Sampai Viola memasuki bangku perkuliahan pun hubungannya dengan Vigo masih tetap tidak memiliki status.
Atau lebih tepatnya mereka berdua tidak masalah jika hubungan keduanya tidak memiliki status yang jelas.
Viola yang merasa tidak apa-apa jika di gantung asal Vigo selalu di sampingnya, dan Vigo yang selalu setia berada di samping Viola tanpa mau memberikan kejelasan.
Perpaduan yang pas.
Waktu main mereka sekarang terbatas, tidak seperti dulu, waktu mereka masih berada dalam satu sekolah yang sama.
Viola yang menjadi kuliah dengan santai, katanya santai bukan berarti lalai, dan Vigo yang sibuk belajar karena sekarang sudah berada di kelas dua belas akhir.
Vigo memang masih seperti dulu, masih sama dengan Vigo yang pertama kali Viola temui.
Acara kelulusan Vigo tinggal satu bulan lagi. Seperti tahun sebelumnya, Aksara akan mengumumkan lulusan terbaik pada pagi harinya, dan tentunya dengan di saksikan wali murid.
Malamnya akan di gelar acara prom night, tapi Vigo sama sekali tidak menawarkan Viola untuk ikut ke dalam acara tersebut. Padahal satu tahun yang lalu Viola mengajak Vigo ke acara prom night angkatannya.
Viola yang tidak terima pun memprotes, "kok kamu nggak ngajak aku buat dateng ke prom night? Udah ada cewe lain?" ucap Viola dengan nada sinis.
Dari lubuk hati yang paling dalam, Viola juga sebenarnya sangat sadar bahwa Viola juga bukan cewe Vigo. Tapi ya suka-suka Viola lah! Persetan dengan status, intinya Vigo itu miliknya. Jadi, mana boleh ada yang mengganggu?
"Kakak mau?"
Bodoh!
Vigo ini benar-benar definisi lelaki bodoh!
"Aku bukannya tidak mau mengajak, tapi belum mengajak. Lagi pula acaranya masih satu bulan dari sekarang."
"Tetep aja aku nggak di kasih tau! Biar apa coba? Biar kamu bisa pergi kesana sendiri? Biar bisa caper ke cewek-cewek cantik? Iya?"
Lihat lah, kalimat yang di lontarkan Viola seperti kalimat perempuan yang sedang cemburu buta dengan pacarnya.
Padahal kan... ya iya lah! Siapa juga yang tidak cemburu! Bohong jika Viola tidak merasa jealous dengan cewe-cewe yang setiap hari bisa bertemu Vigo.
Vigo terkekeh kecil mendengar Viola mengomel dengan suara khasnya. Bukannya terlihat menyeramkan justru terlihat menggemaskan di mata Vigo. "Aku bahkan tidak berpikir sampai sana, Kak," sahut Vigo lembut. "Nanti acaranya satu bulan lagi, tepatnya tanggal 30 Juni. Aku jemput habis isya, jangan marah lagi, okay?"
Viola yang akan mengomel lagi pun menjadi luluh mendengar nada halus dari suara Vigo.
Vigo memang selalu bisa membuat Viola tenang dalam kondisi apa pun. Vigo tidak pernah mengomel balik jika Viola mengomel habis-habisan.
Vigo juga tidak pernah marah balik jika Viola lagi ngambek. Yang ada Vigo bakal terus menenangkan dengan suara lembutnya.
Yang pastinya akan membuat Viola luluh.
Vigo benar-benar tahu cara membuat mood Viola naik, tanpa harus Viola instruksi terlebih dahulu. Vigo sudah tahu harus melakukan apa.
Vigo menggandeng tangan Viola menuju motornya. "Mau beli jajan dulu?"
"Kebab!" sahut Viola semangat.
Tangan Vigo beralih mengusap kepala Viola, "jangan kebab terus, Kak," peringat Vigo lembut. Pasalnya Viola sudah terlalu sering jajan makanan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapal Kertas
Teen Fiction"Hai," sapa seorang pemuda dengan baju osis yang masih bertengger di tubuhnya. Sungguh, itu suara lelaki terlembut yang pernah Viola dengar. Viola akhirnya mendongak sekilas, melihat siapa yang menyapa dirinya, tanpa memiliki niat untuk menjawab sed...