3

92 26 1
                                    

"Vigo," Viola berbisik tepat di sebelah telinga Vigo.

"Iya?" Sebenarnya Vigo merasa sedikit risi, mengingat posisi mereka yang cukup dekat. Tapi tidak enak juga jika meminta Viola untuk menjauhkan posisinya.

"Nama lo Vigo kan?" Pertanyaan klise. Sebenarnya Viola tahu, sangat tahu bahwa lelaki di depannya ini bernama Vigo. Mengingat tadi pagi beberapa kali Migo menyebut nama itu. Mana mungkin Viola tidak tahu.

"Iya."

"Gue Vio, Viola," ujar Viola memperkenalkan diri.

"Saya tahu."

Selepas itu Viola diam, tidak ingin bertanya lebih lanjut siapa manusia di depannya ini.

"Rumahnya yang mana?" Vigo bertanya lebih jelas letak rumahnya.

Viola sedikit tersentak mendengar pertanyaan mengejutkan tersebut. Ah, sepertinya bukan pertanyaannya yang mengejutkan, tatapi karena sepanjang jalan Viola melamun, Viola menjadi sedikit kaget.

Menyadari gadis di belakangnya ini sedikit tersentak, Vigo jadi merasa bersalah. "Maaf, mengejutkan."

"Gue yang bengong kok, rumah yang itu Vig," Telunjuknya mengarahkan.

"Iya."

Dan tanpa sadar mereka sudah sampai.
Viola turun dari motor, tidak lupa dengan mengucapkan kata terimakasih. Ketika Viola hendak mengetuk pintu, Vigo ikut turun dan menyerahkan kunci motornya.

Viola menatap bingung. "Lo bawa aja dulu."

Vigo menggelengkan kepalanya sebagai bentuk penolakan. "Tidak, saya tidak mempunyai hak."

"Ya gue udah ngasih izin, artinya lo punya hak. Lagian lo mau naik apaan?" cecar Viola.

"Itu urusan mudah."

"Lo bawa dulu aja."

Vigo menghela napas pelan. Sungguh, ia tidak pernah memiliki niatan untuk merepotkan gadis di depannya sedikit pun. Tapi mengapa gadis di depannya itu sangat keras kepala?

Tidak mau gadis di depannya terlalu lama berdiri di depan, Vigo memberi keputusan final. "Ya sudah, besok saya kembalikan."

Viola merespon dengan anggukan kepala.

"Masuk, bersih-bersih dan istirahat."

Viola menyahuti dengan nada yang tidak santai. "Siapa lo nyuruh-nyuruh."

"Muka Kakak pucat, di depan juga dingin. Mending Kakak segera masuk dan beristirahat. Jaga kesehatan."

Obrolan singkat tersebut mengakhiri pertemuan mereka hari ini.

•••

Viola mengetuk pintu rumah didepannya itu beberapa kali. Namun, tak kunjung ada yang membukanya.

"Iyis bukain, ini Vio." ujar Viola dengan sedikit berteriak.

Vio berbalik memunggungi pintu rumah tersebut sembari menghela nafas beberapa kali. Tidak lama kemudian pintu pun terbuka. "Lama banget si bukain pintu doang?" Viola menatap sinis anak lelaki berusia 12 tahun di depannya itu.

"Masuk."

Viola pun segera masuk, ia langsung berlari ke arah kamar Ayeris.

"Viola."

Yang dipanggil pun membalikkan badannya.

"Ikut aku." Leo berjalan ke arah dapur dan mengambil makanan.

"Tolong suruh Ayeris habisin," ujarnya dengan nada memohon.

"Lo aja sendiri."

Leo mendengus. "Kalo dia mau aku gak bakal nyuruh kamu kan, Viola?"

Kapal KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang