2

105 28 1
                                    

Gadis berjilbab putih dengan tas ransel berwarna pink, tidak lupa dengan kacamata ber-frame bening yang senantiasa bertengger di mata indahnya itu mulai menginjakkan kaki di lantai sekolah yang entah sudah sejak kapan tidak ia pijak.

"Itu yang nyuri uangnya Rika kan? Masih masuk? Kirain udah di drop out dari sekolah."

"Iya, sampe di bonyokin juga gara-gara nggak terima dilaporin ke guru konseling."

"Lah? Tapi udah di bonyokin balik kan sama Abangnya?"

"Iya untungnya aja."

"Nggak nyangka dia gitu, mukanya doang polos."

"Sok polos itu mah."

"Sok sokkan pake hijab, kelakuan aja masih bejat."

"Tebel muka banget si, udah beberapa kali kena skandal masih bisa nunjukkin mukanya di sekolah."

Bisikan-bisikan mulai terdengar memenuhi gendang telinganya.

Lirikan-lirikan kebencian dan tatapan meremehkan itu pun bisa ia lihat. Sial, Viola sangat benci di remehkan.

Tangannya mengepal kuat, Viola berusaha menahan emosi dengan berusaha tidak mempedulikan ucapan mereka.

"Pi."

Tidak perlu menoleh, Viola tau panggilan tersebut berasal dari siapa.

"Buset lo main ninggalin aja."

Melihat raut muka datar dari teman sebangkunya itu, Migo menatap tajam kepada sekumpulan anak-anak yang sedang bergosip. Lalu, Migo segera merangkul Viola menuju kelas.

•••

Suara bel pulang sekolah berbunyi. Setelah menjalani banyak drama hari ini,  akhirnya Viola bisa bernapas lega.

Pukul 15.00

Anak-anak berhamburan keluar dari kelas untuk segera pulang sekolah dan mengistirahatkan badannya di kasur tercinta. Ada juga yang masih di sekolah untuk mengikuti eskul atau bahkan sekadar bergosip di kantin. Ketika Vigo hendak keluar dari kelas, lelaki yang Vigo yakini sebagai teman satu kelasnya itu memanggilnya. Vigo menatap lelaki yang menghentikan langkahnya, seakan bertanya, "ada apa?"

"Di sekolah ini lo wajib ikut minimal 1 ekskul, beda lagi kalo kelas 12, udah bebas."

Vigo mendengarkan dengan seksama, tanpa menyela.

"Lo bisa hubungin ketua ekskulnya. Kemaren udah di data dan udah gue serahin datanya, tinggal lo yang belum."

Vigo merespon dengan anggukan kepala.

"Untuk ekskul itu gabungan, anak SMA sama SMK dijadiin satu, jadi rame. Ini gue kasih data ketua setiap ekskulnya, ntar lo hubungin ketua ekskulnya aja" ucap lelaki itu sembari menyerahkan kertas data.

"Baik, terimakasih ya," jawab Vigo dengan memberikan senyum tipis

"Oh ada satu ekskul lagi yang baru beberapa bulan ini jalan lagi. Tapi kayanya rada sepi peminatnya, gara-gara yang pegang ekskul kena skandal mulu kalo nggak salah."

Vigo hanya mendengarkan teman kelasnya itu berbicara tanpa ada niat untuk menjawab.

"Ekskul Mading, yang megang ekskul kalo nggak salah penulis. Lagi rame di omongin juga dari kemaren. Namanya Kak Vio, kelas 11 IPS 2."

Kapal KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang