30. ELVENDER

7.3K 439 45
                                    

SEKARANG pekerjaan Aurel hanyalah berguling kesana kemari sambil bergumam tak jelas, melirik gorden tanpa motif yang sudah terbuka lalu menatap langit yang sangat cerah hari ini. Aurel cemberut, rasa bosan benar benar mengganggu, tapi rasa malas untuk melakukan apa pun lebih terasa, jadi lebih baik ia tiduran dan meresapi segala kenakalannya di sekolah sambil melihat cahaya yang timbul akibat matahari yang terik di luar sana.

Alaska sedang berada di Warjok, mungkin untuk membahas penyerangan kemarin kemarin itu karena saat di sekolah mereka tak sempat membahas pasal Elvender.

Aurel bangkit dari tiduran nya, duduk di pinggir ranjang dengan rambut yang sudah tidak karuan berantakannya, seperti singa liar yang kelaparan. Melirik jam di dinding dan menghela nafas kasar. "Masih jam 3 sore. Ah gila gue bosen!" Keluh Aurel.

"Mimin jam segini mah molor dia, bangun magrib, Lala sama Luna juga pasti molor." Gumam Aurel kesal.

Aurel merentangkan tangannya dan kembali merebahkan tubuhnya ke kasur, menatap langit langit kamar dengan pandangan sebal, jika sudah seperti ini Aurel selalu saja terbawa emosi, bosan tapi malas, benar benar membingungkan. Ingin melakukan sesuatu namun badannya serasa ingin terus menempel pada kasur, serba salah memang.

Tok.. tok.. tok...

Aurel mendengar ketukan pintu dengan samar samar, menoleh menatap pintu kamarnya dan terdiam saja.

"Adek ipar! Kakak ipar dateng!"

Teriakan itu membuat Aurel terbangun dari tidurnya, menoleh ke nakas dan tangannya terulur mengambil ikat rambut berwarna kuning disana. Aurel mengikat rambutnya asal lalu berdiri dan berjalan menuju pintu.

Membuka handle pintu dan segera berjalan cepat ke arah pintu utama rumahnya, ia membuka pintu dan langsung di suguhkan dengan cengiran khas sang kakak ipar, Amita Liliana Bagaskara, perempuan multitalenta dan cantik, famous di kalangan kampus tempatnya belajar dan juga pawang para buaya buaya di sana. Tak perlu heran, rupa nya yang cantik dan proporsional badan yang sangat ideal seperti model memang membuatnya menjadi tenar, ditambah dengan marga 'Bagaskara' yang tersemat di nama akhirnya yang membuat semua orang segan kepada Mita.

Mita tanpa berbasa basi langsung melenggang masuk ke dalam rumah Aurel tanpa memikirkan Aurel yang menganga akan sikap kakak iparnya, tak ambil pusing Aurel langsung saja menutup pintu dan menyusul Amita yang sedang duduk santai di sofa nya, jangan lupakan senyum menjengkelkan yang terukir di wajah Mita.

Aurel duduk di sofa single dengan mata yang menatap Mita, seolah bertanya mengapa perempuan itu kemari, gak masalah sebenarnya, kan Mita kakak ipar Aurel.

Mita menegakkan tubuhnya, menoleh ke arah plastik yang ia bawa dan segera mengambil dan menyodorkan nya ke Aurel. "Nih, dari bunda."

"Apa itu?"

"Salad buah. Katanya makanan favorit adek ipar, bunda katanya juga nanya sama mama adek ipar, jadi ya bunda inisiatif buatin buat adek ipar." Jelas Mita panjang lebar.

"Panggil Aurel aja kak," Aurel sedikit meringis, namun tangannya terulur menyambut plastik yang tadi di tangan Mita. Plastik itu sekarang berpindah tangan, Aurel membuka nya dan langsung mengambil wadah Tupperware berwarna kuning. Aurel mengeluarkan Tupperware itu.

"Adek ipar itu panggilan kesayangan kakak ipar buat adek ipar."

"Tapi gue pusing kak."

"Gak perlu pusing adek ipar, si Alaska aja gak pusing kok." Cengir Mita menampilkan deretan giginya yang rapih dan sedikit lesung pipi nya. Menambah kesan cantik seorang Amita.

Aurel menghela nafas dan mengangguk pasrah, tak apa itu semua tak masalah baginya. Aurel membuka tutup Tupperware dan aroma keju menyengat di Indra penciuman Aurel. Mata Aurel berbinar, perlu di ketahui, Aurel adalah penyuka keju akut, jika yang lain penyuka coklat, Aurel malah kebalikannya, ia penyuka keju. Bagi Aurel coklat cukup eneg jika ia memakan nya, apalagi yang lumer, mual.

Alaska (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang