41

24 11 0
                                    

Tahun ajaran baru di mulai. Dan ini pagi kedua Viola berangkat terlambat untuk ke sekolah. Ah, sialan. Ini hari pertamanya di kelas dua belas, mengapa harus mendapatkan drama terlambat.

Viola merutuki dirinya yang lupa jika hari ini sudah waktunya menjalani rutinitas sekolah. Pasalnya setelah melakukan ulangan akhir di kelas sebelas, para siswa mendapatkan libur dua Minggu lamanya.

Viola yang sudah terbiasa di rumah dua Minggu pun menjadi lupa jika hari ini sudah jadwalnya berangkat sekolah.

Alhasil Viola di bariskan dengan anak-anak lainnya yang juga terlambat. Untung Migo mengirimkan pesan kepada dirinya jika tadi sempat melihat nama Viola terpampang di depan kelas XII IPS 1. Jadi tidak perlu lagi ia pusing mencari di letakkan di kelas mana namanya.

Viola melirik ponselnya sebentar.

Sudah terlambat lima belas menit. Viola sedikit berlari untuk mencapai kelasnya. Semoga saja wali kelasnya mau berbaik hati mengizinkan Viola untuk duduk tanpa mendapatkan hukuman. Setelah berhasil menemukan kelasnya, Viola mengatur napas agar sedikit tenang.

"Assalamualaikum," ucap Viola pelan. Langkah kakinya mulai mendekati wanita yang sedang berdiri di depan. "Maaf Bu, saya terlambat," lanjutnya singkat. Lagian apa yang ingin ia katakan? Lupa jika hari ini adalah jadwal masuk sekolahnya?

Viola tertegun kala wanita di depannya justru tersenyum lembut. Memegang bahu Viola, lalu berkata, "silahkan duduk. Ibu tolerir karena ini hari pertama. Mulai besok di perbaiki jam berangkatnya, ya? Di biasakan sebelum bel masuk sudah berada di dalam kelas."

Serius dirinya di bebaskan begitu saja?

Ah, wali kelas barunya ini ternyata memang memiliki hati yang baik.

Viola meminta maaf atas keterlambatannya pagi ini dan matanya memutari seluruh penjuru kelas, mencari bangku yang kosong.

Dan sialnya yang kosong hanya ada di sebelah lelaki bertubuh tegap, yang matanya juga sedang menyorot ke arahnya.

"Silahkan, nak," ucap wanita itu.

Jadi, mau tidak mau langkah kakinya mulai mendekati bangku kosong itu. Sedikit menggeser kursinya agar posisi mereka berjarak.

Dan setelah wanita itu keluar, mereka tidak berbicara barang sepatah kata pun.

Viola yang sibuk dengan ponselnya, dan si atlet basket itu yang sibuk dengan buku di tangannya.

Sampai jam istirahat berbunyi pun, tidak ada yang membuka suara.

Sangat membosankan.

Andai saja dirinya masih satu kelas dengan Migo, suasananya pasti tidak akan secanggung ini. Mereka pasti akan membicarakan banyak hal seru, atau bahkan sekadar Migo yang mengajari materi yang Viola tidak mengerti.

Asik tenggelam dengan pikirannya sendiri, tanpa sadar satu ruangan tinggal tersisa dirinya dan teman sebelahnya.

Berniat untuk menghindar, Viola bersiap untuk berdiri dan keluar dari kelas. Kemana pun, asal tidak berdua dengan manusia kasar itu.

Ah, mengingat perbuatan yang sudah dia lakukan terhadapnya membuat darahnya mendidih.

"Viola."

"Apa?" sahut Viola dengan sedikit menaikkan nada bicaranya. Viola benar-benar tidak bisa berbicara santai dengan lelaki ini.

"Gue minta maaf, gue salah paham sama lo. Gue minta maaf sekali lagi," ucap atlet basket itu dengan suara pelan.

Viola yang sudah kepalang emosi mulai mendekat ke arah lelaki itu. "Maaf lo basi. Gue bakal biasa aja kalo aja waktu itu lo nggak sampe main fisik! Tapi perbuatan lo tempo itu bikin gue sakit hati banget bego, gue benci cowo kasar! Gue benci sama cowo tukang main fisik," sahut Viola penuh penekanan. Bahkan dengan wajah yang sudah sangat menyiratkan emosi.

Kapal KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang