chapter sixteen

2K 410 21
                                    

haruto memarkirkan motor yang tadi ia pakai dan bergeas masuk ke rumah nya, saat masuk ia di sambut dengan senyuman manis dari bunda nya

"sini duduk dulu" ajak jennie

haruto sedikit menunduk dan duduk, "kamu tadi nangis ya?" tanya jennie lalu menyodorkan segelas air putih ke hadapan haruto

"ngga kok bunda, cuma kelilipan doang" elak haruto

"kamu ada masalah?" tanya jennie

haruto menggeleng pelan, jennie menghela nafas dan menggenggam tangan anaknya

"kamu sama jeongwoo kenapa lagi?" tanya jennie lembut

haruto sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, "ngga papa bunda" haruto berbohong

"kalo ngga papa, kenapa jeongwoo datang nangis?" 

"jeongwoo di sini, dia di mana bunda?" tanya haruto terburu buru

jennie tersenyum memberi ketenangan, "minum dulu"

dengan cepat haruto menghabiskan air putih itu, "dimana jeongwoo nya bunda?" 

"dia ada di kamar kamu" 

"haruto keatas dulu kalo gitu" izin haruto diangguki oleh jennie

haruto membuka kasar pintu kamar nya dan menutup nya dengan cepat, "udah?" tanya jeongwoo masih membelakangi haruto

"ini ngga kaya yang ada di pikiran lo" haruto

"emang apa yang ada di pikiran gue" jeongwoo

"gue bohong bukan karena kemauan gue jeongwoo, tolong pecaya sama gue" haruto

jeongwoo menghela nafas pelan, "gue bakal lepas lo, terserah mau sama siapa, dimana atau ngapain. gue ngga bakal kangen lagi sama lo"

"nggak! lo ngga boleh" haruto

"kurang apa lagi penyiksaannya haruto?" jeongwoo berbalik menatap haruto

haruto diam, "masih kurang gue yang selalu lo bohongin, lo jalan sama kakak gue, lo lebih perhatian ke kakak gue, lo ngebuat gue sediri setiap saat, lo juga selalu ikut ikutan nyalahin gue, masih kurang?" jeongwoo

"jeongwoo ngga gitu, dengerin gue dulu" haruto

"ini. ini kan gue dengerin lo" jeongwoo

"gue minta maaf" haruto

"dimaafin" jawab jeongwoo cepat

"jangan lepasin gue" haruto

"ngga bisa, lo sama yedam aja"

"gue mau nya lo!"

"tapi gue sakit hati setiap saat lo giniin, gue capek sakit tau gak! gue ngga mau liat muka lo lagi!" jeongwoo lalu berbalik

"tega lo bohongin gue pake bawa bawa nama bunda lo, heran gue ternyata se-special itu yedam buat lo dan setelah kedapatan bohong lo masih tega ngusap kepala yedam nganterin dia pulang depan mata gue" jeongwoo menggantung kalimatnya

"gue udah pernah bilang cukup keluarga gue yang ngasih gue luka lo jangan tapi nyata nya lo sama aja kaya mereka"

"lo tau, hubungan kita ini semakin di pertahankan semakin berantakan! Gue ngga mau lagi sakit hati karena setiap liat lo sama yedam gue selalu ngemaki dalam hati, gue capek!"

"tapi ngga untuk sekarang, mulai detik ini gue bukan siapa siapa lo jadi terserah lo mau sama yedam atau sama siapa pun udah ngga ada urusannya sama gue" jeongwoo lalu keluar 

jeongwoo berhenti sesaat di depan pintu, "jangan bawa bunda ke pertengkaran kali ini, lo tau kan gue ngga sanggup kalo masalah bunda, bilang ke bunda ini bakal jadi pertengkaran terakhir. karena kita udah bener bener selesai" jeongwoo lalu melanjutkan langkahnya

"jeongwoo tunggu, gue ngga mau!" haruto terus berlari menyusul jeongwoo

saat haruto melewati ruang tamu utuk mengejar jeongwoo tangannya di tahan oleh jennie

"bunda, jeongwoo" haruto

jennie tersenyum, berharap anak nya ini bisa lebih tenang "biarin"

"ngga bunda, ngga bisa haruto sayang sama jeongwoo. haruto ngga bisa bunda" haruto

"kamu bisa" jennie masih menahan haruto

"ngga bunda, dia bakal celaka. haruto harus cepat, lepasin tangan haruto bunda" minta haruto dengan mata yang penuh dengan air

"ngga sayang, kamu udah lakuin semua nya. sekarang biarin dia lawan semua nya sendiri" jennie lalu membawa haruto ke pelukannya

"ngga bunda, jeongwoo ngga bisa. haruto juga ngga bisa tanpa jeongwoo bunda, bunda tau itu kan" haruto

"kalo gitu kasih dia waktu sayang, jangan di kejar terus" jennie

continued

602 words

Luka✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang