15

33 12 0
                                    

"Migo, menurut lo yang fitnah gue siapa?"

Migo merenung sejenak, ia pernah bilang kepada Viola untuk menyelidiki kasus ini, tetapi sampai sekarang ia belum gerak. Migo terlalu sibuk memikirkan masalahnya, sampai lupa janjinya kepada Viola.

Migo menatap Viola dengan raut bersalah. "Pi, maaf gue belum nyelidiki itu sampai sekarang."

Viola menatap Migo lekat-lekat, ia benar-benar tidak bermaksud untuk menagih ucapan Migo tempo lalu. Ia cuma meminta pendapat Migo, kira-kira siapa yang berpotensi untuk memfitnah dirinya sebagai pencuri. Lagi pula, Viola juga tahu jika Migo sendiri masih kacau. Ia tidak boleh terus-terusan menjadi beban kan? Sudah cukup ia merepotkan Migo selama ini.

"Gue cuma tanya kali, gue bener-bener bingung dah. Apaan gitu loh tujuan dia fitnah gue? Gue rasa selama ini gue nggak pernah tuh gangguin hidup orang. Yang ada malah orang yang ganggu hidup gue! Tapi nggak tau juga si, mungkin tanpa sadar gue mengusik hidup orang? Iya kan?"

Sebenarnya, perkataan Viola memang tidak salah. Selama kurang lebih satu tahun Viola bersekolah di Aksara, dia tidak pernah membuat masalah dengan siapapun. Mungkin bisa di bilang, kejadian Viola melakukan kekerasan dengan Rita tempo lalu adalah kasus pertamanya. Bahkan Viola selalu berangkat sekolah tepat waktu, bisa di bilang juga, Viola baru pernah terlambat masuk sekolah satu kali. Viola juga selalu mengerjakan tugas walaupun kadang menyalin tugas Migo. Mengikuti pelajaran dengan baik. Tetapi akibat banyak tersebar informasi yang tidak-tidak, Viola jadi di benci oleh warga sekolah.

"Lo nggak curiga sama In-" Belum selesai Migo menyelesaikan ucapannya, Viola langsung menyela. "Iya, gue sempet curiga, tapi gue rasa bukan dia deh."

"Lo tau dari mana bukan dia?"

Viola kembali menatap Migo lekat-lekat. "Dia yang bantu gue mohon-mohon agar skorsing gue di tunda! Setelah gue sama lo mohon-mohon tapi tetep nggak di gubris, dia tarik gue ke ruang kepala sekolah! Dia yang bantuin gue ngomong sama mereka!"

Migo benar-benar terkejut mendengar fakta tersebut. Tetapi Migo masih tetap bersikeras mempertahankan pendapatnya. "Bisa jadi dia bantuin lo cuma buat nutupin kelakuannya kan?"

Plak.

Viola menampar mulut Migo. Migo menatap Viola tidak percaya, ini kali pertama Viola memukul Migo dengan tatapan serius. Terlebih, Viola memukul Migo demi membela seseorang yang bahkan sering menjatuhkan Viola.

Viola memegang rahang Migo. Dengan tatapan tajam, Viola berujar. "Denger, Migo! Dia emang udah mengkhianati gue, dia juga untuk buat hidup gue di sekolah nggak tenang! Tapi untuk kali ini, gue nggak setuju dengan pendapat lo!"

Viola menutup pintu rumah dengan keras.

•••

Migoblok tapi pinter🐄
Nggak usah ngemis2 maaf sama gue hati ini, gue nggak bakal maafoj Lo.

Viola terkekeh geli melihat notifikasi dari ponselnya. Viola sebenarnya memang merasa bersalah dengan Migo. Tetapi, melihat Migo mengirim pesan seperti itu membuat Viola sedikit kesal. Tapi meski begitu Viola tetap salah kan?

Viola memandangi bekal yang ia buat dengan tatapan lesu. "Padahal udah gue buatin bekal, buat minta maaf," gumannya.

Hisna menyentuh bahu Viola pelan. "Makan dulu sebentar Kak, Mama suapin," ujar Hisna dengan senyum merekah.

Setelah menerima beberapa suap dari Hisna. Viola mengambil air putih. "Udah," ujarnya pelan.

Hisna mengangguk pelan. "Kakak langsung berangkat aja, Papa sama Mas Agi sudah berangkat kerja. Mba Lia lagi di kamar ngurusin Arsya sama Asya."

Kapal KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang