chapter eight

2.1K 425 13
                                    

Jeongwoo bersiap untuk pulang, karena di luar agak gelap. Takut kena tampar lagi jeongwoo buru buru keluar tapi seseorang menahannya membuat langkah nya terhenti

"lo apa apaan sih, lepas! gue mau pulang" jeongwoo menatap marah ke haruto

"pulang sama gue" haruto

"gue jeongwoo bukan yedam"

"gue tau, makanya lo gue ajak pulang"

"jangan main main ya, gue mau pulang"

"gue anter, lo denger ngga sih?"

"gue belum mau mati, ada beberapa hal yang perlu gue lakuin sebelum bener bener mati" jeongwoo

"kenapa bahas itu, ayo" haruto menarik jeongwoo paksa

"nanti yedam liat gue bisa meregang nyawa tau gak!" jeongwoo masih berusaha melepas genggaman dari haruto

"dia ngga bakal liat, dia ada di luar kota sekarang"

jeongwoo baru sadar ia tak melihat yedam hari ini, "lo tau dari mana?"

"gue tau lah, dia temen sebangku gue kalo lo lupa" haruto tertawa dan memasangkan helm ke kepala jeongwoo

jeongwoo terdiam, "om sama tante juga ngga di rumah ngga usah khawatir gitu muka nya" haruto tertawa

"tau dari mana mereka ngga di rumah?" tanya jeongwoo

"nanti biar kakak lo aja yang jelasin, ayo" haruto sedikit menarik jeongwoo

•°•°•

jeongwoo memasuki rumah nya, benar tak ada siapa siapa hanya ada junkyu yang sedang memasak

"mama sama papa mana kak?" tanya jeongwoo

"mereka nemenin yedam ke rumah sakit" jelas junkyu

"pulang nya kapan?"

"dua hari lagi mungkin" junkyu

jeongwoo mengangguk dan masuk ke kamar nya, atau lebih tepatnya kamar junkyu. sebelum nya dia sekamar dengan yedam tapi perasaan kurang nyaman jeongwoo saat ada di dekat yedam terus menganggu nya

awal nya ia tidur di kamar tamu, tapi junkyu melarang nya karena kamar itu benar benar sempit jadilah ia berbagi kamar dengan junkyu

jeongwoo menatap ke luar dari balkon, ia merasa senang karena diantar pulang haruto.

"sesenang itu, sampe lo senyum senyum sendiri" junkyu

jeongwoo mengangguk, "bahagia gue sesederhana itu, tapi rasa nya hal sederhana itu pun semesta mikir dua kali buat kasi ke gue" jeongwoo tersenyum kecut

"semesta juga tau pilih pilih, dia ngga bakal kasih ke semua orang tentang bagaimana rasa bahagia" junkyu

"ga papa, gue ngga ngerasain bahagia sampe gue mati juga ngga masalah. kan gue udah bilang gue ngga pernah berharap untuk itu lagi, tapi gue harap orang yang gue sayang bahagia aja" jeongwoo

"jangan telalu cinta sama manusia" junkyu

"terus gue harus cinta sama setan gitu?" jeongwoo

"ngga gitu tapi jangan melebihi batas, lo tau kan Tuhan itu cemburuan"

"hukumannya ambil gue aja" jeongwoo perlahan menutup mata nya, merasakan angin menyapu lembut kulit nya

"lo tega ninggalin gue?" junkyu

"kenapa ngga? lo juga tega kan cuma ngeliatin gue terguyur hujan semalaman lo juga tega kan diam memendam fakta yang sebenarnya lo tau betul" jeongwoo

junkyu terdiam, " ngga usah ngerasa bersalah, gue ngga suka!" jeongwoo

"tapi gue memang salah" junkyu

"kalo tau salah kenapa ngga di benerin?''

junkyu terdiam lagi, ia tak tau apa yang harus ia lakukan "gue ngga papa kak, gue baik baik aja selagi lo masih mau peluk gue" jeongwoo tersenyum

"kenapa lo selalu pura pura baik baik aja?" junkyu

"karena kalo gue nunjukkin rasa sakit gue, gue ngga mungkin bisa berdiri di sini" jeongwoo

"terus lo kemana?" junkyu

"bunuh diri" jawab jeongwoo

"lo jangan gila!"

"gue waras kak, gue masih punya beberapa list yang mau gue lakuin sebelum itu benar benar tejadi" jeongwoo

"lo ada niatan gitu?!" junkyu

"ngga lah! gue bohong, peluk gue kak. gue capek, sakit kak" jeongwoo menunduk

junkyu mendekati adik nya, "maafin gue ya, gue sayang sama lo karena lo adik gue" junkyu mengusap sayang kepala jeongwoo


continued

585 words

Luka✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang