54. TIKUNG MENIKUNG

5.7K 342 5
                                    

Semua murid murid segera masuk ke kelas setelah bunyi bel berdering keras, pertanda jika jam pertama akan segera di mulai, dan pertanda jika mereka akan berperang akan pikiran mereka untuk meraih jawaban yang sempurna.

Kelas 11 IPA 5 langsung heboh saat wali kelas mereka yang mengambil cuti dengan kurun waktu yang terbilang lama di karenakan ada hal yang mengharuskan meliburkan diri itu datang muncul dari sebalik pintu masuk.

"Selamat pagi anak anak, gimana kabar kalian?" Satu yang mereka sukai dari Bu Lintang, wali kelas mereka, mereka menyukai cara guru itu menyampaikan segala bentuk materi yang mudah untuk di resapi dan juga cara nya tersenyum. Sangat manis, bahkan tak jarang Daniel menggombal, tak hanya Daniel, Berto, juga Rian beserta komplotan nya pun ikut menggoda guru itu.

Perlu di ketahui, Bu Lintang mengajar fisika di kelas mereka, yang selama dia cuti di gantikan sementara.

"Baik buuuu!!!" Sorak satu kelas menjawab riang gembira.

Bu Lintang duduk di tempat nya.

"Wuihhhh, Buu, kangen banget sama senyum manis ibu!" Ucup, murid nakal biang ngelawak itu bahkan belum apa apa langsung meluncurkan aksi nya. "Rasanya kemarin dunia saya itu di bolak balik pas gak liat senyum ibu, sekarang... Hati saya bergetar, apa ini yang di katakan????" Sengaja menggantungkan kalimatnya nya, Ucup menyenggol Rian yang duduk di depannya.

Rian melirik ke belakang. "Apa? Gempa?"

Ucup berdecak. "Serius dong!" Ucup menggerutu kesal.

Bu Lintang terkekeh melihat tingkah anak muridnya yang sama saja, gak berubah. "Ibu minta maaf karena belum bisa ngajar dan datang ke sekolah, saat itu kondisi ibu drop setelah melahirkan, semoga kalian mengerti ya anak anak ibu yang ganteng dan cantik?"

"Pasti ngerti Bu!" Itu suara Daniel yang menarik seluruh perhatian. Daniel memporoskan wajahnya menghadap pas ke arah Bu Lintang. "Bahkan Bu, saya ini kangen banget sama ibu!" Lanjut nya.

"Pencitraan itu Bu! Biar nilainya di kasih A!" Teriak Mia ngeselin.

Daniel melotot garang. "Sembarangan aja lo kaleng rombeng!" Nyolot Daniel. Mia memeletkan lidahnya mengejek.

"Aurel? Masuk?"

Aurel yang duduk di paling belakang dan ketutup punggung Alaska mengangkat tangannya. "Saya!"

Bu Lintang menatap Aurel dan mengangguk dengan senyuman. "Bagus kamu udah gak meninggalkan pelajaran lagi!" Bu Lintang memang mendapat segala laporan tentang semua anak muridnya, terutama Aurel yang memang meresahkan. Namun entah mengapa tak ada lagi laporan aneh aneh tentang anak muridnya itu, dan tentu membuat hati Lintang lega bukan main.

Aurel ikut mengacungkan jempolnya, "Iya dong Bu!" Balasnya tak kalah songong. Merasa bangga terhadap dirinya sendiri sudah mulai berubah untuk tidak kembali mengisi nama di daftar buku keramat, buku merah.

"Udah lama gak keliatan, ibu makin cantik aja!" Rian bersiul penuh godaan. Bu Lintang tertawa kecil. "Bisa aja kamu." Balas Bu Lintang.

"Baik, ibu disini kembali mengajar seperti biasa karena kondisi ibu yang semakin membaik, oh ya, ketua kelas?"

Riski berdiri dengan gagahnya, menepuk nama yang di bordir di bagian dada kanan nya dengan sangat amat wibawa. "Saya!"

"Maju sini!"

Riski maju ke depan.

"Bantu ibu untuk menata tempat duduk, kita duduk dua meja dua bangku, oke? Gak satu satu kayak lagi ujian, biar gak bosen. Gimana?"

"Setuju!" Sahut satu kelas menjawab.

Riski dibantu dengan Daniel dan juga Afkar ikut membantu menyusun bangku, sedangkan Bu Lintang di depan menghitung jumlah letak meja dan kursi, apakah pas atau tidak sesuai perkiraan nya. Mengangguk dan tersenyum puas, nyatanya semuanya pas! Bu Lintang menepuk tangannya sebanyak dua kali yang membuat ia terfokus. "Perempuan, laki laki, oke?"

Alaska (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang