Dikotomi || Pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan||

87 8 2
                                    

Nanda tidak bisa berbuat banyak. Matanya hanya menatap nanar punggung tegap Mandala yang menarik koper tanpa sedikit pun berbalik menatapnya. Rahasianya telah terbongkar. Saatnya Nanda harus menerima jika Mandala menjauh darinya. Pria itu pasti tidak nyaman dengan perasaan yang Nanda simpan untuknya. Belum lagi Mandala sudah memiliki kekasih, keduanya akan melangkah ke jenjang pernikahan. 

"Non Nanda nggak apa-apa?" Bi Mina yang sejak tadi memperhatikan majikan mudanya, merasa ada yang tidak beres dengan Nanda. Bahkan ketika di pesawat pun, Nanda sudah beberapa kali tertangkap basah menangis. Bi Mina tidak tahu apa yang terjadi. Sekembalinya dia bersama pak Jali dari mengisi perut, Nanda sudah tertunduk lesu di kursi tunggu.

Ini salahnya yang meninggalkan Nanda sendirian di ruang tunggu, tetapi bukannya ada Mandala bersamanya, kan? Bi Mina bingung. Sekarang malah Mandala terlihat cuek bebek. Dia hanya membantu mengambil barang-barang Nanda dan menaruh di trolly yang disediakan pihak bandara. Sisanya diurus oleh pak Jali.

"Nanda cuma kecapean aja, Bi. Bibi nggak usah khwatir," jelas Nanda. "Minta Pak Jali cari taksi bandara aja, Bi. Nanda mau langsung pulang."

"Jangan cari taksi bandara! Ayah sama Bundaku nanti ke sini buat jemput kita. Duduk aja dulu," kata Mandala. Tubuh tinggi yang sejak tadi membelakangi Nanda, kini berbalik. Namun tidak menatap lawan bicaranya sama sekali. Mandala hanya memberi kode pada bi Mina untuk menuntun Nanda duduk di kursi tunggu. 

Dengan hati-hati bi Mina menuntun Nanda untuk duduk di kursi tunggu. Pak Jali yang berjalan sedikit tertinggal dari mereka pun mengambil tempat duduk di sebelah istrinya. Diam-diam dia melirik Mandala yang sibuk dengan ponselnya. Pria itu sama sekali tidak berminat untuk menanyakan keadaan Nanda yang sejak tadi terlihat menyedihkan. 

"Bu, kamu ngerasa ada yang aneh, nggak? Dari tadi Mas Mandala cuek aja sama Mbak Nanda," bisik Pak Jali pada istrinya. Sesekali matanya melirik Nanda yang tertentuk lesu. Menyedihkan sekali.

Bi Mina pun sama. Namun dia tidak berani meminta Mandala untuk menghibur Nanda. Sikap diamnya Mandala terasa sangat menakutkan. "Iya, Pak. Ibu Juga merasa ada yang salah sama sikap mereka. Tapi kita diam aja. Ini bukan urusan kita." Pak Jali hanya bisa mendengkus kesal. Bisa-bisanya Mandala bersikap cuek padahal di depan majikan pak Jali, Mandala sudah berjanji akan menjaga dan melindungi Nanda. Tapi sekarang? Tidak bisa dipercaya mulut buaya itu. 

Mandala bukan tidak tahu jika sejak tadi bi Mina dan pak Jali diam-diam memperhatikannya. Dia tahu, kedua orangtua itu ingin Mandala membujuk dan menenangkan Nanda. Namun, otak Mandala memerintahnya untuk tidak melakukan itu. Mandala tahu, apa pun yang dilakukannya saat ini tidak akan mengubah apa yang sudah terjadi. Kalau Mandala mengikuti hatinya, itu sama saja dia menyakiti hati Nanda. Sama saja dia dengan dia menaburkan pupuk ke dalam perasaan Nanda untuknya. Mandala tidak ingin itu. 

Mandala menundukkan wajahnya, bibirnya tersenyum miris. Dia masih tidak bisa melupakan apa yang dilihatnya di dalam netbook Nanda. Foto-foto dirinya sejak TK hingga kuliah semuanya disimpan dengan rapi. Mandala ingin tertawa keras. Menertawakan dirinya yang begitu bodoh sampai tidak bisa menyadari perasaan Nanda. Padahal, jika Mandala menyadari rasa itu mungkin saat ini dia dan Nanda bisa bersama. Namun sayangnya hal itu tidak terjadi. 

Sekujur tubuh Mandala bagai disayat-sayat belati, sakitnya menyebar sampai ke ulu hati Mandala. Sudah sepantasnya Mandala merasakan sakit yang seperti itu. Sebab, dia selama ini telah jahat menorehkan luka pada Nanda.  Dia mempertontonkan segala kemesraan bersama para kekasihnya di hadapan wanita yang sangat dia cintai dan juga mencintainya. Mandala tidak tahu seberapa besar luka yang Nanda terima saat berada di dekatnya.

"Maafin aku, Nanda. Aku jahat. Aku nyakitin kamu," gumam Mandala. Sekelabat bayangan di mana dia meminta Nanda memilihkan cincin lamaran yang akan diberikannya untuk Hera kembali menghantam hati Mandala. Namun sekali lagi, Mandala tidak bisa merangkul Nanda masuk dalam dekapannya. Karena jika Mandala melakukan itu, dia akan melukai banyak pihak. Dan pasti Mandala akan melukai hati wanita yang juga mencintainya. Hera. Astaga! Memikirkan semua itu, terutama Hera, Mandala merasa dadanya sesak. Ada dua wanita yang tersakiti karena. Satu sahabat sekaligus wanita yang dicintainya yang juga mencintainya dan satu lagi adalah wanita yang akan menjadi istrinya, yang juga mencintai Mandala dengan cinta sepanjang sungai Nil.

NOT MY DESTINY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang