Ini chapter lumayan panjang. Jadi kalian pelan-pelan aja bacanya. Semoga kalian tetep bisa menikmati dan nggak bosen bacanya ya?
Happy reading!🧡
•••
"Loh, maaf nak, Tante baru sadar kalo Viola bawa temen," Hisna tersenyum ramah.
"Vi, Mama kaya pernah liat temen kamu deh, tapi Mama lupa di mana," lanjutnya.
"Abang kembarnya Migo, Ma. Wajah mereka juga hampir sama, jadi mungkin Mama ngerasa nggak asing," sahut Viola.
"Saya pernah beberapa kali membeli kue di toko Tante," sahut Vigo sopan. Sebenarnya Vigo juga sedikit tidak menyangka, Mama Viola ternyata pemilik toko kue langganannya. Dunia... benar-benar sempit ya?
"Oh, Vigo ya? Maaf-maaf Tante lupa. Vigo kenapa udah jarang beli kue? Kue Tante ada yang kurang? Kalo ada yang kurang, komplain aja, ganteng."
"Bukan begitu, Tante. Kue Tante enak kok, selalu enak."
Hisna merangkul Vigo dan Viola masuk ke dalam rumah. "Ayo masuk, sarapan dulu. Mama masak makanan kesukaan Viola, loh. Mama juga ada hadiah buat putri cantik Mama."
Sesampainya di meja makan, Vigo dan Viola menyapa sopan kepada yang lain, sebagai bentuk penghormatan. Adiwira mempersilahkan mereka untuk duduk di kursi makan.
"Nanti malam Vigo Dateng ya ke acara ulang tahunnya Viola."
Hisna berkata seperti itu dengan tangan yang fokus meletakkan suwiran ayam yang sudah ia goreng ke piring Viola.
Vigo sedikit mengerutkan keningnya bingung, bukannya ayam suwir yang terletak di nasi gorengnya itu sudah di goreng? Mengapa setelah di suwir justru di goreng lagi?
"Di usahakan, Tante."
Mata Agi memincing. "Kasih jawaban itu yang pasti, menjawab pertanyaan kok dengan jawaban tidak meyakinkan begitu," sindirnya.
"Saya harus izin Ayah dulu, Kak. Jadi tidak bisa langsung memberi keputusan."
Adiwira menghela napas pelan. "Sikapnya di jaga, Mas."
Viola tersenyum lebar mendengar teguran Adiwira kepada Agi. Lalu menatap sebal kepada Agi. "Tau tuh! Namanya anak ya kalau mau apa-apa harus pamitan dulu lah sama orang rumah. Orang Rara aja kalo mau pergi-pergi harus dapet izin dulu. Lagian terserah Vigo lah mau dateng apa nggak. Yang penting kitanya udah ngundang, mau dia dateng apa nggak ya hak dia," sahutnya.
"Di bela saja terus."
"Ya di bela lah! Lagian Mas Agi aneh banget," cibirnya.
Lia yang ada di situ menengahi. "Mas, Viola, udah ah, nggak enak sama tamu."
Untuk menyelesaikan perdebatan tersebut, Adiwira memulai memimpin doa, agar mereka bisa makan dengan hikmat.
Selesai melaksanakan sarapan pagi, Viola dan Vigo berpamitan untuk berangkat ke sekolah. Tentu dengan Vigo yang langsung izin kepada Adiwira dan Agi. Mereka memperoleh, asal jangan sampai lecet katanya.
Sebelum keluar dari rumah, Viola menghampiri Hisna sebentar. "Mama udah bilang sama Argi belum soal acara ntar malem?"
Hisna tersentak pelan. Tidak salah putrinya itu menanyakan Argio? Setau Hisna hubungan mereka dari dulu tidak pernah baik.
"Belum, Mama belum izin ke kamu juga, jadi nggak enak mau asal ngundang," ucap Hisna pelan, tidak lupa dengan senyum yang selalu menghiasi bibirnya.
"Nanti biar Vio aja yang bilang," sahutnya santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapal Kertas
Teen Fiction"Hai," sapa seorang pemuda dengan baju osis yang masih bertengger di tubuhnya. Sungguh, itu suara lelaki terlembut yang pernah Viola dengar. Viola akhirnya mendongak sekilas, melihat siapa yang menyapa dirinya, tanpa memiliki niat untuk menjawab sed...