Extra Part 3

29 2 0
                                    

05 : 00 am

Hueek, hueeek, hueeek

"Beeee r u ok ?" Ucap Vano sambil berjalan menunggu toilet "Yaampun, Ana." Vano terkaget menemukan Putri yang sudah terduduk di depan closet. "Kita kedokter aja ya ? Biar jelas kamu sakit apa."

"Enggak usah Van, palingan aku cuman masuk angin aja."

"Udah sana, aku mau wudhu."

"Barengan aja, aku tungguin. takutnya kamu kenapa-napa."

05 : 30 pm

Vano pun terkagum melihat kecantikan istrinya, apalagi melihat istrinya memakai baju yang pas melekat ditubuhnya, membuat dirinya terdiam tak berkedip, lalu Vano pun memeluk istrinya dari belakang, seakan ada yang terbangun tapi ia harus menahannya, .

"Cantik banget sih istri aku ?"

"Apaan sih Van, jauh-jauh sana."

"Aku pengen lho beee, udah lama."

"Enggak ada, sana jauh-jauh, bau tau gak, kamu pake parfum apa sih ? Nyengat banget."

"Aku pake parfume yang biasa kok."
Vano pun mencium tengkuk Putri.

"Vanooo !." Ucapnya lalu melenggang pergi menuju kamar mandi sambil menahan gejolak yang membuat dari perutnya, serta membekap mulutnya.

Hueekkk, huekkkk. huekkkk

"Anaaaa, yaallah, kita batalin aja ya, ke acara Nanay, kita pergi kedokter aja." Ucap Vano sambil memijat tengkuk Putri

"Enggak usah macem-macem kamu, kita tetep jadi pergi."

"Oke, tapi kalo kamu gini lagi kita pergi ke rumah sakit."

"Engg" Sebelum selesai berbicara, Putri sudah disela oleh ucapan Vano.

"Gak ada bantahan Na, aku gak mau kamu kenapa-napa, tolong ngertiin aku."

"Fine."

"Ini, kamu pake" Ucapnya sambil memberikan minyak kayu putih pada Putri

"Jangan kasih itu ke aku, bau tau Van."

"Nanti kamu muntah lagi Naa."

"Enggak akan."

Putri pun memasuki kitchen set, yang lumayan agak luas untuk mereka yang hanya tinggal berdua, ditambah mini bar, Vano pun tanpa berkedip melihat Putri yang tengah menyiapkan bahan makanan, lalu mulai memasuki bumbu, juga pasakan yang akan dimasak, namun tak berselang lama dari itu Putri pun menutup mulutnya, dan berlari kearah wastafel, kembali memuntahkan cairan bening.

Hueeek, hueeek, hueeeek.

Vano dengan sigap berlari dan memijat tengkut Putri. "Beee, udah kamu duduk aja, jangan masak biar aku yang lanjutin, kamu tinggal kasih tau bumbu apa aja yang harus aku tuangin."

"Biar aku aja Van."

"Nurut yaaa cantik, sekali ini, kamu lagi gak enak badan, atau enggak kita kedokter sekarang, dan jangan dateng ke acara nanay."

"Iya, iya mainannya ancaman, kayak bocah aja, tapi maaf ya Van, udah buat aku jijik, karena aku muntah-muntah tadi, apalagi pas masak, berasa jadi istri yang gak baik."

"Stttth, aku ngancam gini demi kebaikan kamu, kamu gak perlu minta maaf, kamu udah jadi istri yang baik kok, dan aku gak akan pernah jijik, wajar kok kamu kan lagi sakit, aku orangnya gak jijik an, toh juga tadi kan gak kena masakannya, udah ya, kamu duduk santai aja, kalo mau apa-apa ngomong sama aku." Ucap Vano lembut sambil melanjutkan memasak.

"Makasih Van." Ucapnya sambil berkaca-kaca

"Ehhh, beee kenapa nangis ?" Ucapnya sambil mengecilkan suhu api kompor, dan mendekati Putri

"Enggak tau, mungkin aku terharu kali."

"Lucu deh istri aku ini." Ucapnya memeluk sambil memberi kecupan singkat dibibir. "Udah ya, jangan nangis lagi, aku mau lanjut masak, kamu butuh sesuatu gak ?"

"Enggak Van, jangan nyosor-nyosor ih, jijik tadi aku abis muntah."

"Enggak kok gak jijik, rasanya masih sama manis-manis gitu."

"Dasar mesum." Ucapnya sambil menggeplak menggunakan serok.

"Awww, diem beee, aku lagi masak, entar kena kamu."

Kamar...............

"Pake jaketnya, supaya gak masuk angin."

"Hmmmm."

07 : 00 pm

Nosil Cafe

"Eh udah mulai belum ? Sorry gw telat, ada insiden tadi."

"Tapi lo gapapakan ?" Tanya mereka khawatir

"Sans, gw baik-baik aja kok"

"Vannnnn !" Teriak orang disebrang sana.

"Ngapain lo disini ?"

"Lagi liatin cewek yang manggung, kagum gw."

"Maksud lo Kanaya ?" Tanya Putri

"Heeem"

"Lo suka ?"

"Dari dulu kali, cuman gw sadar diri aja, gw pasti susah dapetin dia, macem gw bisa dapetin dia mustahil."

"Lo coba aja, toh lo udah berubahkan Var." Ucap Vano

"Entar gw bantuin lo."

"Serius Na ?"

"Heemm"

"Thanks Na." Ucapnya kegirangan sampai memeluk Putri

"Eh kampret, lo mau mati muda hah ?" Ucapnya emosi

"Eh sorry, gak maksud gw Van." Ucapnya lalu melepaskan pelukanya.

"Mohon perhatiannya semua, kali ini kita mengundang penyanyi dengan suara emasmya yang ia punya, ledies and gentleman please welcome Kanaya." Ujar pembawa acara tersebut.

"Kanaya, Kanaya, Kanaya !" Ucap mereka

Kanaya pun mulai memetik gitar memyanyikan sebuah lagu dari Olivia Rodrigo Traitor

Brown guilty eyes and little white lies
Yeah, I played dumb but I always knew
That you'd talk to her, maybe did even worse
I kept quiet so I could keep you

Para pendatang pun mulai menyakitkan bait demi bait, terbawa oleh suasana

And ain't it funny
How you ran to her
The second that we called it quits?

And ain't it funny
How you said you were friends?
Now it sure as hell don't look like it

You betrayed me
And I know that you'll never feel sorry
For the way I hurt, yeah
You'd talk to her
When we were together
Loved you at your worst
But that didn't matter

It took you two weeks
To go off and date her
Guess you didn't cheat
But you're still a traitor

God, I wish that you had thought this through
Before I went and fell in love with you
(Ah-ah-ah)
When she's sleeping in the bed we made
Don't you dare forget about the way

You betrayed me
'Cause I know that you'll never feel sorry
For the way I hurt, yeah
You'd talk to her
When we were together
You gave me your word
But that didn't matter

It took you two weeks
To go off and date her
Guess you didn't cheat
But you're still
You're still a traitor (ah-ah-ah)
Yeah, you're still a traitor

Mungkin Hari Ini Esok Atau Nanti (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang