Untuk Mandala
Dari Nanda
Mandala ....
Ini hanya sekilas tentang perasaanku yang tidak pernah bisa berkelana jauh darimu
Mandala ....
Ingin kukatakan bahwa hati ini menyimpan begitu banyak terabita kenangan bersamamu yang sampai kapanpun tidak akan kadaluarsa
Mandala ....
Kalau sempat, aku ingin menggenggam tanganmu
Mencubit pipimu
Namun, aku seperti debu yang tersapu angin. Tak pernah sempat mendekapmu.
Mandala ....
Rasanya terlalu munafik jika aku mengucapkan semoga berbahagia
Aku seperti menusuk belati ke jantungku ... sakit
Mandala ....
Rasa ini mungkin terlalu tabu untuk aku ungkapkan. Namun, dipendam pun percuma
Tidak ada ruang lagi untuk cinta yang penuh lara ini
Mandala ....
Kelak, jika kita dipertemukan di dunia tanpa nama
Izinkan aku untuk bisa memilikimu
***
"Ananda Mandala Garda Mahesa Bin Arya Mahesa, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Hera Sabita Binti Harun Alfarid Gunawan dengan maskawin berupa kalung emas dua puluh lima gram, cincin emas lima puluh gram beserta gelang emas dua ratus lima puluh gram dibayar tunai."
"Bismillahirrahmanirrahim. Saya terima nikah dan kawinnya Hera Sabita Binti Harun Alfarid Gunawan dengan maskawin kalung emas dua puluh lima gram, cincin emas lima puluh gram beserta gelang emas dua ratus lima puluh gram dibayar tunai," ujar Mandala dengan lantang. Dalam satu tarikan napasnya Mandala berhasil mengikrarkan komitmennya bersama Hera dengan cara yang dihalalkan agama dan disahkan negara.
"Bagaimana para saksi? Sah?"
"Sah."
Bersamaan dengan kata "sah" terucap, kedua netra sang mempelai wanita yang sejak tadi menahan genangan kolam air mata akhirnya luruh juga. Pun sepasang labia orisnya sang mempelai wanita kini bergetar menahan tangisnya yang hendak meluncur.
"Papa, Hera sudah menikah, Pa. Apa Papa melihat dari sana?" gumam Hera. Bahunya bergetar akibat menahan tangisnya. Saat ini dia tidak lagi berdiri seorang diri, sekarang ada yang menemaninya.
Sementara Mandala, yang duduk di sebelah Hera menarik napas panjang sembari mengucapkan hamdalah di dalam hati. Mandala tahu, hatinya tidak boleh gamang lagi. Saat ini tidak boleh ada pikirannya yang bercabang, Manda harus memfokuskan dirinya hanya untuk satu wanita. Wanita yang saat ini namanya telah bersanding dengan nama Mandala di dalam buku nikah. Wanita yang akan menjadi madrasah untuk anak-anaknya kelak.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT MY DESTINY [TAMAT]
ChickLitDi persimpangan. Kita berdua menapaki jalan yang sama menuju rumah. Aku pikir, rumah kita sama. Namun aku keliru, aku salah. Rumah kita berbeda. Sepanjang jalan udara terasa menyiksa, kabut kesedihan menemani setiap langkah yang kita lalui. Ini ce...