chapter seventeen

2K 375 12
                                    

haruto berjalan lesu ke kelas berdampingan dengan yedam, sampai haruto terhenti di depan pintu kelas ia menatap ke arah jeongwoo yang asik tertawa

syukur hari ini tak ada luka di wajah jeongwoo, "nunggu apa, ayo masuk" yedam menyadarkan haruto

"lo duluan aja, gue mau bolos" haruto lalu meninggalkan yedam

haruto duduk di salah satu bangku rusak yang ada di roof top, menutup mata membiarkan angin sejuk menerpa kulitnya

"lo putus sama jeongwoo?"

haruto menoleh doyoung lah yang mendatangi nya, kedua nya memang sahabat tapi sedikit renggang karena kedua nya beda kelas dan disibukkan dengan beberapa hal

"dia cerita ke lo?" bukannya menjawab haruto malah bertanya balik

"dia mana pernah cerita tentang lo ke gue" doyoung

"terus lo tau dari mana?" tanya haruto

"dari ekspresi lo dan tempat lo bolos" doyoung

haruto menghela nafas, "mungkin kali ini dia bener bener kecewa sama gue" haruto

"jadi bener?" tanya doyoung

haruto mengangguk, "gue sayang banget sama dia doy, gue ngga mau dia pergi dari hidup gue apalagi cara nya kaya gini"

"bunda lo tau?" tanya doyoung

haruto mengangguk lagi, "bunda suruh gue lepasin dia juga, ngga usah dikejar lagi kata nya"

"lo bohong ya sama dia" tebak doyoung

haruto menghela nafas, "kenapa yedam bisa ada di hidup gue sih! ini gara gara dia tau gak!"

"yedam lebih dulu ada di kehidupan lo baru muncul jeongwoo" doyoung

"iya juga, tapi kenapa dia ngga ngilang aja gitu. ngebiarin gue hidup sama jeongwoo, tanpa harus ada gangguan dari dia"

"setelah ini mungkin lo bakal sama kaya gue"

haruto menatap doyoung binggung, tak mengerti maksud perkataannya "gue juga sekesal itu sama yedam, tapi gue terpaksa ngejalanin hubungan sama dia atas dasar keterpaksaan" doyoung

"tapi gue ngga mau ada hubungan lagi doy" haruto

"lo pikir saat itu gue mau gitu, gue sayang sama jeongwoo makanya mau sama dia" doyoung

haruto menghela nafas, "gue bisa gila kalo gini" haruto meremat rambutnya binggung apa yang harus ia lakukan

doyoung hanya tersenyum, ia tau kehilangan jeongwoo adalah luka bagi sahabatnya ini.

"jangan terlalu dipikirin, mending lo pikirin kesehatan lo aja" doyoung

"jeongwoo lebih penting, yedam selalu desak gue. kuping gue panas denger kemauan dia yang tiap hari mau ini mau itu" haruto

"gue juga udah pernah ada di posisi itu, tapi lo lebih parah kaya nya" doyoung

"parah banget, sampe bokap nya yedam juga ikut ikutan ngejauhin gue dari jeongwoo" haruto

"padahal jeongwoo anak nya juga, apa beda nya yedam sama jeongwoo coba" doyoung

haruto terdiam sejenak memikirkan fakta besar yang ia tau, "mereka beda doy, jeongwoo ngga pernah ada di posisi menguntungkan sejak yedam bilang jeongwoo yang dorong dia" haruto

kali ini doyoung yang menghela nafas, membayangkan posisi jeongwoo pasti sangat sulit

"yedam dendam banget sama jeongwoo karena perbedaan itu, padahal fakta nya yedam seharusnya lebih dari jeongwoo tapi yang terjadi sebaliknya" haruto

"gue juga dendam sama lo, seharusnya jeongwoo lebih dari yedam tapi yang lo lakuin sebaliknya" doyoung

"ahkk, salah terus gue" haruto

"emang salah, kenapa lo ngga tolak kemauan yedam aja. lo bilang sama jeongwoo kalo sebenarnya lo itu di minta yedam buat nurutin dia biar drama di rumah yang di dalangi sama yedam itu ngga ada" doyoung

haruto menatap datar doyoung, "lo lupa jeongwoo ngga bisa di tindas, dia pasti bakal balik nindas. jeongwoo itu keras, susah diatur, hobby dia ngelawan kalo dia tau ini bisa bahaya" haruto

sedetik kemudian ada botol terjatuh tepat di depan pintu roof top yang mencuri perhatian doyoung dan haruto.

seketika doyoung teringat, "kelas lo lagi olah raga?" tanya doyoung

haruto mengangguk dan berjalan mendekati pintu roof top untuk melihat siapa itu

continued

593 words

Luka✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang