49. MASALAH JASMIN

7.3K 477 33
                                    

Bel pertanda istirahat pertama berdering keras. Seluruh siswa siswi secara berdesakan ingin keluar dari ruangan kelas yang pengab itu. Lapangan luas yang tadinya kosong itu perlahan diisi oleh siswa laki laki yang berlari larian kesana kemari, seolah seperti burung yang baru saja bebas dari sangkar sempit nya. Teriakan cempreng berasal dari siswi Alegra pun ikut meramaikan suasana istirahat ini.

Para siswi perempuan yang centil itu seperti laron berterbangan yang cepat berlari menuju arah pinggir lapangan, disana, ada inti Regaza yang tengah di hukum oleh Bu Fiqih akibat mereka yang ribut saat upacara tadi.

"Kalian ini ya, gak ada berubah berubahnya, udah mau kelas akhir, bukan nya jadi contoh untuk adik kelasnya, malah tambah parah." Bu Fiqih menatap keenam muridnya bergantian, Anja hanya bisa menghela napasnya, lagi lagi dia kena, padahal dia diem tadi. Cuma pas aja situasinya, saat Daniel bertanya, dan Bu Fiqih dateng, seolah tengah memergoki.

Daniel kang sial.

Kelima pemuda itu menunduk, kecuali Daniel yang malah tambah pongah. Cowok itu mengusap jidat nya. "Bu? Panas!" Daniel mengibaskan tangannya, ngipasin leher.

Bener deh, matahari nya itu kayak nyilau banget, kayak pingin ikut ikutan ngeliat kegantengan Daniel sama temen temennya.

Bu Fiqih melotot. "Kamu juga Daniel, itu baju kuning banget! Beli!" Gertak nya galak.

Daniel menaikkan alisnya lalu terkekeh. Mengusap dagu, Daniel seolah berpikir. "Saya sekolah, satu tahun lagi, beli baju baru, harga nya dua ratus ribu, enak saya beli pisang coklat Bu, serius."

"Kamu ini!"

Berto yang berada di samping Daniel terbahak keras. "Dia mah gak modal Bu, beli sempak aja kadang minta duit sama si Aska." Daniel menoleh marah, sedangkan Berto tersenyum meledek.

Gantian, impas. Tadi pagi Daniel ngeledek dia kan? Gamon gamon gitu, ya walaupun bener sih, tapi kan, tetep aja.

"Sialan lo!" Sungut Daniel.

Bu Fiqih maju dan mencomot mulut Daniel yang lemes itu. "Ayo! Ngomong kasar lagi! Sini ibu lem aja bibir kamu itu!" Serunya galak. Bahkan nih ya, siswi siswi di sekitar mereka perlahan mundur, muka Bu Fiqih emang se-serem itu, teman.

"A-aduh Bu, bibir saya!"

Tatapan Bu Fiqih bergulir ke arah Alaska yang berwajah tenang. Guru itu berkacak pinggang. "Kamu juga Aska, kamu itu ketua mereka, seharusnya kamu kasih contoh yang bagus buat mereka juga!"

Alaska berdehem, membalas ucapan sang guru. Lagian, mau dia bales juga, tetep aja dia yang salah. Bener kan?

"Kamu juga Elza, kamu itu pinter, Renzo juga, kenapa kalian harus berteman sama mereka yang bengal? Ada Geo sama yang lain. Seharusnya--" perkataan yang di anggap sangat nyeleneh itu di potong oleh suara mengerikan Anja.

"Mereka baik, dan saya nyaman."

Renzo mengusap peluh di dahinya. "Setidaknya mereka gak bakal berkhianat dan pinter cari muka depan guru."

Bu Fiqih terdiam seribu bahasa, membuat Alaska terkekeh, sinis. Kamu tau? Regaza bukan kumpulan sekedar geng motor Abal Abal saja, para pendahulu memang sengaja mendirikan sebuah keluarga berlandaskan geng motor agar mereka semua yang berada di dalamnya bisa berbaur dari berbagai sekolah, bukan hanya lingkup dirinya saja.

Afkar dan Berto tersenyum bangga akan jawaban telak dari kedua temannya. Cewek memang ceriwis, tapi cowok lebih nyelekit.

"Bu? Ini udah kan hukumannya? Saya mau ke kantin." Kata Berto. Dia sedikit gak tega, ngeliat gurunya kayak kena tekanan mental. Kan kasihan, udah tua, belum pensiun, udah mening-stop it, ya begitu lah.

Alaska (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang