Hari ini Viola kembali memasuki sekolah setelah tiga hari Viola tidak masuk tanpa keterangan. Belum sempat menginjakkan kaki ke dalam kelas, langkanya terhenti karena panggilan dari seseorang.
"Viola," seru Migo lantang.
Mendengar itu, Viola berbalik badan dengan menaikkan sebelah alisnya. Sedikit terkejut sebenarnya mendengar Migo tidak memanggil ia seperti biasanya.
Migo menatap serius gadis di depannya, "dari mana?"
Viola melipat kedua tangannya di depan dada. "Dari mana apanya?"
"Nggak usah pura-pura nggak ngerti. Lo nggak biasanya gini, Viola!"
Viola menghela napas kasar. "Gini gimana maksud lo?"
"Bolos sekolah tiga hari, nggak pulang tiga hari, lo nginep di mana?" tanya Migo dengan cepat.
"Bukan urusan lo," sahut Viola cepat.
Migo menghela napas mencoba sabar, "urusan gue. Lo temen gue, lo pikir dengan lo kabur-kaburan gitu gue nggak khawatir?"
"Lebay banget lo, tau nggak? Gue bukan bocil kaya lo," ujar Viola meremehkan.
"Lo cewe!" ucap Migo tegas.
"Ya terus apa hubungannya? Udah deh lo urus aja hidup lo sendiri, berhenti ngurusin hidup gue!"
"Ya Abang lo nyari lo ke gue, lo ngerti nggak sih?" sahut Migo dengan sedikit menaikkan nada bicaranya.
"Gue yang urus, udah selesai kan masalahnya?" sahutnya cepat.
"Viola tolong... gue temen lo, Vi. Tolong kalo ada apa-apa cerita ke gue," ucap Migo dengan nada memohon.
"Gue nggak peduli. Oh, iya, hari ini lo nggak usah duduk sama gue, gue pengen sendiri."
"Ada tugas rumah, udah belum?"
Viola menatap Migo sinis, "nggak usah sok peduli bisa? Gue bisa urus diri gue sendiri."
"Kalo belum, mana buku lo? Biar gue salinin," ucap Migo tanpa memperdulikan balasan dari Viola.
•••
Dan berakhirlah Viola di hukum oleh Bu Inggit karena tidak mengerjakan tugas. Viola memang sudah di tawarkan oleh Migo berkali-kali agar ia bisa menyalin jawabannya. Bahkan Migo meletakkan buku tugasnya di meja Viola, tapi Viola enggan untuk sekadar meliriknya. Benar-benar bodoh.
Untung saja Bu Inggit hanya memberi hukuman untuk menata buku di perpustakaan.
Viola beberapa kali mengeluh tangannya pegal, sampai akhirnya tanpa banyak bicara Vigo yang berada tidak jauh dari tempat Viola turun tangan untuk membantu Viola menyelesaikan hukumannya. Tanpa adanya interaksi apa pun.
"Makasih, udah bantu," ucapnya singkat.
"Sama-sama."
Viola mengambil tas ransel yang tadinya ia letakkan di sudut meja. Kemudian berjalan keluar dari perpustakaan, beriringan dengan Vigo.
"Aku ada buat salah?" tanya Vigo hati-hati.
"Nggak."
"Terus kenapa cuek? Biasanya tidak seperti ini."
"Nggak seperti ini gimana?"
"Tidak, tidak perlu di pikirkan. Kalau aku ada buat salah di ingatkan ya? Biar bisa aku perbaiki."
Tidak mendengar Viola menyahuti perkataannya, Vigo kembali membuka suara, "pulang dengan siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapal Kertas
Teen Fiction"Hai," sapa seorang pemuda dengan baju osis yang masih bertengger di tubuhnya. Sungguh, itu suara lelaki terlembut yang pernah Viola dengar. Viola akhirnya mendongak sekilas, melihat siapa yang menyapa dirinya, tanpa memiliki niat untuk menjawab sed...