluarga lo semuanya pada pakai atribut. Cuma elo doang yang polosan begini," ujar panitia itu sabar, merujuk pada para mahasiswa baru yang harusnya dianggap keluarga oleh perempuan dihadapannya ini.
Alis Riana terangkat satu, "Kayaknya merasa semua gak keluar dari rahim nyokap gue, Regan," ucapnya setelah membaca name tag panitia laki-laki itu.
Regan mendengus geli, setuju dengan ucapan perempuan itu dalam hati. "Siapa nama lo?" tanyanya.
"Kenapa lo harus tahu nama gue?"
"Wah, ini orang kenapa songong banget anjir," umpat salah satu kating perempuan, hendak bergerak menghampiri Riana namun di tahan oleh Regan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guilty Pleasure [✔️]
Romance[21+] "𝘞𝘩𝘢𝘵 𝘥𝘰 𝘺𝘰𝘶 𝘸𝘢𝘯𝘵 𝘵𝘰 𝘣𝘦, 𝘮𝘺 𝘨𝘪𝘳𝘭?" Mata bulat anak perempuan berusia 5 tahun itu menatap Ayahnya dengan polos. "𝘊𝘢𝘯 𝘐 𝘣𝘦 𝘢 𝘗𝘳𝘪𝘯𝘤𝘦𝘴𝘴, 𝘋𝘢𝘥𝘥𝘺?" Sang Ayah tersenyum mendengar jawaban putrinya, "𝘠𝘰...