chapter two

2.6K 453 89
                                    

Jam olah raga hari ini free, tapi tetep ada latihan ringan. Jeongwoo duduk di pinggir lapangan basket menatap lurus dengan pandangan kosong

“muka lo kenapa?” haruto datang dan duduk di samping jeongwoo

Jeongwoo diam tak menggubris perkataan haruto, “hey!” haruto berusaha menyadarkan jeongwoo dengan menyentuh wajah nya

“ngga usah Deket Deket gue!” ketus jeongwoo

Haruto tidak peduli, dia sudah biasa dengan kalimat itu. “kita ke UKS ya, kita obatin pasti sakit” haruto

“ini sakit dari kemaren malam, dan baru diobatin sekarang?” jeongwoo menatap haruto kesal “basi! Tau nggak” jeongwoo mengalihkan pandangan nya

“gue minta maaf kalo hari ini gue buat kesalahan lagi” haruto

“maaf?” jeongwoo menjeda kalimat nya, “udah lebih dari tiga ribu kali lo minta maaf. Ada perubahan ngga?” tanya jeongwoo

Haruto diam, “ngga kan! Jadi ngga usah sok minta maaf kalo terus lo ulang!”

“gue butuh lo sabar ngejalanin hubungan kita ini” haruto

“gue bukan orang yang sabar! Tapi semampu gue, gue bakal tahan emosi buat ngga nyerah gitu aja” jeongwoo

“yedam itu kakak lo, ngga usah cemburu sama dia bisa kan!” haruto mulai tersulut emosi

“dia bukan sekedar kakak gue tapi dia juga mantan lo!” jeongwoo

“ngga usah di bahas, lagian dia itu cuma masa lalu gue dan sekarang gue sama lo bukan sama dia” jelas haruto

“gue cuma ngingetin hal yang mungkin lo lupa! Memang bener untuk sekarang di detik ini lo sama gue tapi sebentar lagi dia pasti datang dan nempel lagi ke lo” jeongwoo

“gue cuma nurutin apa kata papa lo, lagian kondisi yedam kaya sekarang itu gara gara lo juga kan” haruto

Jeongwoo menghela nafas, “lo percaya nya sama gue atau sama yedam? Jangan abu abu gini!” jeongwoo

“ngga tau, liat tingkah lo kadang gue percaya sama yedam tapi liat memar di muka lo kadang gue percaya sama lo” haruto

“bajingan lo, gue ini pacar lo! kenapa lo gini?”

“karena gue sayang sama lo” haruto

“tapi ngga gini konsep nya, lo nyakitin gue tanpa ada jeda. Gue capek sama lo!” jeongwoo lalu meninggalkan haruto duduk sendirian di sana

“tapi lo ngga boleh nyerah” gumam haruto menatap punggung jeongwoo yang perlahan menghilang dari pandangan nya

•°•°•

Sekarang sudah malam dan jeongwoo baru pulang dengan keadaan basah kuyup, ia mendapati junkyu, yedam, mama dan papa nya sedang makan malam

“dari mana aja kamu, kenapa baru pulang?” tanya junhoe papa jeongwoo

“di luar hujan” jawab jeongwoo singkat dan menaiki anak tangga menuju kamar nya

PUK!

mangkuk melayang mengenai kepala jeongwoo hingga kepala belakang nya berdarah, jeongwoo menatap ke arah ayah nya

“berani sekarang ngomong gitu ke papa?” junhoe

“di luar hujan pa! Aku ngga bisa kemana mana” jeongwoo menahan air mata nya agar tak mengalir seenaknya

“yedam sama haruto udah pulang dari tadi!” timpal rose, mama jeongwoo

Tangan Jeongwoo mengepal, “aku cuma punya supir bis yang bisa aku tunggu dan kalo hujan aku harus nunggu lebih lama!”

Jeongwoo tak tahan ia berlari ke arah kamar nya lebih tepatnya kamar nya dan junkyu, “junkyu selesai” junkyu lalu berdiri menyusul jeongwoo

Junkyu masuk dan mendapati adik nya membungkus tubuhnya dengan selimut, “sini obatin luka lo dulu” junkyu dengan kasar menyibak selimut jeongwoo

“ngga usah! Biarin aja” jeongwoo tetap diam

“gue ngga suka bau darah, amis!” junkyu

“oke, gue tidur di kamar mandi aja” jeongwoo lalu berdiri menuju kamar mandi

“lo sehari ngga usah ngelawan bisa ngga sih?!”

“ngga bisa! Karena lo maksa” jeongwoo

“maafin gue” junkyu menarik adik nya itu ke pelukan hangat nya

“lo kenapa selalu diem” Isak jeongwoo

Junkyu diam, ia memang bukan seorang kakak yang baik tak bisa melindungi adiknya. “padahal kalo lo ngomong sepatah kata aja gue ngga bakal luka kaya gini kak” tangis jeongwoo semakin deras

“maafin gue ya” junkyu mengelus sayang kepala berdarah jeongwoo

“lo jahat kak, gue ini adik lo” lirih jeongwoo


continued


623 words

Luka✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang