Epilog

48 11 0
                                    

Malam itu Viola tidak henti-hentinya menangisi Vigo. Viola... masih belum terima jika dirinya akan berjauhan dengan Vigo. Meskipun lelaki itu berpamitan kepadanya, tetap saja Viola merasa tidak ikhlas.

Sampai beberapa bulan kemudian pun Vigo tidak pernah menghubunginya lagi. Viola telepon pun nomornya tidak aktif.

Dan karena itu Viola seperti menjadi orang gila sekarang. Selalu berharap jika Vigo akan menghubunginya.

Setidaknya jika lelaki itu berganti nomor mengabari Viola.

Tapi ini tidak sama sekali.

Seakan-akan Viola bukan orang yang penting. Walaupun memang kenyataannya demikian.

Kuliah Viola pun menjadi berantakan, fokus Viola terpecah. Bahkan sekarang dirinya sedang berada di pinggir danau, padahal sekarang dirinya sedang ada kelas. Persetan jika dirinya akan mengulang, pikiran Viola terlalu berantakan.

Ia mengeluarkan satu lembar kertas, menulis unek-uneknya di sana. Meniru trik lelaki yang membuat pikiran Viola berantakan itu.

Lelaki yang bilang jika ini itu Perahu Kertas, padahal sudah jelas-jelas jika itu Kapal Kertas!

"Viola."

Viola menoleh cepat mendengar nada berat tersebut. Sungguh, Viola tidak pernah membayangkan akan di temui oleh pria itu di tempat ini.

Ketika Viola hendak berdiri, tetapi pria itu mengintruksi, "biar saya yang duduk."

"Om bukannya--?" Viola menggantung ucapannya. Masih tidak menayangka akan bertemu dengan pria ini di tempat ini.

"Keadaan istri saya sudah baik-baik saja, jadi bisa gantian menjaga Nigo. Ada Vigo juga, jadi tidak terlalu repot," jawab Arrozy santai.

Mendengar nama lelaki kesukaannya di sebut, Viola semakin diam. "Vio harap kondisi Nigo bisa segera pulih seperti sedia kala."

Arrozy menatap Viola lekat-lekat. "Kamu agak berbeda. Pertemuan pertama kita kamu sedikit banyak bicara."

Ingin sekali Viola menjawab, ya gara-gara anak Om. Tetapi Viola masih memiliki sopan santun. Jadi dirinya lebih memilih untuk menjawab, "iya, Om," jawab Viola seadanya. Beberapa detik kemudian Viola baru mengingat jika dirinya sudah 4 kali ini bertemu dengan pria di sebelahnya.

Yang pertama, waktu Viola menjemput Migo. Habis kejadian Viola terkena skorsing, dan pertemanan pertama Viola dengan Vigo.

Ah, ralat. Pertemuan kedua.

Yang kedua, sewaktu Viola mengantarkan Vigo ke rumah sakit untuk memeriksakan kondisi Vigo. Tetapi di sana Arrozy benar-benar terlihat sangat bad mood, alhasil Viola juga tidak mempunyai keberanian lebih untuk bersikap sok akrab. Walaupun pertemuan pertama mereka kalau di ingat-ingat juga sedikit memalukan karena dirinya merasa sok kenal, sok dekat.

Yang ketiga, waktu acara kelulusan. Arrozy sempat hadir sebentar, tetapi tidak sampai akhir acara. Entah apal alasannya, Viola pun tidak tahu. Yang jelas, pertemuan ketiga mereka Viola hanya menyapa Arrozy sebagai bentuk penghormatan.

Dan hari ini adalah pertemuan ke-4 mereka.

"Saya dengar kamu menjalin hubungan dengan putra sulung saya?"

Viola menggelengkan kepalanya, dapat berita dari mana Om Arrozy ini? "Nggak kok, Om. Vio emang akhir-akhir ini sering main keluar sama Zigo, tapi sama Raska juga kok." Viola memberi penjelasan agar Arrozy tidak salah sangka lagi. "Ya, emang sih sesekali keluar berdua doang... tapi kita nggak pacaran kok!"

Melihat raut gadis itu yang menjelaskan dengan seksama, Arrozy berusaha mempercayai apa yang Viola katakan. "Viola, sudah lama saya ingin berbicara dengan kamu, tapi baru terlaksana sekarang."

Kapal KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang